Peristiwa Daerah

Antisipasi Alih Fungsi Lahan, Warga Kedunggaleng Maksimalkan LP2B

Selasa, 28 September 2021 - 20:35 | 50.71k
Sosialisai dampak penyusutan lahan pertanian di Orin Hall Kota Probolinggo. (FOTO: Ryan H/TIMES Indonesia
Sosialisai dampak penyusutan lahan pertanian di Orin Hall Kota Probolinggo. (FOTO: Ryan H/TIMES Indonesia

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Alih fungsi lahan hijau menjadi perumahan marak di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Menjaga eksistensi dan keberlangsungan bahan pangan, warga Kelurahan Kedunggaleng, Wonoasih, belajar maksimalkan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).

Cara itu sebagai salah satu upaya untuk melestarikan sumber pangan setempat. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kota Probolinggo, saat ini luasan sawah dan tegal di Kota Probolinggo hanya tersisa 2.374 hektar. 1.099 hektar di antaranya merupakan LP2B.

Untuk Kecamatan Wonoasih, sawah dan tegal yang tersisa adalah 612 hektar. 418 hektar di antaranya, merupakan LP2B. Khusus di Kelurahan Kedunggaleng, ada 89 hektar lahan sawah dan tegal. Sedangkan 42,3 di antaranya merupakan LP2B.

Sosialisai-dampak-penyusutan-lahan-pertanian-2.jpg

Penyuluh Pertanian Muda, Dinas Pertanian Kota Probolinggo, Rini Darwati menyebut, saat ini fakta pangan di Kota Probolinggo untuk produksi padi atau beras, hanya bisa memenuhi 4 bulan kebutuhan beras penduduk kota. Fakta itu merupakan data pada tahun 2020.

Untuk itu, perlu adanya upaya antisipasi menyikapi lahan pertanian yang semakin sempit. Mulai dari meningkatkan kesuburan tanah, intensifikasi pertanian, seperti penggunaan bibit unggul, pupuk berimbang, mekanisasi dan PTT.

“Lalu ada pula cara pemilihan komoditas yang berekonomi tinggi. Yakni tanaman holtikultura seperti cabai dan lain sebagainya,” kata Rini, Selasa (28/9/2021).

Pada kesempatan ini, pihaknya memberikan pelatihan dan pemahaman dampak penyusutan lahan pertanian pada warga Kelurahan kedunggaleng, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo. Ada sekitar 52 warga dari Pokmas 1, yang ikut dalam pelatihan dan sosialisasi itu.

Sosialisai-dampak-penyusutan-lahan-pertanian-3.jpg

“Salah satu cara yang bisa kami berikan pada masyarakat itu, antara lain meningkatkan indeks pertanian, pemanfaatan lahan pekarangan dan urban farming. Seperti hidroponik, aquaponik dan green house,” sambungnya.

Sosialisasi dan pelatihan itu disambut baik warga setempat. Siti Sulsiah menyebut, selama ini kendala dari petani adalah ketersediaan pupuk. Dengan adanya pelatihan ini, warga akhirnya mengerti dan tidak menggantungkan sepenuhnya pada pupuk. Selain itu juga bisa memanfaatkan lahan sempit yang tersisa di rumah-rumah.

“Kalau pakai polibag atau hidroponik itu kan tidak terlalu berat. Sehingga warga bisa lebih mudah dalam mengurus pertanian itu,” ujar Siti.

Lurah Kedunggaleng, Achmad Faiz pun mengapresiasi kegiatan itu. Faiz berharap, petani yang memiliki lahan di Kelurahan kedunggaleng, untuk tetap mempertahankan lahan mereka. Agar lahan pertanian di wilayahnya tidak semakin berkurang.

“Sebab saat ini pembangunan perumahan semakin gencar. Dengan sosialisasi ini kami harap petani tidak melepas lahan mereka untuk hal itu,” sebutnya.

Pelatihan dan sosialisasi LP2B yang digelar di Orin Hall inipun berlangsung sukses. Kegiatan ini memberikan pencerahan pada warga yang tadinya kebingungan dan menggantungkan pada pupuk. Selama pelatihan antisipasi penyempitan lahan, seluruh peserta dan pemateri terapkan protokol kesehatan ketat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES