Ekonomi

BI Malut Dorong Petani Gunakan Pupuk Organik

Selasa, 28 September 2021 - 22:46 | 63.96k
Dudung Durahman, petani padi saat menaburkan pupuk organik ke lahan penyemaian padi. (FOTO: Wahyudi Yahya/TIMES Indonesia)
Dudung Durahman, petani padi saat menaburkan pupuk organik ke lahan penyemaian padi. (FOTO: Wahyudi Yahya/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, HALMAHERA UTARA – Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Maluku Utara (BI Malut) terus menunjukkan keseriusannya meningkatkan produktivitas petani, khususnya yang menjadi binaan mereka.

Hal ini dapat dilihat dari sejumlah bantuan yang diberikan, seperti peralatan, fasilitas gedung pengering bawang, pelatihan hilirisasi produk pertanian, serta pelatihan pembuatan pupuk organik. 

Di tahun ini, Bank Sentral Republik Indonesia di Malut ini memberikan bantuan 3 unit kandang sapi ke Gabungan kelompok tani (Gapoktan), yang terdiri dari 2 unit untuk Gapoktan Mitra Tayawi dan 1 unit di Ngudi Mulyo.

Dudung-Durahman-petani-padi-2.jpgFoto bersama tim monitoring BI Malut bersama Petani di Kandang Sapi bantuan BI di Kelompok Tani Halut. (FOTO: Wahyudi Yahya/TIMES Indonesia)

“Dengan keberadaan kandang sapi ini, petani  bisa mulai menggunakan pupuk organik dengan jumlah yang besar,” ujar Analis Yunior BI Malut, Kevin Ardio kepada TIMES Indonesia saat monitoring UMKM dan Petani binaan di Halmahera Utara, Selasa (28/9/2021).

Saat ini petani memang sudah meminimalisir penggunaan pupuk kimia, karena dinilai berdampak pada unsur hara dalam tanah, yang tentu mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan tanamanan. 

BI Malut secara bertahap meningkatkan kesadaran kelompok tani, sehingga perlahan mempengaruhi pola penggunaan pupuk dari kimia ke organik.

Kevin menjelaskan, tujuan BI Malut adalah untuk meningkatkan jumlah serta kualitas produksi, baik padi maupun tanaman hortikultura lainnya.

“Jadi (pupuk organik) ini untuk jangka panjang kedepannya, dari segi ekonomi perekonomian Maluku Utara dapat terlihat atau lebih baik,” jelasnya. 

Kehadiran BI Malut, Petani Merasa Terbantu

Anggota Kelompok Tani Nudi Mulyo, Kao Barat, Halmahera Utara, Dudung Durahman mengaku sangat terbantu semenjak BI hadir dan menjadi fasilitator bagi petani. 

“Saya sangat berterima kasih kepada Bank Indonesia, dimana telah banyak memfasilitasi berupa kandang sapi dengan kapasitas 8 ekor,” ungkap Dudung. 

Dudung-Durahman-petani-padi-3.jpgSuprayitno petani Hortikultura saat mengeringkan bawang di rumah pengering bantuan BI Malut. (FOTO: Wahyudi Yahya/TIMES Indonesia )

Disamping itu, kata Dudung BI juga memberikan bantuan kepada mereka, seperti mesin pengolahan pupuk organik, mesin pengolah rumput, dan mesin pencacah rumput.

Khusus pupuk organik, petani mengakui memiliki pengaruh terhadap produksi beras yang cukup signifikan, jika dibandingkan dengan pupuk non organik. 

“Kualitas beras semakin kokoh dan semakin bagus untuk kualitasnya. Produksinya meningkat dan kemudian untuk pembiayaan pupuk kimia dapat ditekan sekecil mungkin,” jelas petani transmigrasi dari pulau Jawa tahun 1991 ini. 

Secara keseluruhan, lahan padi gabungan kelompok tani (Gapoktan) mereka seluas 204 hektar, rata-rata per kelompok tani mencapai 40 hektar. Jika penggunaan pupuk organik secara baik dan benar, petani dapat menghasilkan 2 ton beras per hektar. 

Hasil produksi padi itu hanya melayani konsumen di Kabupaten Halmahera Utara, sepet Galela, Tobelo, dan Malifut. Harga per kilogram jika diambil langsung ke petani bisa mencapai Rp9.500.

Hal senada juga disampaikan Suprayitno, ketua Kelompok Tani Mega Makmur, Desa Suka Makmur, Halut. Menurutnya, banyak keuntungan yang diperoleh petani selama dibina oleh BI. 

“Sudah banyak Fasilitas yang diberikan BI, seperti kita telah mendapatkan irigasi tetes, mendapatkan fasilitas untuk angkut barang (mobil), screen house, yang dipakai untuk penjemuran bawang merah,” ungkapnya. 

Poktan Mega Makmur sendiri merupakan kluster petani cabe, disamping juga budidaya bawang merah, semangka, kacang panjang, timun, tomat, dan buah pare. 

Luas lahan tanaman cabe sebesar 1 hektar, dengan hasil panen sebanyak 16-20 ton selama 20-21 kali panen. Suprayitno sendiri menjual dengan harga terendah Rp20 ribu per kg. Sementara, secara keseluruhan Gapoktan binaan BI ini memiliki luas lahan pertanian mencapai 15 hektar. 

Hasil pertanian mereka tidak hanya melayani Kabupaten Halut, banyak juga permintaan di sejumlah daerah seperti di PT IWIP Halmahera Tengah, dan Sorong, Papua Barat. 

Ia menambahkan, saat ini yang menjadi kendala petani adalah harga yang fluktuatif, lantaran ada pemasok hasil tani dari daerah lain. Parahnya lagi, saat musim panen, sejumlah agen malah mendatangkan sayuran dari derah lain.

“Sementara kita di sini lagi panen, terus mereka dengan mencari rezeki juga mendatangkan dari daerah lain, jadi itu yang membuat harganya kadang naik dan turun,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES