Indonesia Positif

Kisah Klasik Bangsal Merah Boepati di Hotel Tugu Malang

Rabu, 22 September 2021 - 10:04 | 135.92k
Ruang Bangsal Merah Boepati. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Ruang Bangsal Merah Boepati. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGHotel Tugu Malang, merupakan hotel yang mengusung konsep The Art, Soul and Romance of Old Java. Salah satu yang menjadi lokasi di hotel ini adalah Bangsal Merah Boepati atau Ruang Merah Bupati.  

Ruangan ini menceritakan bagian dari sejarah Jawa Timur antara pertengahan abad ke-18 dan akhir abad ke-20.

Pada masa lalu, kota Surabaya dibagi menjadi 2 kota: Kanoman dan Kasepoehan, masing-masing diperintah oleh seorang bupati yang dipilih oleh pemerintah Kolonial Belanda. Kedua bupati memiliki kantor dan tempat tinggal yang berdekatan: satu sekarang menjadi kantor pos besar, dan yang lainnya sekarang menjadi Kantor Gubernur Jawa Timur.

Kedua bupati ini bersaudara, dari garis keturunan Kyai Brondong, bupati pertama Surabaya. Kedua kabupaten Surabaya tidak berdamai satu sama lain dan beberapa perang terjadi, salah satunya menyebabkan adik dua bupati, Nyai Roro Kinjeng, melarikan diri ke sebuah jung (kapal) milik Tjoa Kwie Soe, seorang saudagar Cina yang sangat kaya yang pindah dari Cina selama dinasti Qing ini. Dua keturunan darah bangsawan yang berbeda suku dan berbeda agama ini saling jatuh cinta, menikah dan memprakarsai dinasti Tjoa di Indonesia.

Topeng kunoTopeng kuno berwarna merah terang diplipit emas dan berusia sekitar 100 tahun, hadiah dari pemerintah kolonial Belanda kepada kepala desa yang dianggap berhasil di Kabupaten di Jawa Timur di tahun 1940.

Salah satu keturunan Tjoa sekitar akhir abad ke-19 menerima gelar Letnan dari pemerintah kolonial Belanda serta gelar Doktor Kehormatan, satu-satunya Tionghoa Peranakan yang pernah menerima gelar itu dan Jubah Kehormatan dari Kaisar Qing.

Keturunan bupati lainnya – yang juga menjabat Bupati Surabaya, Bupati Tjokronegoro, telah mencatat silsilah keluarga dinasti Kasepoehan Jawa Timur. Hubungannya dengan beberapa tokoh Tionghoa Peranakan terkemuka di Jawa, seperti The Toan Eng, Tjoa Sien Hie, dll, serta hubungan kekeluargaannya dengan bibinya Nyai Roro Kinjeng, istri Tjoa Kwie Soe, membawa pengaruh besar seni dan budaya Tionghoa Peranakan.

Rumahnya interior Jawa berpadu Tionghoa, Jawa hijau bertemu merah Tionghoa, dengan beberapa ruangan di rumah Bupati Tjokro Negoro sepenuhnya menampilkan nuansa warna merah Tionghoa.

Pendiri Tugu Hotels bertahun-tahun mencari artefak yang berkaitan dengan sejarah para bupati Surabaya selama berabad-abad. Dan sekarang menyimpannya di ruang Bangsal Merah Boepati (Aula Merah Bupati). Bercerita tentang bupati Jawa Timur keturunan Kyai Brondong yang penuh warna.

Tari SerimpiLukisan Tari Serimpi karya Sukirman, tahun 1902

Di ruangan ini Anda dapat menemukan antara lain:

1.        Lukisan salah satu keturunan bupati (Lanskap Harmonis Rumah Desa) Raden Djojo Wisastro tahun 1934;

2.       Lukisan dari Raden Ata (panggilan keturunan lain) bunga di atas meja;

3.       lukisan kaca Hanoman si Dewa Kera dan Rahwana si Raksasa;

4.       Beberapa lukisan kecil bupati Kanoman dan Kasepoehan dengan istri masing-masing, dipayungi oleh staf istana yang sederhana;

5.       Beberapa artefak dari rumah mantan Bupati Kanoman dan Kasepoehan, seperti kepala rusa berusia 150 tahun dari rumah/kantor Bupati Jawa Timur masa lalu;

6.       Kepala Qilin (kepala singa mitologi Tiongkok) yang merupakan ornamen seperangkat gamelan Tionghoa Peranakan kuno, hadiah dari seorang bupati Bangli di masa lalu kepada seorang keturunan Peranakan terkemuka di Jawa Timur.

7.       Lambang Kabupaten Kasepoehan yang terkenal, sepasang singa berdiri melihat ke kanan dan kiri, serta wayang kulit dan topeng merah dan emas berusia 150 tahun, hadiah dari pemerintah kolonial Belanda kepada kepala desa paling sukses di Jawa Timur sekitar tahun 1940;

8.       Foto asli Ratu Wilhelmina;

9.       Kursi kayu dan marmer besar yang digunakan oleh perokok opium;

10.    kursi merah dan hijau berusia 120 tahun dari rumah bupati sebelumnya;

11.      Satu set gamelan berusia 200 tahun dari Tulung Agung, dari keluarga Peranakan yang sangat kaya yang terkait dengan kehidupan bupati.).

12.     Lukisan Tari Serimpi karya Sukirman, tahun 1902.

Rumah Bupati pernah dijadikan penginapan bagi seorang pahlawan Bali yang kemudian diasingkan ke Sumatera, I Gusti Ketut Jelantik. Pangeran ini awalnya diangkat oleh Belanda untuk menenangkan masyarakat di Buleleng, namun akhirnya memimpin perjuangan rakyat Bali melawan Belanda. Lebih banyak kisahnya diceritakan di Pura Bale Sutra dari tahun 1706 di Hotel Tugu Bali di Pantai Canggu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES