Peristiwa Internasional

China Makin Agresif, 56 Pesawat Tempur Bermanuver di Atas Taiwan

Selasa, 05 Oktober 2021 - 10:51 | 46.35k
Sebuah jet tempur J-16 yang dipasang pada brigade penerbangan angkatan udara di bawah Komando Teater Timur PLA terbang ke angkasa selama beberapa kali pelatihan pada 16 Februari 2021.(FOTO: Global Times/eng.chinamil.com.cn)
Sebuah jet tempur J-16 yang dipasang pada brigade penerbangan angkatan udara di bawah Komando Teater Timur PLA terbang ke angkasa selama beberapa kali pelatihan pada 16 Februari 2021.(FOTO: Global Times/eng.chinamil.com.cn)

TIMESINDONESIA, JAKARTAChina semakin agresif dengan menerbangkan pesawat-pesawat tempurnya dalam upayanya menekan Taiwan, dan setidaknya sudah 148 penerbangan di zona pertahanan udara Taiwan setelah Senin (4/10/2021) mengirim lagi 56 pesawat tempur di zona itu.

Ini merupakan unjuk kekuatan terbesar yang disuguhkan China terhadap Taiwan, dan melanjutkan tiga hari sebelumnya dengan manuver yang sama dari China.

Dilansir Al Jazeera, China mengklaim Taiwan yang diperintah secara demokratis itu sebagai wilayahnya sendiri, sebuah wilayah yang akan dikendalikan secara paksa jika perlu.

Menurut Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, serangan mendadak pertama pada hari Senin itu dari 52 pesawat termasuk 34 jet tempur J-16 dan 12 pembom H-6, dan sejumlah pesawat lainnya.

Kemudian, empat lagi pesawat J-16 China terbang menuju bagian barat daya dari zona identifikasi pertahanan udara Taiwan penyangga di luar wilayah udara suatu negara.

Angkatan udara Taiwan mengacak-acak pesawat tempurnya dan memantau pergerakan pesawat tempur China pada sistem pertahanan udaranya, kata kementerian itu.

"Kami sangat prihatin bahwa China akan melancarkan perang melawan Taiwan di beberapa titik, meskipun ancaman itu mungkin tidak akan terjadi pada saat ini," kata Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu dalam sebuah wawancara dengan siaran Australian Broadcasting Corp, Senin.

Mainland Affairs Council (MAC), badan pembuat kebijakan utama China di Taiwan menuduh Beijing "sangat merusak status quo perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan" dengan serangkaian serangan yang lebih besar baru-baru ini.

"Kami menuntut pihak berwenang Beijing segera menghentikan tindakan provokatifnya yang tidak damai dan tidak bertanggung jawab," kata juru bicara MAC Chiu Chui-cheng dalam sebuah pernyataan.

"China adalah pelakunya karena menyebabkan ketegangan antara kedua sisi Selat (Taiwan) dan itu semakin mengancam keamanan dan ketertiban regional," tambahnya, dan menambahkan bahwa Taiwan tidak akan pernah berkompromi dan menyerah pada ancaman.

China mengklaim Taiwan memerintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri dan mengatakan akan membawa pulau itu di bawah kendalinya dengan paksa jika perlu.

China juga telah menolak mengakui pemerintahan pulau itu dan semakin berusaha untuk mengisolasi pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen yang condong pada kemerdekaan.

Taiwan dan China berpisah selama perang saudara pada tahun 1949, dan Beijing menentang keterlibatan Taiwan dalam organisasi internasional.

Taiwan mengumumkan pada 23 September bahwa mereka telah mendaftar bergabung dengan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik, seminggu setelah China mengajukan aplikasinya sendiri untuk bergabung dengan pakta perdagangan.

Mulai Jumat lalu, pada Hari Nasional China, Tentara Pembebasan Rakyat mengirim 38 pesawat tempur ke daerah itu dan kemudian dilanjutkan mengirim lagi 39 pesawat tempurnya pada hari Sabtu, sebelumnya paling banyak dalam satu hari sejak Taiwan mulai merilis laporan penerbangan pada September 2020. China mengirim tambahan lagi 16 pesawat pada hari Minggu.

Perilaku China itu mendorong juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price memberikan pernyataan selama akhir pekan, dengan memperingatkan bahwa aktivitas militer China di dekat Taiwan berisiko salah perhitungan dan merusak perdamaian dan stabilitas regional.

"Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik, dan ekonominya terhadap Taiwan," kata pernyataan itu.

Kementerian Luar Negeri China menanggapi pada hari Senin, mengatakan bahwa AS yang menjual senjata ke Taiwan, serta kapal-kapal AS yang menavigasi Selat Taiwan, adalah "tindakan provokatif yang merusak hubungan AS-China."

"China akan mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan dan dengan tegas menghancurkan setiap plot kemerdekaan Taiwan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying dalam sebuah pernyataan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES