Peristiwa Internasional

Seruan Akhiri Konflik dari Presiden Korsel, Ini Jawaban Mengagetkan Korut

Sabtu, 25 September 2021 - 12:02 | 25.67k
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in saat berpidato di Sidang Umum ke 76 Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York yang menyerukan agar diakhirinya konflik Dua Korea.(FOTO: Yoursay.id/Reuters).
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in saat berpidato di Sidang Umum ke 76 Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York yang menyerukan agar diakhirinya konflik Dua Korea.(FOTO: Yoursay.id/Reuters).

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Seruan Presiden Korsel (Korea Selatan), Moon Jae-in agar Dua Korea mengakhiri konflik dan membawa perdamaian ke semenanjung, mendapat tanggapan yang mengagetkan dari Korut (Korea Utara) yang intinya bersedia dengan catatan diakhirinya kebijakan bermusuhan.

Tanggapan itu datang dari Kim Yo-jong, adik perempuan dari Kim Jong-un yang sangat berpengaruh dalam kepemimpinan Korea Utara.

Semula seruan itu ditolak oleh seorang menteri tinggi Korea Utara yang dinilainya sebagai "prematur". Namun dalam sebuah pernyataan tak terduga yang dirilis pada hari Jumat, melalui media pemerintah, Kim Yo-jong mengatakan ide itu 'mengagumkan'.

Namun dia menegaskan, bahwa Korea Utara hanya akan bersedia untuk membahas proposal tersebut jika Korea Selatan menghentikan apa yang dia sebut sebagai 'kebijakan bermusuhan' terhadap mereka.

"Yang perlu dihilangkan adalah sikap berbelit-belit, prasangka tidak logis, kebiasaan buruk, dan sikap bermusuhan yang membenarkan tindakan mereka sendiri sambil menyalahkan pelaksanaan hak membela diri kita yang adil," katanya dalam pernyataannya itu.

"Jika prasyarat seperti itu terpenuhi, sangat mungkin untuk duduk berhadap-hadapan dan menyatakan penghentian perang yang signifikan," tambahnya kemudian.

Kim-Yo-jong.jpgKim Yo-jong, saudara perempuan berpengaruh dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. (FOTO: North Korea Times/Getty Image)

Minggu ini, Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in menyerukan kedua Korea dan sekutu mereka - Amerika Serikat yang mendukung Korea  Selatan, serta China yang merupakan mitra ekonomi terbesar Korea Utara, untuk menyatakan secara resmi mengakhiri konflik dan membawa perdamaian ke semenanjung Korea.

Kelayakan usulan Moon itu sempat dipertanyakan, mengingat keadaan hubungan antara kedua Korea dan AS.

Dalam pidatonya di sesi ke-76 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Selasa (EST), Moon mengusulkan deklarasi trilateral atau segiempat untuk menyatakan deklarasi formal, mengakhiri Perang Korea.

"Hari ini, saya sekali lagi mendesak masyarakat bangsa-bangsa untuk mengerahkan kekuatannya untuk deklarasi akhiri perang di Semenanjung Korea, dan mengusulkan agar tiga pihak dari dua Korea dan AS, atau empat pihak dari dua Korea , AS dan China, bersatu dan menyatakan bahwa perang di Semenanjung Korea telah berakhir," kata Moon.

"Ketika pihak-pihak yang terlibat dalam Perang Korea berdiri bersama dan mengumumkan berakhirnya perang, saya yakin kita bisa membuat kemajuan yang tidak dapat diubah dalam denuklirisasi dan mengantarkan era perdamaian penuh," tambahnya.

Perang Korea itu berakhir dengan gencatan senjata yang ditandatangani pada tahun 1953 oleh Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dipimpin AS, Cina dan Korea Utara, sehingga membuat kedua Korea secara teknis masih berperang.

Seruan Presiden Korsel, Moon Jae-in agar Dua Korea mengakhiri konflik dan membawa perdamaian ke semenanjung itu kemudian mendapat tanggapan yang mengagetkan dari Korut yang intinya bersedia dengan catatan diakhirinya kebijakan bermusuhan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES