Kopi TIMES

Berilah NU Manfaat, Jangan Memanfaatkan NU untuk Muktamar NU ke-34

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 16:35 | 128.46k
Seto Galih Pratomo, Alumni Pesantren Tebuireng Jombang; penulis buku “Nasionalisme Pemuda: Pemikiran-Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari”; saat ini sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII); juga sebagai CEO SEGAPMedia Group.
Seto Galih Pratomo, Alumni Pesantren Tebuireng Jombang; penulis buku “Nasionalisme Pemuda: Pemikiran-Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari”; saat ini sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII); juga sebagai CEO SEGAPMedia Group.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sedikit penulis yang merupakan santri ini dengan keterbatasan ilmu yang al-faqir miliki ingin membahas mengenai organisasi Nahdlatul ‘Ulama (NU) atau kebangkitan para Ulama yang didirikan pada 1926. Banyak Ulama yang iklas dan tokoh bangsa terlibat dalam pendirian tersebut, namun yang santer atau banyak dikenal adalah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari (Tebuireng), KH. Wahab Hasbullah (Tambakberas), dan KH. Bisri Syansuri (Denanyar).

Menjelang Muktamar NU terlebih ke-34 pada Desember 2021 mendatang, banyak isu yang dimainkan oleh para elite untuk kepentingannya atau kelompoknya dan menumbalkan yang lain bahkan organisasinya. Perlu diingat sejatinya NU didirikan untuk membangkitkan semangat juang para ulama untuk negeri atau mengusir pada penjajah serta mendirikan negara yang merdeka; Indonesia.

Flashback ke awal pembentukan di 1926 karena insiden Raja Saud yang dekat dengan Wahabi ingin menghancurkan makam-makam termasuk makam Nabi Muhammad SAW. Maka para Ulama tradisional membentuk jam’iyah atau perkumpulan dan membentuk Komite Hijaz untuk dikirimkan ke Raja Saud untuk melobi agar dibatalkan rencana tersebut. Disebut Ulama tradisional, karena ulama modern atau pembaharu sudah berkumpul dalam Muhammadiyah pada 1912.

Sekilas selayang pandang didirikan NU. Didirikan atas dan untuk kebaikan bersama dan mencegah daripada kemunkaran; amar ma’aruf nahi munkar. Melestarikan tradisi yang lama dan mengambil yang baru yang lebih baik atau dalam bahasa Arabnya; al-muhafadhoh ‘ala aqdimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Semata-mata hanya itu, namun mengikuti perkembangan zaman, dan dalam mendirikan serta mempertahankan negara. Maka NU menjadi patron penggerak dengan menjadikan nya Partai NU pada masa Demokrasi Terpimpin. Hal tersebut membuat NU memenangkan Pemilu tahun 1955 dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi konstituante.

Namun perlu diingat kembali dalam Muktamar NU ke-27 tahun 1984 di Situbondo menyatakan sikap merubah Partai NU kembali ke Khittah NU 1926 menjadi NU kembali. Dan sampai saat ini Nahdlatul Ulama yaitu kembali kepada Khittah nya dan seharusnya tetap begitu, bukan dijadikan mesin politik untuk memenuhi nafsu birahi haus akan akan jabatan. Bahkan batu loncatan untuk mendapatkan kedudukan terlebih dalam pemerintahan. Pada akhirnya saling sikut dan menjatuhkan satu sama lain.

Seperti pendapat dari cucu pendiri NU, KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menganggap NU sekarang lebih menonjolkan pragmatisme dan tidak menunjukan uswah khasanah (contoh yang baik) daripada pimpinan organisasi. Terlebih yang terdapat dalam nilai-nilai Mabadi Khairul yang merupakan prinsip sosial yang dikemukakan pada Muktamar NU pada 1939 di Magelang. Juga pada tiga ciri ajaran ahlussunnah wal jama’ah, ath-thawasuth atau moderat (tengah-tengah), at-tawazun (seimbang), dalam i’tidal (tegak lurus).

Seharusnya kepada para elite organisasi untuk membumikan nilai-nilai tersebut bukan malah saling sikut berebut kursi jabatan. Padahal Rais Akbar NU, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari mencontohkan agar tidak haus akan kekuasaan yang mana waktu itu beliau ditawari oleh pihak penjajah untuk menerima jabatan sebagai Presiden Indonesia, namun beliau menolak dan memberikan kepada Ir. Soekarno. Jika waktu itu beliau haus akan jabatan, maka dengan mudah menjabat sebagai Presiden Pertama Indonesia kala itu.

Penulis sebagai santri dan warga NU berharap Muktamar NU ke-34 mendatang berjalan sesuai dengan nilai-nilai ajaran ahlussunah wal jama’ah an-nahdliyah yang bersih tanpa kecurangan apalagi money politic. Karena sedih jika mengingat Muktamar NU ke-33 pada 2015 di Jombang yang diwarnai kericuhan akibat saling rebut kursi jabatan yang mengakibatkan tangisan dari sesepuh NU.

Dalam hal itu mengakibatkan Calon Ketum PBNU, Gus Sholah menarik diri karena menganggap ada kecurangan karena memaksakan sistem ahlul ahli wal aqdi (Ahwa) dan karena hal tersebut membuat pendukung dari Gus Sholah menarik diri dari lapangan Muktamar dan merapat ke Pesantren Tebuireng untuk membuat Muktamar tandingan namun dicegah oleh Gus Sholah. Namun karena desakan pendukung beliau, dikeluarkanlah Muktamar Tebuireng yang tidak mengakui hasil Muktamar NU ke-33.

Sekaliber Gus Sholah saja yang merupakan cucu pendiri NU bisa dicurangi, maka dikhawatirkan Muktamar NU mendatang terdapat hal yang sama. Terlebih bergulirnya isu HMI vs PMII yang digulirkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Semoga Muktamar NU esok akan berjalan sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam NU itu sendiri dan mengembalikan NU kepada Khittahnya bukan menjadi organisasi politik praktis. Seperti perkataan Gus Sholah “Berilah NU manfaat, jangan memanfaatkan NU”.

***

*) Oleh: Seto Galih Pratomo, Alumni Pesantren Tebuireng Jombang; penulis buku “Nasionalisme Pemuda: Pemikiran-Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari”; saat ini sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII); juga sebagai CEO SEGAPMedia Group.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES