Gaya Hidup

Ian Adrian Berharap Pemerintah Pusat Kenalkan Karya Lokal ke Pasar Global

Jumat, 24 September 2021 - 06:11 | 58.44k
Salah satu karya perancang busana Ian Adrian yang berharap pada pemerintah pusat untuk lebih membantu kenalkan ke pasar global. (FOTO: Ian Adrian for TIMES Indonesia)
Salah satu karya perancang busana Ian Adrian yang berharap pada pemerintah pusat untuk lebih membantu kenalkan ke pasar global. (FOTO: Ian Adrian for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUMAS – Mengangkat corak budaya dalam industri fashion agar semakin dikenal di dunia internasional merupakan misi yang saat ini sedang digaungkan Ian Adrian.

Kepada TIMES Indonesia, Kamis sore (23/9/2021) Ian mengungkapkan bahwa tekstil di Indonesia punya beragam motif dan budaya yang bisa terus dipertahankan dan dikembangkan.

"Saya memang punya misi mengangkat corak budaya Indonesia dalam industri fashion di pasar internasional, tentunya dengan motif budaya masing-masing daerah," katanya.

Ian menjelaskan dirinya telah menelurkan karya dengan corak budaya khas dari kain Ulap Doyo yang merupakan kain tenun serat pandan khas dari suku Dayak Benuaq, Kalimantan Timur.

"Kain Ulap Doyo memiliki pesona autentik dan istimewa. Bahan tekstil khas Kalimantan ini, sangat potensial untuk dikembangkan dalam industri mode nasional," katanya.

busana-Ian-Adrian-2.jpg

Ditambahkan Ian, bahwa dirinya juga telah memperkenalkan karya busana dari kain tenun ulap Doyo khas Kaltim ini ke beberapa ajang pagelaran fashion internasional di Bangkok, Hongkong, Singapore, dan Malaysia.

"Kedepan saya juga ingin kembali mengangkat corak budaya khas Kaltim lainnya ke dalam karya busana miliknya. Seperti Batik Kaltim dan Sarung Tenun Samarinda," terangnya.

Misinya, bukan hanya mengangkat tekstil dengan corak budaya daerah ke dalam pasar mode nasional. Namun juga memperkenalkan produk fashion dari bahan tekstil daerah itu ke pasar internasional.

"Untuk mengembangkan industri fashion lokal itu, diperlukan kerja sama antara pemerintah daerah dengan perancang busana. Agar para pengrajin lokal mendapat fasilitas untuk mengembangkan karyanya hingga di ke pasar internasional," harapnya.

Ian Adrian juga berharap bahwa jika difasilitasi oleh pemerintah pusat, dalam hal ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemeparekraf) dapat lebih membantu memperkenalkan karya lokal ke pasar global.

“Contohnya, saya dulu sempat bekerja sama dengan Pemda Kukar (Kutai Kartanegara, red) untuk mengembangkan kain Ulap Doyo dalam industri fashion nasional,” kenangnya.

Sayangnya, selama pandemi beberapa event fashion baik nasional dan internasional sempat tertunda. Event fashion nasional seperti Indonesia Fashion Week dan Jakarta Fashion Week sempat digelar secara virtual.

Namun, gaungnya memang tak sebesar jika digelar secara langsung. Sehingga, Ian berharap pagelaran busana atau event fashion serupa bisa segera digelar kembali secara offline.

busana-Ian-Adrian-3.jpg

Menurut Ian, acara pagelaran busana menjadi ajang para fashion designer untuk memperkenalkan karya mereka. Serta memperkenalkan kiblat fashion Indonesia ke ranah dunia.

Indonesia, menurutnya punya orisinalitas karya fashion yang berbeda dengan negara lain.

Kondisi Indonesia sebagai negara tropis memberi kesempatan para perancang untuk mengeksplorasi karya busana dengan warna yang beragam.

“Kita punya tren sendiri yang khas. Berbeda dengan Eropa dan Amerika yang memiliki empat tren fashion untuk winter, autumn, spring, dan summer. Kita tropis, jadi lebih natural dan colorful,” ujarnya.

Bahan tekstil Indonesia juga sangat kaya dan berkualitas. Di antaranya seperti kain batik, tenun, jumputan, lurik, dan bahan tekstil lainnya yang tidak dimiliki negara lain. Menjadi keistimewaan tersendiri dalam karya fashion Indonesia.

Ian yang telah berkarier dalam industri fashion Indonesia sejak 1996 ini berkomitmen untuk terus mengembangkan corak budaya lokal ke dalam karya rancangan busananya.

Dalam waktu dekat, ia akan menggandeng para perancang busana pemula untuk menggelar event fashion yang unik dan menarik. Menjadi gebrakan bagi industri fashion tanah air.

Ian memang dikenal selalu menghadirkan pagelaran busana yang berbeda dari perancang busana lainnya. Ia pernah melakukan gelaran event fashion di kereta api, lembaga permasyarakatan (lapas), dan pasar terapung Banjarmasin. Ketiganya, berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri).

“Doakan saja, semoga pandemi bisa segera berlalu, dan kami bisa menggelar event fashion serupa dalam waktu dekat,” pungkas Ian Adrian. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES