Kopi TIMES

Pergulatan Geneologi dan Demokrasi dalam Otoritas Kepemimpinan Pesantren

Rabu, 06 Oktober 2021 - 20:57 | 44.83k
Syamsul Huda, Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.
Syamsul Huda, Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Kepemimpinan pada hakikatnya berupa interaksi antara atasan dan bawahan yang modal utamanya berupa leader style (gaya pemimpin) dan behavior leader (karakter pemimpin). Suatu kepemimpinan bergantung pada tingkat kepiawaian pemimpin dalam memberikan pengaruh.

Kepemimpinan berpusat pada skill dan seni dalam menggunakan kekuasaan untuk memberi pengaruh pada bawahan. Banyak literasi yang menjelaskan bahwa kesuksesan dari sebuah kepemimpinan tercermin pada aspek planning, organizing, actuating dan controlling.

Fakta membuktikan bahwa keterpilihan pemimpin lebih disebabkan oleh faktor kelebihan dan keutamaan yang melekat pada dirinya.

Berkaitan dengan kepemimpinan, pesantren yang merupakan merupakan pendidikan tradisional Islam yang masih original di Indonesia dan menjadi pendidikan tertua yang identik dengan sosok Kiai sebagai central figure yang berstatus arsitektur (perancang), developer (pendiri dan pengembang), sekaligus leader-manager (pemimpin dan pengelola).

Pemimpin pesantren dituntut mampu menjadi inspirator bagi terciptanya suasana kerja yang kondusif dan dinamis dan motor penggerak serta penentu arah kebijakan dan tujuan pendidikan. Dapat diumpakan bahwa Kiai merupakah ruh yang mempengaruhi kelangsungan hidup pesantren.

Fungsi pemimpin pesantren dan peranannya dapat merupakan fenomena kepemimpinan yang unik. Pada akhirnya, pesantren dan pemimpinnya serta model kepemimpinannya merupakan fenomena yang layak untuk dijadikan sebagai lahan penelitian.

Melalui fenomena tersebut, Syamsul Huda yang merupakan salah satu mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang mengangkat tema kepemimpinan dalam penelitian disertasinya dengan judul ‘Pergulatan Geneologi Dan Demokrasi Dalam Otoritas Kepemimpinan Pesantren’.

Penelitiaan yang dilakukan di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran Lamongan berfokus tentang bagaimana gaya kepemimpinan yang ada di pesantren tersebut dari sisi Geneologi serta bagaimana bentuk demokrasi dan otoritas yang ada disana.

Salah satu balai pendidikan Islam yang berbasis boarding school adalah Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran Lamongan. Pondok Pesantren yang didirikan oleh KH. ‘Abdurrahmân Syamsuri pada tanggal 18 Oktober tahun 1948 M ini merupakan balai pendidikan yang mapan dan mandiri.

Balai pendidikan ini menerapkan sistem kepemimpinan yang berbasis geneologi. Secara teoritis kepemimpinan yang demikian masuk dalam kategori model kepemimpinan tradisional. 

Melalui penelitian ini, Syamsul membuktikan bahwa tidak setiap kepemimpinan tradisional identik dengan teori tersebut.  Hasil yang ia dapatkan lebih ke menegaskan bahwa sebagai indigenous culture yang kepemimpinannya berbasis geneologi, Pondok Pesantren Karangasem Paciran terbukti mampu menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan terbuka terhadap modernisasi. 

Temuan di lapangan membuktikan bahwa kepemimpinan Pondok Pesantren Karangasem menerapkan sistem manajemen modern dan mengaplikasikan principles of Management yang meliputi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), motivating (penggerakkan), controlling (pengawasan) dan evaluation (evaluasi) dalam model kepemimpinannya.

Melalui konsep tersebut roda kepemimpinan pesantren mampu berjalan dinamis dan progresif yang menciptakan suasana kerja yang harmonis dan kondusif.

Hal ini memberikan perspektif baru tentang otoritas kepemimpinan pesantren tradisional yang adaptif dan kolaboratif antara geneologis dan demokratis. Proses regenerasi berjalan berbasis silsilah keturunan menyerupai sistem kepemimpinan yang berlaku dalam sebuah kerajaan.

Gelar putra mahkota diperuntukkan bagi anak laki-laki tertua yang sekaligus menerima privillage sebagai penerus utama. Namun demikian, pondok pesantren ini bukanlah sebuah kerajaan dan Kiai tidak pernah memposisikan dirinya sebagai seorang raja. 

Kiai menerapkan sistem distribusi wewenang dan pendelegasian kekuasaan agar tidak terjadi sentralisasi. Kiai tidak mengambil alih seluruh wewenang dan otoritas serta mengendalikannya secara otoriter, tapi berusaha untuk membatasi diri dengan cara berbagi wewenang dan kekuasaan dengan para pembantunya sesuai dengan TUPOKSI masing-masing.

Para pembantu tersebut berperan sebagai perpanjangan tangan Kiai dalam menjalankan kepemimpinan. Penerapan kebijakan tersebut telah memberikan beragam dampak dan pengaruh yang siginifikan dalam mewujudkan kepemimpinan efektif.

Syamsul mendapati bahwa pondok pesantren ini masih mempertahankan corak kepemimpinan yang bersifat longlife leadership. Kepemimpinan Kiai yang bersifat langgeng didasarkan pada konstruksi pemikiran yang mempersepsikan institusi tersebut sebagai hak milik perorangan.

Dengan berstatuskan hak milik, maka pondok pesantren bersifat melekat pada pemiliknya dan dilindungi serta tidak boleh diambil ataupun direbut oleh orang lain. Keberadaan Kiai di pondok pesantren yang didirikannya seumpama penguasa di dalam rumah sendiri. Kiai memerankan sebagai sosok orang tua yang menganggap seluruh warga pesantren sebagai anak-anaknya.

Apabila Kiai wafat, anaknya akan mengambil alih pondok pesantren beserta kepemimpinannya sebagai aset warisan yang harus dan dirawat dan dijaga hingga ajal menjemputnya. Namun, hal ini terjadi karena semata-mata untuk mempertahankan nilai-nilai tradisionalitas pesantren agar tetap terjaga.

Pergulatan geneologis dan demokratis dalam kepemimpinan pesantren Karangasem setidaknya terbaca melalui statement Kiai yang berkomitmen pada prinsip “tiadak harus keluarga”, tapi “harus tetap menjaga keluarga”.

Komitmen tersebut setidaknya menghasilkan konsekuensi seperti walaupun Kiai merupakan anak keturunan pendiri, namun sebagai pemimpin dituntut mampu menjunjung tinggi profesionalitas dengan tidak menjadikan faktor keturunan dan keluarga sebagai syarat mutlak untuk mengangkat karyawan, pegawai ataupun staff.

Beliau harus memastikan bahwa pintu seluruh amal usaha Karangasem terbuka bagi siapapun yang memiliki keilmuan dan kemampuan serta semangat untuk ikut berjuang demi masa depan Karangasem.

Berikutnya sebagai pemimpin Kiai harus mengedepankan sisi manfaat dan maslahat untuk masa depan Karangasem dan bukan untuk keluarga. Kiai harus mengorbankan kepentingan kepentingan keluarga demi kepentingan Karangasem.

Sebaliknya, setiap anggota keluarga seharusnya berjuang demi kelangsungan Karangasem sebagai warisan orang tua. Kiai memposisikan diri sebagai khâdimul ma’had atau pelayan pondok pesantren dan bukan pelayan keluarga.

Karangasem tidak terlepas dari partisipasi dan kontribusi masyarakat secara luas. Sarana dan prasarana yang tersedia merupakan wujud nyata dari kedermawanan kaum muslimin yang telah mendonasikan sebagian harta benda mereka untuk kepentingan Karangasem.

Karangasem merupakan aset umat Islam yang manfaat dan maslahatnya harus kembali kepada mereka. Karangasem tak ubahnya sebuah rumah besar yang siap menampung siapapun yang memiliki fighting spirit dalam mengemban risâlah umat.

Maka, Kiai dituntut bersikap terbuka terhadap aspirasi umat secara luas dan tidak tertutup demi kepentingan keturunan dan keluarga. 

Melalui penelitian ini Syamsul membuktikan bahwa meskipun Kiai pondok pesantren Karangasem berbasis geneologis dan longlife leadership, namun karakteristik kepemimpinan yang berjalan tidak murni tradisional yang bercorak otoriter, sewenang-wenang dan tertutup pada modernitas.

 Namun sebaliknya, data dan fakta menerangkan bahwa kepemimpinan yang berjalan mampu mengkolaborasikan antara kepemimpinan tradisional dan demokratis yang berupa konsep desentralisasi, musyawarah dan mufakat, keterbukaan terhadap kritik, iklim kondusif, kerjasama dan partisipasi, igalitarian, akomodatif, open minded, peningkatan SDM dan terbukanya peluang bagi bawahan untuk munculnya inisiatif, kreasi dan inovasi dalam upaya beradaptasi dengan modernisasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES