Prancis Mengembalikan Dubesnya ke Australia, Ada Apa?
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tensi kemarahan Prancis semakin menurun dan duta besarnya di Australia akan dikirim kembali ke negeri kanguru itu setelah munculnya kasus AUKUS.
AUKUS adalah sebuah pakta yang dibentuk antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia yang tujuannya untuk mempertahankan pengaruh Barat di Asia-Pasifik. Aukus ini secara luas dilihat sebagai respons terhadap kekuatan China yang semakin besar.
Kemarahan Prancis timbul lantaran dalam pakta itu, Australia mengakhiri kesepakatan proyek kapal selam senilai $ 65 miliar (£ 48 miliar) dengan Prancis.
Paris menyebut pembentukan pakta itu sebagai "tikaman dari belakang", karena Amerika Serikat kemudian akan memberi akses teknologi kapal selam bertenaga nuklir
Gara-gara pengumuman mengejutkan itu, Prancis lantas menarik duta besarnya dari Australia dan Washington DC sebagai protes. Tetapi sementara telah berusaha untuk memperbaiki keretakan dengan Amerika Serikat, Prancis terus membekukan Australia.
Kapal selam, sebuah taruhan beresiko Australia untuk memihak Amerika Serikat atas China.(FOTO: Screenshot BBC)
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menolak untuk menerima teleponnya. Menteri perdagangan Australia juga telah dijauhi oleh rekannya dari Prancis.
Pekan lalu, negosiasi atas kesepakatan perdagangan Australia-Uni Eropa juga diundur , yang secara luas ditafsirkan sebagai akibat dari perselisihan tersebut.
Pejabat Prancis mengatakan mereka dibutakan oleh Canberra, yang telah mempertahankan pembicaraan tentang kapal selam Prancis saat bekerja untuk mengamankan kesepakatan alternatif.
Kontrak Prancis untuk membangun armada kapal selam bertenaga konvensional untuk Australia, sejak 2016, akan menjadi bagian penting dari keterlibatan regional Prancis.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian mengatakan pada hari Rabu, bahwa sementara negaranya akan "memulai dari awal" dengan hubungan Australia, itu "tidak akan berdampak pada tekad kami untuk tetap terlibat di Pasifik".
"Duta besar yang kembali untuk Australia juga akan "membela kepentingan kita" atas kontrak kapal selam yang dibatalkan," katanya
Australia telah menghabiskan lebih dari $900 juta untuk program Prancis dan diperkirakan akan mengeluarkan biaya lagi minimum $288 juta karena melanggar kontrak itu.
Australia mengatakan memahami "kekecewaan mendalam" Prancis. "Australia menghargai hubungannya dengan Prancis, yang merupakan mitra penting dan kontributor vital bagi stabilitas, khususnya di Indo-Pasifik. Ini tidak akan berubah," kata Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne bulan lalu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Widodo Irianto |
Publisher | : Sholihin Nur |