Kuliner

Terdampak Pandemi, Penjual Pentolan di Gorontalo Tetap Berjuang Mencari Nafkah

Rabu, 29 September 2021 - 23:09 | 40.95k
Anden sedang menggoreng pentol yang sedang dipesan pelanggan. (FOTO: Sarjan Lahay/TIMES Indonesia)
Anden sedang menggoreng pentol yang sedang dipesan pelanggan. (FOTO: Sarjan Lahay/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, GORONTALOPandemi Covid-19 memberikan efek buruk kepada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pasalnya, pandemi yang sudah hampir dua tahun ini membuat pendapatan pelaku usaha kecil menurun, seperti yang dirasakan oleh Anden. 

Anden yang sehari-hari menjual pentolan goreng di Jln. KH. Adam Zakaria ini cukup merasa terpukul dengan adanya pandemi Covid-19. Sebelum pendemi, dirinya bisa meraup uang jutaan rupiah, namun saat adanya pandemi, hanya ratusan ribu saja yang bisa didapatkannya dalam sehari. 

“Saya menjual pentolan gorengan ini dari jam setengah 7 malam, sampai jam 1 malam. Sebelum adanya pandemi, dalam sehari saya bisa mendapatkan Rp1,6 juta, tapi saat adanya pandemi, dalam sehari bisa dapat Rp800 ribu saja,” kata Anden kepada TIMES Indonesia, Rabu (29/9/2021).

Lelaki yang merupakan warga Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo ini sudah bertahun-tahun menjual pentol goreng. Sebelum pendemi, orang yang membeli dagangannya bisa sampai antri. 

“Orang yang membeli pentol goreng di tempat saya itu sangat banyak, bahkan saya pernah menggunakan nomor antrian karena sudah terlalu banyak pelanggan yang membeli, tapi itu dulu,” ujarnya.

Anden memang sudah memprediksi kondisi ini akan terjadi setelah dirinya melihat pemberitaan di media sosial. Profesinya yang tergolong rentan terkena virus, membuatnya juga sempat takut. Tapi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dirinya melawan ketakutan itu dengan terus berjualan meski virus ini menghantuinya.

“Pekerjaan saya cuman menjual ini. Kalau saya berhenti menjual, anak dan istri saya, mau diberi makan apa?. Jadi, walaupun ada wabah ini, saya tetap menjual pentol goreng ini, karena ada orang-orang saya cintai yang harus saya biaya,” ucapnya. 

Ia menjelaskan, sejak Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Gorontalo memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Kecil, ia tidak pernah libur untuk berjualan. Meski begitu, protokol kesehatan tetap diterapkannya. 

“Protokol kesehatan tetap saya terapkan. Tempat saya ini, awalnya ada meja untuk makan, tapi sekarang saya sudah hilangkan, karena pelanggan hanya membeli saja dan langsung pulang, saya tidak izinkan untuk makan ditempat ini,” jelasnya

Ia mengaku pernah beberapa kali didatangi aparat kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Gorontalo untuk memberikan imbauan agar dirinya bisa menjual sampai jam 9 malam saja. Namun, hal tersebut tidak diindahkannya. 

“Bagaimana saya mau tutup hanya sampai jam 9 malam, modal saja tidak bisa pulang itu, jadi saya tetap melanjutkan jualan sampai jam 1 malam, itupun pendapatan saya tidak seperti dulu. Saya juga hanya melayani pembelian yang dibungkus, tidak melayani makan di tempat, jadi tidak apa-apa,” katanya. 

Anden berharap pandemi ini cepat berakhir, agar dirinya dan semua orang di Indonesia bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Baginya, pandemi sangat membuat semua orang menderita. Aktivitas yang serba dibatasi, menjadi penghalang utama dalam mencari nafkah. 

“Saya terus berdoa, semoga Pandemi Covid-19 ini berakhir, banyak orang-orang yang terdampak akibat ini, bahkan ada yang bangkrut akibat pandemi. Teman-teman saya juga banyak mengeluh soal ini, karena bagi rakyat kecil, pandemi sangat mengancam kehidupan keluarga mereka,” tutup Anden. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES