Peristiwa Internasional

PCINU ANZ Gelar Istigasah Bareng Diaspora dan Santri Australia

Minggu, 10 Oktober 2021 - 18:08 | 63.43k
PCINU ANZ (Australia dan New Zealand) menggelar istigasah bersama diaspora dan santri Australia (Foto: PCINU ANZ for TIMES Indonesia)
PCINU ANZ (Australia dan New Zealand) menggelar istigasah bersama diaspora dan santri Australia (Foto: PCINU ANZ for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, AUSTRALIA – Kegiatan Santri Australia Beristigasah diadakan  9 Oktober 2021 bertepatan dengan 3 Robiul awal 1443 H. Ini merupakan rangkaian Peringatan Hari Santri dan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselengarakan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia dan New Zealand (PCINU ANZ).

Kegiatan ini digelar bersama dengan Pengurus wilayah NU di Western Australia dan Pengurus Masjid Al-Lathief, Perth Western Australia. Acara istigasah dipandu Imam Masjid Ustad Mumu Mubarok Omo, yang sekaligus  Mustasyar PCI NU Australia New Zealand.

Selain itu Rais Syuriah Prof. Nadirsyah Hosen memberikan sambutan tentang makna istigasah itu sendiri and dihadiri pula Yusdi Maksum, selaku Ketua Tanfidziyah NU ANZ. Acara istigasah ini dihadiri para jamaah nahdliyin dan para santri di Australia melalui zoom and streaming melaui TVNU and YouTube.

Dalam sambutan pembuka, Ketua Tanfidz mengutip pesan dari Kyai Aziz Manshur 'Santri yang sudah pulang harus bisa seperti paku, qum khaistu aqamakum (Bertempatlah di mana engkau ditempatkan oleh Allah SWT)" maknanya jika santri ditempatkan menjadi petani, harus rido dan nerimo. Mungkin ilmunya untuk ngurusi para petani.'

"Jika santri ditempatkan di Australia baik itu sebagai TKI, Mahasiswa, penduduk tetap di Australia, ya tetap disyukuri dan dijalani dengan kelapangan hati," ujarnya.

pcinu anz 002

Menurutnya, sebagai santri apa yang ditakdirkan oleh Allah ‘azza wajalla itu adalah sebuah kehendak dan qudrah yang dinashkan dalam Quran, innaAllaha qadirun ‘ala kulli syaiin (Allah berkuasa atas segala sesuatu). 

"Dalam rukun iman pun kita diwajibkan untuk mengimani takdirullah ini bi khairihi wa sharrihi (dengan kebaikan dan keburukan). Jadi nasib para santri yang bertebaran di negeri kanguru adalah semata-mata kehendak dan takdir Allah," paparnya.

Selaku warga Nahdliyin, Yusdi Maksum masih mengaku sebagai santri yang tetap takdzim kepada para Kyai-kyai NU dan menjadi santrinya Mbah Hasyim Asy’ari untuk ngurip-nguripi NU di negeri Australia. 

Santri menurutnya ada beberapa jenis, pertama adalah santri pondokan. Santri yang satu ini makan dan minumnya berada di pondok pesantren. Santri pondok biasanya sejak bangun tidur sampai balik tidur lagi berkutat di lingkungan pondok. Mereka hanya keluar pondok di waktu tidak ngaji. 

Yang kedua, santri kalongan atau santri kelelawar. Yaitu santri yang tidak hidup di pondok tetapi menghisap ilmu di pondok untuk ngalap berkah ilmunya kyai pondok. Biasanya santri kelelawar ini mengaji ke pondok ba’da maghrib and ba’da subuh di pondok-pondok pesantren yand ada di kampung-kampung. 

Yang ketiga, Santri Madrasah, yaitu santri yang masuk sekolah-sekolah madrasah sore sepulang sekolah Pendidikan umum di pagi hari. 

pcinu anz 003

Yusdi Maksum menjelaskan pada usia sekolahnya dia mengalami kehidupan sebagai santri madrasah dan santri kalongan. Sementara di waktu kuliah Ketua Tanfidziyah NU Australia New Zealand sempat mengenyam Pendidikan pondok pesantren di Yogyakarta. Jadi pantas kiranya jika dia masih menganggap bahwa dirinya seorang santri.

Sebagai ciri-ciri santri yang utama adalah sifat tawaddu’ terhadap para kyai dan alim ulama terutama guru-guru yang telah berjasa mendidik para santri sehingga mereka bisa menjadi seperti saat ini. Para santri senantiasa menjunjung prinsip alakhlaqu ‘ala ‘ilmi (ahlaq itu lebih tinggi dari ilmu). 

"Sepintar-pintarnya seorang santri atau sealim-alimnya seorang santri masih harus tetap hormat terhadap guru-gurunya. Ilmu seorang santri tidak akan berkah kalau tidak mampu menghormati para kyainya," tutur Yusdi.

pcinu anz 004

Kegiatan Santri Diaspora Australia Beristigasah ini dihadiri oleh para santri dan partisipan yang bersebar di beberapa kota di Australia seperti Sydney, Brisbane, Perth, Melbourne Adelaide. Juga dari Jakarta, bahkan ada santri dari Hong Kong yang ikut pergabung di jejaring Zoom. 

Dalam pengantarnya Ketua Tanfidz NU Australia, mengingatkan di Bulan Rabiul Awwal adalah bulan kelahiran Rasullulah Muhammad SAW. "Hendaknya kita merasa bersyukur suka cita akan kelahiran Nabi di akhir zaman ini dengan memperbanyak Shalawat kepada beliau, menambah kecintaan dan pengetahuan tentang sirah Nabi Muhammad SAW.," ucapnya. 

Di kesempatan ini, Yusdi mengatkan kalau belajar ilmu agama hendaknya melalui seorang guru agama yang mumpuni dan sanadnya jelas. Karena agama tidak bisa hanya dipelajari lewat buku atau internet saja, terutama dari sumber medsosisiah (media sosial belaka).  Man ta’allama bila syaikhin fa syaikhuhu syaitaan – barang siapa belajar agama tanpa seorang guru, maka gurunya itu syaitan. 

"Ilmu agama yang didapat dari seorang guru akan kaya dengan akhlak, ikhwal, perilaku, asbal mas’alah dan lain sebagainya. Akibat dari belajar agama hanya berdasar dari buku dan internet akan melahirkan sikap-sikap ekstrem dengan mengklaim 'sedikit-sedikit sunnah, sedikit-sedikit bidah, dan mengkafir-kafirkan orang yang tidak sama dengan dirinya'," papar Ketua Tanfidz PCINU ANZ. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Dhian Mega

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES