Gaya Hidup

Kisah Sukses H Sahidin: Menangis, Saat Teringat Masa Lalu yang Kelam

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 19:57 | 100.03k
H Sahidin dan isterinya Hj Sainah (FOTO : Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
H Sahidin dan isterinya Hj Sainah (FOTO : Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARA – Bagi masyarakat di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, H Sahidin (46) bukanlah sosok yang asing karena ia dikenal sebagai pengusaha dan petani sukses. Diusianya yang masih terbilang muda, ia berhasil membangun usaha perdagangan yang mampu menyerap tenaga kerja puluhan bahkan rutusan orang.

Namun siapa sangka perjalanan pengusaha ini begitu panjang dan meninggalkan kisah sedih yang terus melekat dalam hati sanubarinya. Bahkan saat berbincang - bincang dengan TIMES Indonesia, Sabtu (9/10/2021) ia meneteskan air mata teringat masa - kelam dulu.

Masa sulit, perjalanan hidupnya sebagai anak kampung dari keluarga tidak mampu. "Waktu itu, setamat SD tahun 1990 saya terpaksa pergi ke Jakarta mengadu nasib, karena tidak dapat melanjutkan sekolah. Ya maklum,  orang tua saya hanya sebagai kuli panggul di Pasar Mandiraja," katanya lirih mengenang masa lalu.

Di Jakarta ia kemudian bekerja di sebuah bengkel las, yang membuat pintu dan lain sebagainya. Berbekal,  nurut, telaten belajar, Sahidin dengan cepat mampu menguasai teknis mengelas dan pekerjaan lain.

Sahidin juga mengaku senang dengan pekerjaan itu. Pekerjaan ini dilakoninya cukup lama. Namun karena urusan keluarga, Sahidin kemudian memutuskan pulang ke kampung halaman.

Karena ia tidak kembali ke Jakarta,  ia beralih profesi berjualan bakso keliling, namun karena kurang laku akhirnya ganti haluan,  berjualan nasi goreng.  Lagi - lagi usahanya bangkrut karen terus merugi.

Tahun 2000 akhirnya Sahidin menikahi Sainah, gadis  sekampung. Setelah menikah ia kembali melanjutkan berdagang, tapi bukan nasi goreng. Melainkan membuat sriping pisang. Tidak sampai sebulan usaha ini ia tinggalkan karena kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya.

Genap sebulan dari pernikahannya, Sahidin memutuskan untuk kembali hengkang ke Jakarta untuk mengadu nasib.  Setelah mendapat restu dari kedua orang tuanya,  Yusmadi dan Ny Nasiem,  iapun segera pamit ke Jakarta.

"Dulu saya berjalan kaki sejauh 6 km dari rumah sampai terminal Bus Mandiraja. Saya tidak naik ojek karena bekalnya minim. Ingat betul kala, itu hujan deras, sehingga saya harus ambil daun pisang untuk payung," katanya mengingat masa lalu.

Karena hanya bermodalkan Rp 14.000 kala itu, sesampainya di Jakarta ia nebeng tinggal di tempat teman sekampung yang ada di Jakarta. Hampir 8 bulan, ia lontang - lantung di Jakarta.

Menginjak bulan ke 9 ia baru mendapat pekerjaan di sebuah bengkel serupa yang pernah diikutinya sebelumnya.  Karena sudah ada bekal ketrampilan, Ia tidak ada kendala dengan pekerjaannya.

Bahkan Ia diberi keleluasaan mencari order ke luar. Sahidin-pun mulai belajar menjadi salesman, pemasaran semampunya karena tidak berpendidikan tinggi.

Dari sinilah, usaha mulai ada titik terang. Walau masih minim penghasilan. Bahkan ia belum bisa  pulang  kampung padahal istrinya lagi hamil tua.

"Alhamdulillah, waktu itu saya dapat borongan cat asbes Rp 700.000. Bagi saya nilai kala itu  sangat besar. Singkat cerita pekerjaan dapat diselesaikan dalam  seminggu. Setelah upah diberikan, saya lega karena bisa pulang kampung," kata pria asal Kabupaten Banjarnegara.

Sampai ke rumah, ia disambut sama si kecil putera pertamanya, Habib Saefullah. "Ya terus terang, hampir 9 bulan setelah menikah saya baru bisa memberikan nafkah sama keluarga," ungkap H Sahidin sedih. (bersambung).(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES