Peristiwa Daerah

Phonska Plus Banyuwangi, Kampungnya Para Petani Muda Buah Naga

Sabtu, 25 September 2021 - 19:02 | 75.84k
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bersama Direktur Produksi PT. Pupuk Indonesia (Persero) Bob Indiarto memanen buah naga di Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bersama Direktur Produksi PT. Pupuk Indonesia (Persero) Bob Indiarto memanen buah naga di Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani dan PT Pupuk Indonesia (Persero) telah meresmikan Kampung Petani Buah Naga Phonska Plus di Desa Bilurejo, Kecamatan Purwoharjo. Kampung ini merupakan tempatnya para petani-petani muda yang sukses bertanam buah naga.

Pantas jika kampung ini disebut sebagai sentra tanaman buah naga. Di sini, ada sekitar 700 hektar lahan buah naga yang mampu menghasilkan puluhan ribu ton buah naga tiap tahunnya.

"Di sini tempatnya anak-anak muda yang sukses dengan pertanian. Masih muda tapi semangatnya luar biasa," kata Ipuk Fiestiandani, Sabtu (25/9/2021).

Para petani buah naga di kampung ini, mayoritas menggunakan metode sinar lampu untuk menggantikan sinar matahari. Sehingga, panen buah naga dapat dilakukan sepanjang tahun. Sesuai keinginan sendiri.

Metode ini dikenal dengan inovasi Puting Si Naga (Penggunaan Lampu Tingkatkan Produksi Buah Naga). Inovasi ini telah masuk TOP 45 Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Kedepannya, Ipuk mendorong petani buah naga agar melakukan hilirisasi pertanian dengan mengolah komoditas yang dihasilkan. Melalui hilirisasi, petani akan mendapat tambahan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraannya.

Ipuk-Fiestiandani-18.jpg

Untuk diketahui, data Dinas Pertanian dan Pangan, luas tanaman buah naga di Kabupaten Banyuwangi mencapai 3.786 hektare, dengan produktivitas sebesar 82.544 ton per tahun. Jumlah tersebut sekaligus mengukuhkan Banyuwangi, sebagai penghasil buah naga terbesar di Indonesia.

“Melihat tingginya produksi buah naga, maka kita harus melakukan hilirisasinya. Petani kita dorong agar tidak hanya menjual komoditasnya, melainkan juga produk hilirnya," kata Ipuk.

Dia berharap, petani buah naga tidak lantas berhenti sebatas panen saja. Menurutnya, buah naga bisa diolah menjadi berbagai produk bermuatan lokal yang laku dijual. Bahkan hingga pasar ekspor.

"Misalnya, diolah jadi mie, dodol, buah kering, keripik, minuman, atau produk olahan lainnya. Dinas terkait akan membantu pemasarannya,” imbuh Ipuk.

Salah satu petani, Edi Lusi, mengatakan dengan teknik penyinaran tersebut tanaman buah naganya bisa panen sepanjang tahun, bahkan di luar musim (off season).

“Buah naga bisa berbuah sepanjang tahun, dan bisa panen setiap bulan. Jadi bertani buah naga sekarang itu senang terus. Apalagi kalau panen di luar musim, harganya bisa tinggi,” kata ketua paguyuban petani buah naga Banyuwangi ini.

Selain memperpanjang masa produksi dengan penyinaran lampu di malam hari, Edi dan petani buah naga lainnya terus berinovasi meningkatkan kualitas produksi tanaman buah naganya. Memadukan teknik perawatan dan pemupukan yang berimbang, kini produksi buah naga Edi bisa mencapai bobot 1 kg per buah.

“Alhamdulillah, yang awalnya bobot per biji hanya 0,5 kg, sekarang bisa 1 kg bahkan ada yang lebih. Kami memaksimalkan pemberian pupuk pupuk NPK Phonska Plus secara tepat dan presisi,” kata Edi.

Edi mengaku, menggunakan pupuk NPK Phonska Plus dari Pupuk Indonesia ini banyak kelebihannya. Dulu produktivitas panen sebesar 1-1,5 ton per hektare, kini meningkat menjadi 3-4 ton per hektare.

“Pakai Phonska tanaman lebih stabil. Saat pembungaan, bunga tidak mudah rontok sehingga produksi buahnya terjaga,” kata Edi.

Sementara Direktur Produksi PT. Pupuk Indonesia (Persero) Bob Indiarto menjelaskan, pihaknya siap mendukung pengembangan pertanian Indonesia, termasuk di Banyuwangi. Salah satunya, dengan meresmikan Kampung Naga Phonska Plus ini.

Ratusan petani muda di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, merasa termotivasi untuk meraih kesuksesan dari bisnis bercocok tanam. Selain pendampingan melalui program Makmur, PT Pupuk Indonesia juga menunjukkan keseriusannya dalam mendampingi sektor tanam lainnya.

"Selain padi, kami juga membidangi pendampingan di jenis-jenis tanaman lainnya. Ini adalah komitmen kami untuk mendukung program pemerintah untuk mengembangkan sektor pertanian," kata Bob Indiarto.

Dia menyatakan, Pupuk Indonesia saat ini sedang melakukan gerakan secara besar-besaran untuk menggeser mental para petani. Dari metode tradisional menjadi petani modern. Ini untuk mendukung regenerasi petani dan mendorong produktivitas pertanian nasional.

"Maka dari petani milenial inilah kita berharap. Karena tanah air kita luas dan subur dan perlu dikelola oleh petani-petani muda yang potensial," katanya.

Di Banyuwangi, Pupuk Indonesia telah membuktikan komitmennya tersebut. Dari 100 hektar lahan padi yang yang ikut dalam program Makmur, terbukti mampu menghasilkan panen melimpah. Dari awalnya 5 ton per hektar, berlipat ganda menjadi 10 ton penen per hektarnya.

Untuk mendapatkan hasil panen dengan kuantitas tinggi, para petani diberikan wawasan untuk mengelola tanah dengan baik. Penggunaan pupuk organik dan non organik yang proposional akan menghasilkan tanaman yang baik dengan kualitas tanah yang sehat pula.

"Kami terus memotivasi anak muda agar konsisten menggeluti pertanian. Mendorong iklim agribisnis untuk millenial ini memperoleh kesejahteraan dari pertanian," cetus Direktur Produksi PT. Pupuk Indonesia (Persero) tersebut usai meresmikan Kampung Petani Buah Naga Phonska Plusdi Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES