Ekonomi

Peternak di Banyuwangi Keluhkan Kenaikan Harga Pakan dan Anjlognya Harga Telur

Selasa, 28 September 2021 - 00:04 | 175.97k
Supaat Pribadi saat memberikan pakan untuk ayam petelur miliknya. (FOTO: Riswan Efendi/TIMES Indonesia)
Supaat Pribadi saat memberikan pakan untuk ayam petelur miliknya. (FOTO: Riswan Efendi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Naiknya harga pakan ternak yang dibarengi dengan anjloknya harga telur di pasaran, membuat sejumlah peternak ayam petelur di kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mengeluh. Hal ini membuat mereka mengalami kerugian hingga jutaan rupiah dan bisa berpotensi gulung tikar.

Supaat Pribadi (47), peternak ayam petelur asal Dusun Sumberagung, Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mengaku mengalami kerugian hingga Rp5 juta dalam sebulan. Kenaikan harga pakan sudah terjadi di awal bulan September ini. Sementara harga telur yang turun per kilogramnya, membuat mereka kebingungan mensiasati biaya operasional.

"Untuk harga pakan sendiri dulu 330 ribu per setengah kwintal. Kini naik Rp 18 Ribu menjadi 348 ribu per setengah kwintal," kata Supaat kepada TIMESIndonesia, Senin (27/9/2021).

Sedangkan untuk penurunan harga telur juga terjadi pada awal bulan September ini.

Telur

"Harga normalnya telur dulu mencapai Rp 20-22 Ribu per kilogramnya. Tapi sekarang jadi hanya Rp 14 Ribu saja," cetusnya.

Dalam mensiasati agar tidak mengalami kerugian secara besar, dirinya harus mencampur sendiri pakan ternak yang akan diberikan pada ayam petelur miliknya. Dengan mencampur konsentrat, jagung giling, dan katul dirinya bisa menekan pengeluaran operasional seminimal mungkin.

"Sudah saya coba untuk mengurangi pakan ternak dan hasilnya malah membuat produksi telur menurun drastis, jadi kita malah makin merugi," ungkap Supaat.

Dirinya menambahkan, biasanya dari 720 ayam petelur miliknya, Ia mampu memanen hingga 33 kilogram telur setiap hari. Dengan omzet Rp 16 Juta per bulannya Ia harus menanggung biaya pakan hingga Rp Rp 13 Juta setiap bulan.

"Saat ini dengan panen 33 kilogram setiap hari kita memperoleh omzet sekitar Rp 13 Juta-an. Kami harus melakukan penekanan seminimal mungkin untuk pakannya," kata Supaat.

ayam petelur a

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setyawan mengatakan fenomena kenaikan harga pakan yang ada di Banyuwangi berbeda dengan daerah lainnya. Mengingat ketika jagung sebagai bahan pakan ternak juga mengalami kenaikan, peternak di daerah lain mengeluh.

"Fenomenanya ini berbeda, jika di daerah lain itu para peternak mencampur sendiri bahan pakan ternak dengan jagung, sehingga ketika ada kenaikan harga jagung dikarenakan hasil panen jagung tidak mencukupi kebutuhan peternak, mereka bersuara," cetusnya.

Sementara di kabupaten Banyuwangi, ketersediaan jagung masih melimpah, sehingga kenaikan pakan tersebut terjadi karena sebagian besar para peternak masih banyak menggunakan pakan konsentrat.

"Sebagian mereka para peternak ayam petelur di Kabupaten Banyuwangi tidak memanfaatkan jagung sebagai makan ternak dan hanya mengandalkan sentrat. Sementara hasil panen jagung disini masih banyak," kata Arif Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES