Kopi TIMES

Menguatkan Kembali Minat Baca Anak

Kamis, 07 Oktober 2021 - 03:32 | 56.70k
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) BPS tahun 2019 seperti dilansir dari www.kemdikbud.go.id (5/09/20) menyebutkan bahwa jumlah masyarakat buta aksara di Indonesia telah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Persentase buta aksara tahun 2011 sebanyak 4,63 persen, dan pada tahun 2019 turun menjadi 1,78 persen.

Hal ini merupakan kabar yang membagiakan karena setelah Indonesia merdeka menurut beberapa referensi menyebutkan bahwa 97 persen masyarakat Indonesia saat itu buta aksara.  Meskipun demikian survey lain menyebutkan, minat baca anak Indonesia sampai saat ini masih tergolong rendah. Skor pada Ketegori Membaca Indonesia PISA 2018 dengan nilai 371 menjadi skor yang terendah dari empat kali penyelenggaraan survei terakhir. Skor Kategori Membaca pada 2009 sebesar 402, 2012 sebesar 396, dan 2015 sebesar 397.

Merosotnya nilai Kategori Membaca PISA sendiri merupakan sebuah anomali. Sebab, sekolah-sekolah Indonesia sendiri sudah menerapkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) setidaknya sejak tahun 2015. Benang merahnya adalah survei PISA melibatkan anak usia 15 tahun yang mana pada masa pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama akhir atau Sekolah Menengah Atas awal.

Pertanyaan mendasar sekarang apa yang membuat minat baca anak menurut? Padahal, seperti dilansir kompas.com (1/7/2019) menyebutkan jumlah perpustakaan di Indonesia menjadi terbanyak kedua di dunia dengan 164.610 unit. Indonesia hanya kalah dari India yang menempati posisi pertama dengan jumlah perpustakaan 323.605. 

Riset Perpustakaan Nasional 2017 menyatakan frekuensi membaca orang Indonesia 3-4 kali per minggu dengan lama membaca per hari 30-59 menit. Sementara itu, jumlah buku ditamatkan per tahun 5-9 buah. Hal ini seakan mengamini penelitian yang dilakukan PISA yang menunjukkan minat baca Indonesia yang tergolong rendah. Oleh karena itu, perlu penanaman minat baca pada anak.

Anak akan cenderung malas jika harus membaca buku yang tidak mereka sukai. Dan sebaliknya, minat baca akan tumbuh apabila mereka menemukan buku yang menarik. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan buku yang memang disukai anak dengan memerhatikan perkembangan kognitifnya. Bukan malah memaksa anak membaca buku yang orang tua anggap menarik. Dukungan dari orang tua inilah yang menguatkan kembali minat membaca anak.

Tidak Hanya Sekadar Membaca

Di era teknologi yang begitu pesat ini, kemampuan membaca tidak hanya cukup hanya untuk mengetahui informasi. Seorang pembaca sekarang dituntut menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi isi bacaan secara kritis. Namun demikian, sebagian besar pembaca tidak dapat menganalisis informasi dengan tepat dan hanya bersifat pasif dengan menerima begitu saja informasi/berita yang disampaikan.

Dampak tersebut memang harus segera ditanggulangi sebelum menjadi budaya yang negatif. Hal ini tidaklah berlebihan mengingat saat ini informasi dapat dengan mudah sampai ditangan para pembaca. Namun, ada beberapa informasi yang belum tentu kebenarannya atau biasa disebut hoaks. Bahkan, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) hingga 2 Agustus 2021 terdapat 1.825 isu hoaks.

Dengan merebaknya informasi-informasi yang tersebar yang belum tentu diketahui kebenarannya ini, membuat kita sebagai orang tua, harus terus waspada. Terlebih, informasi tersebut terkadang mudah dipercayai oleh anak. Kita sebagai perlu menanamkan ke anak untuk tidak dengan mudah mempercayai setiap informasi dan mewajibkan mengecek kebenarannya di situs-situs resmi. Atau mengonfirmasi dulu kepada orang tua informasi-informasi yang di dapatkan. Hal ini berfungsi untuk mengecek kebenaran informasi tersebut dan meminimalisir terbentuknya mindset pada anak. 

Peningkatan minat baca anak Indonesia perlu ditingkatkan dengan maksimal. Salah satunya, yaitu dengan menanamkan kebiasaan membaca pada anak sejak dini. Anak seharusnya tidak hanya sekedar membaca untuk mendapatkan informasi. Namun, anak harus dapat membaca untuk mengetahui kebenaran informasi, mengolah informasi, menghubungkan informasi yang didapat, dan mendapatkan ilmu dari setiap kata yang mereka baca. Karena sebagaimana pepatah mengatakan, “membaca adalah jendela dunia”.

***

*) Oleh: Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES