Peristiwa Daerah

Mengenang Gempa, Tsunami dan Likuefaksi Pasigala 3 Tahun Silam

Selasa, 28 September 2021 - 23:22 | 64.70k
Kerabat dan sanak saudara korban bencana likuefaksi datang ke lokasi likuefaksi di Kelurahan Petobo. Mereka berdoa dan menabur bunga mengenang para korban gempa 28 September 2018 silam. (Foto : Sarifah Latowa/TIMES Indonesia)
Kerabat dan sanak saudara korban bencana likuefaksi datang ke lokasi likuefaksi di Kelurahan Petobo. Mereka berdoa dan menabur bunga mengenang para korban gempa 28 September 2018 silam. (Foto : Sarifah Latowa/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PALU – 28 September merupakan hari bersejarah di Sulawesi Tengah. Tepat tiga tahun lalu, atau pada 28 September 2018 terjadi bencana Gempa, Tsunami dan Likuefaksi di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala).

Gelombang tsunami menyapu pesisir Palu, Likuefaksi melululantakkan beberapa titik di Kota Palu dan Sigi pasca gempa berkekuatan M 7,4. 

Rian Saputra, salah satu penyintas datang pada Selasa sore ke lokasi likuefaksi di Kelurahan Petobo. Ia terlihat khusyuk berdoa di lokasi terjadinya likuefasi. 

Rian bercerita jika ia kehilangan Ayahnya saat terjadi likuefksi di Kelurahan Petobo tiga tahun silam. "Waktu peristiwa itu terjadi saya tidak ada di rumah. Namun keluarga saya yang selamat bercerita saat itu Papa saya sedang berada di dalam rumah,"  

Ia sempat menyelamatkan diri. Namun, tiba-tiba tanah yang Ia pijak amblas. "Papa saya akhirnya terkubur oleh gundukan tanah dan tidak ditemukan jenazahnya hingga saat ini," papar Rian dengan nada sedih. 

Selain mengirim doa untuk almarhum, Rian juga menabur bunga di lokasi likuefaksi untuk mengenang ayahnya. Meskipun dirinya tidak mengetahui pasti dimana letak jenazah ayahnya terkubur. 

"Datang kembali ke tempat ini mengingatkan saya kepada sosok Papa. Dan hanya ini cara yang saya dapat lakukan untuk mengobati rasa rindu ke Papa, karena sampai saat ini kami tidak menemukan jasad Papa," ujarnya sambil menabur bunga.

Rian bukan satu-satunya penyintas yang datang ke tempat itu, terlihat juga Putu Eka sedang menabur bunga di hadapan foto-foto korban likuefaksi yang dipajang di lokasi likuefaksi. Salah satu foto yang dipajang itu adalah istrinya. "Waktu itu istri dan anak saya menjadi korban likuefaksi," ungkapnya. 

Saat itu, kata dia, dirinya sedang berada di kantor. Ia baru menemukan jasad istrinya keesokan harinya pasca gempa. "Saya datang kesini untuk mengirim doa kepada istri dan anak saya. Semoga mereka tenang disana," ucapnya. 

Di tempat yang sama, terlihat juga beberapa kerabat dan sanak saudara korban bencana likuefaksi datang ke tempat itu. Merekapun melakukan hal yang sama dengan Rian dan Putu, berdoa dan menabur bunga.

Tabur bunga mereka lakukan untuk mengenang serta mendoakan para korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi yang melanda Pasigala tiga tahun silam.

Selain menabur bunga, warga di sekitar Petobo menggelar doa bersama lintas agama. Yang agama Islam berdoa bersama di masjid. Sementara umat Nasrani menggelar ibadah di salah satu rumah di kompleks BTN Petobo. Bersamaan dengan itu, umat Hindu juga menggelar doa bersama tepat disamping rumah tempat umat kristiani beribadah. Semuanya terlihat khusyuk mengirim doa untuk mengenang para korban. 

Pada bencana di Pasigala tiga tahun lalu, likefaksi terjadi di Kelurahan Petobo dengan luas 180 hektar dan Balaroa seluas 47.8 hektare. Meskipun telah berlalu tiga tahun, namun peristiwa bencana alam gempa, tsunami dan likuefaksi pada 28 September 2018 masih menyisakan duka bagi warga masyarakat di Sulawesi Tengah.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES