Kopi TIMES

Menerapkan Digital Tourism Ecosystem Melalui Aplikasi Visiting Jogja

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 14:36 | 195.14k
Matheus Gratiano Mali, M.P.A; Dosen Kebijakan Publik – FISIPOL Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta.
Matheus Gratiano Mali, M.P.A; Dosen Kebijakan Publik – FISIPOL Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata yang terkenal tidak hanya bagi pelancong lokal Indonesia namun juga wisatawan mancanegara dari berbagai belahan dunia. Yogyakarta menghadirkan sejuta pengalaman wisata baik wisata alamnya yang indah, wisata sejarah dan budaya yang tak lekang oleh waktu dengan segala keunikan cerita yang diwariskan, serta penduduknya yang terkenal ramah dalam menerima dan memperlakukan wisatawan yang berkunjung.

Seperti yang tergambarkan dalam lirik lagu dari salah satu grup musik tanah air era 80an yakni Kla Project dalam lagunya berjudul “Yogyakarta”, “Pulang ke kotamu. Ada setangkup haru dalam rindu, Masih seperti dulu. Tiap sudut menyapaku bersahabat Penuh selaksa makna.......dst” menunjukan bahwa kota ini memang istimewa dengan segala daya tariknya yang membuat siapapun yang pernah berkunjung pasti akan “pulang” kembali walau hanya sejenak menikmati suasana kota ini.

Sebagai kota destinasi wisata impian yang tak pernah sepi oleh kunjungan wisatawan, Yogyakarta tak henti-hentinya melakukan terobosan baru di bidang pariwisata. Hal ini tentunya tidak terlepas dari perkembangan kemajuan di bidang teknologi informasi dan kecanggihan komunikasi. Konsep pariwisata melalui pemanfaatan teknologi dan informasi dapat juga didefinisikan sebagai e-tourism atau smart tourism (Benckendorf et al, 2014).

Sebagai bentuk penerapan e-tourism atau smart tourism tersebut, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan aplikasi terbaru. Program aplikasi tersebut dalam pemanfaatannya bertujuan untuk mendukung pengelolaan pariwisata DIY di tengah pandemi Covid-19 yang belum reda ini. Kebijakan ini terkait pemanfaatan teknologi digital untuk promosi dan pengembangan pariwisata, aplikasi ini dinamakan Visiting Jogja (www.visitingjogja.com).

Aplikasi Visiting Jogja merupakan sebuah platform digital yang berguna untuk self screening Covid-19 dan juga merupakan identitas digital bagi wisatawan saat hendak memasuki lokasi-lokasi wisata di DIY. Dengan didukung oleh teknologi maka aplikasi ini juga untuk melakukan pengawasan terhadap pengunjung melalui registrasi identitas yang telah tercatat oleh sistem.

Terdapat berbagai fasilitas penting yang tidak kalah menarik, selain sebagai alat untuk reservasi tiket secara online bagi wisatawan yang hendak menuju tempat-tempat wisata di DIY, aplikasi ini juga menyediakan fitur-fitur lainnya seperti kuliner, tempat oleh-oleh, pilihan desa wisata, jadwal event, info wisata, hingga media sosial terkait Visiting Jogja. Wisatawan juga bisa mengetahui terkait kondisi cuaca terkini yang sedang terjadi di seluruh Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta seperti Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo dan Bantul maupun Kota Yogyakarta dimana tersebar seluruh lokasi destinasi wisata yang ada.

Persoalan Dalam Pengembangan Pariwisata DIY ditengah Pandemi 

Pengelolaan Pengembangan Pariwisata di DIY sendiri masih ditemui berbagai persoalan yang membutuhkan perhatian dari Pemerintah Daerah khususnya ditengah pandemi Covid-19 yang masih belum usai. 

Pertama, Strategi komunikasi pemasaran pariwisata di DIY yang belum terpadu. Dalam mempromosikan DIY sebagai suatu destinasi pariwisata sudah seharusnya merupakan suatu upaya yang sinergis dan kolaboratif antar pemangku kepentingan lintas wilayah dan lintas pelaku tersebut serta stakeholder lainnya. Fokus dan pencermatan terhadap upaya pomosi dan pemasaran tersebut saat ini dirasakan masih belum ada sinergi dan keterpaduan, ini terlihat dari upaya promosi yang dilakukan oleh masing-masing daerah dilakukan secara sendiri-sendiri, ketimbang upaya promosi bersama secara kolektif. 

Kedua, Sabagai destinasi pariwisata unggulan Indonesia, DIY memerlukan berbagai upaya dalam pengembangan daya tarik wisata barunya yang unik dan berkelas dunia. Berdasakan data selama ini, dapat dikatakan pengembangan daya tarik wisata baru yang unik dan berkelas dunia masih belum ada, sehingga dapat dikatakan adanya stagnasi pengembangan produk wisata untuk kunjungan ke DIY yang masih hanya terpadu pada 3 poros utama yaitu: Borobudur, Prambanan dan Kraton Kasultanan - Malioboro Yogyakarta. Ketergantungan terhadap destinasi lain (Bali dan Jakarta), membuat Yogyakarta belum bisa mandiri sebagai satu destinasi yang bisa punya akses pasar sendiri.

Ketiga, Dalam kerangka kegiatan pengembangan industri pariwisata. Terdapat kendala bagi tumbuhnya industri pariwisata di DIY yakni daya saing produk wisata yang belum optimal. Peningkatan daya saing produk wisata yang mencakup daya tarik wisata, fasilitas pariwisata dan aksesilibitas akan menjadi modal utama dalam meningkatkan daya saing usaha dan industri pariwisata DIY. 

Keempat, Dalam kaitanya dengan pengembangan kelembagaan kepariwisataan, belum meratanya kegiatan penguatan organisasi yang membidangi Kepariwisataan di daerah. Adanya sebuah  kecenderungan bahwa sektor Pariwisata masih dianggap sebagai sektor pilihan dan belum dianggap sebagai sektor strategis yang memberikan kontribusi berarti bagi pembangunan daerah maupun bagi kesejahteraan masyarakat, sehingga dampaknya apada penguatan organisasi yang membidangi pembangunan kepariwisataan.

Peranan Aplikasi Visiting Jogja 

Aplikasi Visiting Jogja merupakan sebuah sistem pariwisata terintegrasi yang dikembangkan oleh Bank Indonesia Bersama Dinas Pariwisata DIY yang  digunakan untuk melakukan pengelolaan data pariwisata DIY secara komprehensif, realtime dan terpadu. Aplikasi. Visiting Jogja  akan mengintegrasikan pendataan kunjungan dan transaksi di destinasi Pariwisata yang ada di Yogyakarta dan mensinkronisasikan data Kabupaten/Kota dengan data Provinsi sehingga tercipta satu data pariwisata terpadu. Sistem ini bertujuan membangun Big Data Pariwisata DIY dengan konsep 4V, yakni Velocity (kecepatan data); menangani kecepatan perubahaan data yang real time.

Data transaksi /kunjungan pariwisata di destinasi di seluruh DIY akan terdata dan terpantau secara real time, Volume (ukuran data); mengelola data dengan trafik besar berupa transaksi data harian di destinasi pariwisata, rekapitulasi bulanan, tahunan, Variety (ragam data); memiliki variasi data yang beragam data reservasi, data kunjungan on the spot (non reservasi), data pembayaran, data profil wisatawan,    Veracity (kejujuran); data yang akan diolah oleh sistem akan jujur dan valid, menghindari terjadinya manipulasi data atau kesalahan data / human error sehingga validitas data dapat diandalkan. 

Dari 4V ini akan menghasil sebuah value (nilai); data yang dihasilkan akan memberikan nilai manfaat yang besar bagi wisatawan, pelaku wisata dan juga Pemerintah Daerah sebagai dasar pengambil kebijakan pengembangan Pariwisata. Melalui sistem Visiting Jogja ini maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan berbagai data seperti data kunjungan wisata, data pendapatan daerah, data kinerja destinasi, data profil wisatawan, data perilaku wisatawan dan data pelaku industri pariwisata (hotel, kuliner, travel agent).

Dari data tersebut dapat digunakan dalam menentukan target promosi asal wisatawan (Provinsi dan Negara), dukungan kepada destinasi untuk meningkatkan kunjungan dan pendapatan, memperkirakan anggaran kebutuhan Daerah dalam Perencanan Penganggaran, memberikan gambaran destinasi yang sudah berprestasi dalam tingkat kunjungan/pendapatan dan destinasi yang kurang dan masih harus disupport dan  bagi pelaku Industri untuk dasar strategi bisnis dan pemasaran

Melalui Integrated Tourism System ini diharapkan dapat menciptakan digital tourism ecosystem bagi destinasi, pelaku usaha pariwisata,  wisatawan, pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi. Dengan pemanfaatan Visiting Jogja  Apps maka mampu mendukung untuk proses digitalisasi data, percepatan informasi, peningkatan pelayanan (public services), efisiensi, transparansi. Penerapan teknologi menjadi inovasi lompatan Pemerintah Daerah menuju penerapan Digital Government Services dan Satu Data Pariwisata. 

Pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia dan berdampak pada sektor pariwisata diseluruh tanah air, maka penggunaan Visiting Jogja  Apps ini pun diprogram untuk beradaptasi dengan kondisi pandemi dan menjadi alternatif untuk melakukan kegiatan pariwisata yang beradaptasi dengan protokol kesehatan yakni bermanfaat sebagai support untuk melakukan tracing pengunjung.

Sinergi Dengan Kebijakan Pemerintah

Melalui aplikasi Visiting Jogja ini akan memudahkan dalam proses pendataan pengunjung yang bertujuan menjadi bagian dari tracing jika terjadi kasus penyebaran Virus Corona. Peningkatan aplikasi ini harus terus dilakukan agar harapannya aplikasi ini menjadi andalan bagi pemerintah maupun calon wisatawan yang akan berkunjung ke DIY. Dari sisi kebijakan pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi dalam pengembangan sektor pariwisata dalam bentuk e-tourism akan memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan sektor pariwisata dan berujung pada peningkatan pendapatan dalam bidang kepariwisataan.

Pemanfaatan teknologi informasi ini masih harus terus di sinergikan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam sektor pariwisata yang tertuang dalam rencana induk pengembangan pariwisata daerah dan terintegrasi dengan sistem pendukung pariwisata. Serta mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi ini sesuai dengan tujuannya yakni mengintegrasikan pendataan kunjungan dan transaksi di destinasi pariwisata yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan mensinkronisasikan data Kabupaten/Kota dengan data Provinsi sehingga tercipta satu data pariwisata terpadu serta mendukung kebutuhan pemerintah dalam menghasilkan kebijakan. 

***

*) Oleh: Matheus Gratiano Mali, M.P.A; Dosen Kebijakan Publik – FISIPOL Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES