Peristiwa Nasional

Anies Baswedan Diwarisi Keris oleh Almarhum Dalang Ki Manteb Sudarsono

Minggu, 10 Oktober 2021 - 11:11 | 86.92k
Momen saat Ki Manteb Sudarsono memberikan keris kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (FOTO: dok Anies Baswedan)
Momen saat Ki Manteb Sudarsono memberikan keris kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (FOTO: dok Anies Baswedan)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengenang seniman tradisional Jawa, dalang legendaris Ki Manteb Sudarsono yang meninggal dunia Jumat (2/7/2021) lalu. Ia pun menceritakan kenangan saat terakhir kalinya dirinya bertemu dengan Ki Manteb Sudarsono.

“Saya terima keris ini sebagai sebuah kehormatan dan insya Allah akan saya jaga sebaik-baiknya. Begitu juga pesan, yang tadi disampaikan agar menjaga wayang kulit untuk tetap hidup dan berkembang,” begitu kata Anies mengenang saat menerima keris ini dari Ki Manteb Sudarsono.

Mantan Mendikbud RI itu mengatakan, ia tidak pernah mengira bahwa itu menjadi obrolan terakhir dengan laki-laki berjuluk "Dalang Setan" itu.

Kata dia, pada Sabtu 25 April 2021, dirinya menyempatkan berkunjung ke kediaman Ki Manteb di Karanganyar, Jawa Tengah dalam perjalanan pulang usai penandatangan perjanjian kerjasama dengan Pemkab Ngawi. "68 hari kemudian, 2 Juli 2021, Ki Manteb wafat," katanya.

Siang itu lanjut Anies, bersama Kondang Sutrisna, Ketua PEPADI dan Yoga Mandira, Ketua Paguyuban Seni Budaya Nusantara, di rumahnya di Karanganyar, dirinya bersama mereka ngobrol amat panjang tentang kebudayaan, filsafat, sastra, pewayangan, bahkan sampai soal keris, kayu kuno dan bangunan masa lalu.

Di tengah-tengah diskusi, Ki Manteb membuka sebuah kotak, mengeluarkan sebuah keris dan lalu menyerahkannya kepada Anies Baswedan, sambil menjelaskan tentang keris itu dengan amat detail.

Falsafah Keris

Keris-Anies-2.jpg

Anies menjelaskan, keris itu dalam falsafah hidup Jawa merupakan doa yang tak terucap dan tak tertulis. Dikisahkan bahwa di zaman dahulu orang berkeinginan memiliki keris dan memesan keris kepada para empu.

Mereka datang dengan harapan yang nantinya sang empu akan menghubungkan harapan itu dengan sang pencipta melalui doa-doa baik dari sang empu bahkan doa itu terus mereka panjatkan saat menempa keris tersebut. "Itu kisah di masa lalu," tambahnya.

Selain itu, lanjut dia, anatomi keris juga mengandung makna yang mendalam, salah satunya jumlah 7 lekukan pada keris pemberian Ki Manteb ini.

"Yang dalam bahasa Jawa disebut Pitu berarti Pitulungan, atau pertolongan sehingga harapannya pemegang keris ini akan selalu diberikan pertolongan atau kemudahan oleh sang pencipta," ujarnya.

"Keris ini juga memiliki Kinatah berbentuk sulur di bagian pangkal bilah, pemberian kinatah ini mengindikasikan dua hal, pertama keris ini pernah sangat berjasa dalam peristiwa besar, dan yang kedua merupakan lambang status sosial pemiliknya," katanya.

Mantan Rektor Paramadina itu menuturkan, keris dari Ki Manteb ini juga berdasarkan penangguhannya merupakan jenis Keris Sepuh berdapur Carubuk era Mataram, terbuat dari campuran besi, baja dan  pamor atau batu meteor, orang jaman dahulu menyebutnya Ibu Bumi Bopo Angkoso (ibu bumi, ayah angkasa) karena memadukan unsur bumi dan unsur langit.

Ketiga material itu ditempa hingga terbentuk tekstur Ganggang Kanyut (ganggang hanyut terbawa air) yang tertuang sepanjang bilah keris dimana memiliki filosofi aliran tanpa hambatan, sehingga harapannya segala urusan akan dilancarkan.

Hasil tempaan ini para empu bukan main-main, karena sang empu mempertimbangkan setiap bahan dengan presisi tinggi sehingga tak heran bila keris ini stabil dan seimbang sehingga dapat diberdirikan walaupun tanpa penyangga.

"Keris ini bisa berdiri hanya ditopang ujung keris yang runcing, ataupun ditopang gagang kayu yang bulat melengkung," katanya.

Dalam sejarahnya, Keris berdapur Carubuk ini diperuntukkan kepada para pemimpin. Diantaranya yang pernah memiliki keris berjenis ini antara lain Sultan Hadi Wijaya (pendiri Kerajaan Pajang tahun 1549-1582) atau lebih dikenal dengan Joko Tingkir penakluk buaya di Sungai Kedung Srengenge.

Keris ini juga digunakan oleh Sunan Kalijaga yang juga memiliki keris berjenis Carubuk dimana beliau pernah membawa kayu untuk tiang masjid agung demak melalui Sungai Kreo. Dua pemilik keris yang memiliki kedekatan dengan elemen air

Warangka (sarung keris yang terbuat dari kayu) ini dijelaskan oleh Ki Manteb bahwa material kayunya utuh dari satu bidang kayu. Tidak ada sambungan. Dibuat dari satu kesatuan kayu. Ini merupakan Warangka yang penuh nilai seni dan amat unik.

Sebagai sebuah warisan bangsa dari para leluhur, keris merupakan pusaka yang terbuat dari hasil kerja keras, ketekunan, dan material berkualitas yang proses pembuatannya selalu dipenuhi dengan doa.

Sebuah karya, lanjut Anies, bahkan bisa disebut mahakarya, yang penuh filosofi dan kualitasnya tak akan lekang oleh zaman, lintas waktu, lintas generasi.

"Kita doakan Almarhum Ki Manteb Sudarsono dilipatgandakan pahalanya, dan dimuliakan tempatnya di sisi Allah SWT. Dan, InsyaAllah keris pemberian Ki Manteb ini akan saya jaga, rawat dan simpan dengan baik sebagai bagian dari mencintai, merawat dan mengembangkan budaya bangsa," ujar Gubernur Anies Baswedan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES