Indonesia Positif

Sambut Hari Pariwisata Dunia, School of Tourism Universitas Ciputra Surabaya Gelar Tourism Week

Selasa, 21 September 2021 - 20:06 | 72.23k
Peresmian Fasilitas Dapur, Restoran dan Hotel Lab Baru di School of Tourism, oleh Rektorat Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: ajp.TIMES Indonesia)
Peresmian Fasilitas Dapur, Restoran dan Hotel Lab Baru di School of Tourism, oleh Rektorat Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: ajp.TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dalam rangka memperingati Dies Natalis Universitas Ciputra Surabaya yang ke 15 tahun, School of Tourism mengadakan serangkaian kegiatan dengan mengundang Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Wamenparekraf RI) Angela Tanoesoedibjo. 

Wamenparekraf RI hadir untuk memberikan paparan dan arahan dalam pengembangan pariwisata Indonesia pasca pandemi.

Rangkaian tourism week yang berlangsung di awal September 2021 ini juga diselenggarakan dalam rangka menyambut World Tourism Day yang akan jatuh pada tanggal 27 September setiap tahun.

Acara Tourism Week diisi dengan beberapa kegiatan acara, mulai webinar nasional, lomba ilmiah pariwisata dan peresmian lab dan faslitas baru untuk School of Tourism.

Angela Tanoesoedibjo

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Angela Tanoesoedibjo (Foto: ajp.TIMES Indonesia)

Webinar pertama mengangkat tema makanan lokal dalam kemasan Internasional, dengan judul BOJANA (Boga Jawa Nan Aesthetic) dengan mengundang salah satu legenda kuliner Indonesia, yaitu Chef Sisca Soewitomo.

Chef Sisca membahas tentang potensi kuliner daerah yang diangkat ke level internasional dengan memperhatikan kemasan dan tampilannya. Setelah itu dilanjutkan oleh Chef Chistian Nehemia, yang mengangkat adalah sebuah menu masakan pada era penjajahan, yaitu Ayam Gandu.  

Makanan ini merupakan ransum atau makanan sehari hari para gerilyawan di desa bernama Gandu, Magetan. Cara memasaknya pada saat adalah dipanggang dengan menggunakan anglo. Dari cara masak ini menciptkan sebuah cita rasa yg berbeda jika dibandingkan dengan ayam bumbu rujak.

Saat ini Ayam Gandu sudah ada 2 versi, awalnya hanya ada pedas saja tetapi sekarang juga ada yg gurih. Jika dibandingkan dengan kuliner panggangan ala barat atau korea maka makanan Ayam Gandu tidak kalah saing  Makanan ini memiliki sejarah dan kisah yang panjang. Bumbunya pun unik serta kompleks sehingga menciptakan sebuah cita rasa khas milik Indonesia.

Ayam Gandu merupakan masakan ayam bakar yang berasa ldari daerah Gandu, Magetan Jawa Timur. Dasar dari bumbu masakan ini dalah bumbu merah dan memiliki khas pedas sama halnya dengan cita rasa khas Jawa Timuran yang suka pedas dan gurih.

Ayam Gandu konon ceritanya mulai dikenal sejak jaman awal penjajahan colonial dimana makanan ini di sajikan pada dapur umum yg dibuat bagi para pejuang gerilya yg bersantap makan entah siang atau malam. Filosofi dibalik proses bakar/panggang mempunyai makna pendamai atau pemersatu ,juga digambarkan sebagai lambing berkah dan kemakmuran juga kemenangan. Bumbu yang dipakai mempunyai filosofi lambang kemajemukan, keberanian dan diberkati.

Webinar berikutnya adalah tentang pengembangan pangan lokal yang memiliki potensi untuk dibawa ke arah global dan menjadi peluang bagi generasi milenial untuk mengembangkannya. Pengembangan pangan lokal dimulai dengan melihat bagaimana potensinya, pemanfaatan yang sudah dilakukan, tantangan bagaimana mengenalkan ke masyarakat, kompetisi dengan produk komersial serta penelitian untuk pengembangan pangan lokal.

Dalam menentukan bentuk pengembangan juga melihat bagaimana prospek pangan tersebut di masa depan. Dalam webinar ini juga dibahas bagaimana peran ilmu dan teknologi pangan dalam membantu pengembangan pangan lokal.

Narasumber yang sharing dalam webinar adalah Ibu Marina Noor Prathivi, seorang food and nutrition consultant dan founder dari tepung Lokalloka. Tepung Lokalloka merupakan sebuah UMKM yang bergerak di bidang pembuatan tepung non gluten serta beberapa kreasi dari tepung non gluten. Gluten sendiri merupakan salah satu jenis protein yang berguna untuk pembentukan adonan yang kalis, sehingga membuat produk menjadi kokoh, namun tidak bantet.

Gluten terdapat pada tepung terigu. Masyarakat dengan penyakit tertentu seperti celiac, auto imun, beberapa penyakit usus dan autis tidak dapat mengkonsumsi gluten, karena dapat mengganggu penyerapan nutrisi di usus. Maka tepung non gluten menjadi salah satu solusi. Dalam webinar ini Ibu Marina menyampaikan materi tentang Potensi

Nara sumber yang lain adalah Dr. Novik Nurhidayat, seorang peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, khususnya di bidang Biologi. Dalam webinar ini Bapak Novik akan membahas tentang The Incredible Edible Tropical Fruit Probiotics. Bagaimana pemanfaatan pangan lokal, khususnya buah-buahan menjadi minuman probiotik. Minuman probiotik sendiri merupakan minuman yang mengandung bakteri yang berguna dalam proses pencernaan di usus.

Dan nara sumber terakhir adalah , Dr. Joko Sulistyo,  dosen Food Technology Program. Dalam webinar ini membahas tentang Komposisi Nutrisi dan Keamanan Pangan Protein Serangga. Serangga menjadi alternatif sumber protein di masa depan. Kelemahan dari sumber protein ini yaitu mengandung allergen, beberapa orang mengalami alergi ketika mengkonsumsi serangga. Maka pengembangan penelitian terkait serangga dilakukan salah satunya untuk membuat bagaimana makanan berbasis serangga aman dikonsumsi, dengan menghilangkan komponen alergennya melalui proses pengolahan.


Kegiatan webinar dalam Tourism Week ditutup dengan webinar mengenai peran milenial dalam ekowisata, pariwisata digital dan industri aviasi dalam kebangkitan pariwisata Indonesia, khususnya di  pasca pandemi. Generasi Milenial seringkali digambarkan memiliki kemampuan beradaptasi, melek teknologi serta berpikiran terbuka. Konon, generasi ini merupakan generasi yang tidak kaget dan kagok ketika menghadapi teknologi-teknologi baru yang terus muncul. Generasi ini tentunya juga memiliki peran di dalam pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata. 

Webinar ini mengundang tiga pembicara yang sesuai dengan topik, expert di bidangnya. Pembicara untuk tema Ekowisata adalah M. Nurdin Razak yang merupakan Owner Baloeran Ecolodge dan Founder Indonesia Ecotourism Institute. Untuk tema Pariwisata Digital dibawakan oleh Reza Permadi yang merupakan Chief Operating Officer Atourin. Atourin sendiri merupakan One Stop Tourism Services Platform yang menyediakan ratusan rencana perjalanan, informasi destinasi favorit di Indonesia dan juga pelatihan virtual tour yang tentu sangat relevan dengan kondisi saat ini. Untuk industri aviasi, pembicaranya adalah Veranita Yosephine, yang merupakan CEO perempuan pertama di Airasia sekaligus menjadi CEO perempuan di bidang penerbangan di Indonesia. 

Dibuka oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Angela Tanoesoedibjo, webinar yang berlangsung selama 2 jam dari pukul 10.00 – 12.00 ini dihadiri oleh lebih dari 200 orang peserta. 

Tema industri yang diambil merupakan industri yang juga terdampak oleh kondisi pandemi saat ini, sekaligus merupakan industri yang juga masih sangat menjanjikan dan memiliki potensi untuk terbang tinggi setelah bangkit pasca pandemi. Ekowisata yang juga merupakan wisata yang bertanggung jawab terhadap alam dengan memberdayakan masyarakat banyak diminati oleh para wisatawan. Namun yang perlu diingat adalah bahwa ekowisata bukan sekedar wisata alam semata, terdapat sejarah dan semangat untuk menjaga lingkungan dibandingan wisata konvensional.  

Industri aviasi sendiri mendorong perutmbuhan perdagangan dan industri yang menjadi dua elemen utama Gross Domestic Product. Penerbangan juga merupakan moda angkutan utama pengangkut wisatawan mancanegara. Dipaparkan oleh Ibu Veranita bahwa pandemi sendiri menjadi ajang percepatan inovasi dan transformasi. Airasia sendiri bekerjasama dengan para ahli untuk membantu komunitas lokal mengembangkan wisata yang berbasi pada pelestarian budaya, warisan dan lingkungan hidup. 

Narasumber Atourin yang mewakili Pariwisata Digital memberikan gambaran mengenai fenomena pertemuan online yang tentu saja bisa mengakomodir pertemuan dengan banyak orang pada kondisi seperti saat ini. Dipaparkan juga hasil data mengapa user memilih melakukan pemesanan produk wisata secara online. Alasan paling besar adalah lebih cepat, praktis dan dapat dilakukan dimana saja. Termasuk dengan melakukan pemesanan virtual tour di dalamnya. 

Dari webinar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat terus menerus beradaptasi dengan lingkungannya melalui cara hidup baru. Digitalisasi menjadi kunci dalam pengembangan pariwisata ke depan. Bagaimanapun kita harus mempertimbangkan opsi perubahan situasi. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan adalah soft skills yang harus dimiliki oleh setiap milenial, khususnya di dunia pariwisata.

Kegiatan tourism week berakhir pada tanggal 9 September 2021, dengan meluncurkan beberapa fasilitas pembelajaran baru bagi mahasiswa pariwisata, yaitu HoLa (Hotel Lab) baru dan kitchen area dan restoran baru bagi mahasiswa program kuliner di Universitas Ciputra Surabaya.

Dalam hal ini School of Tourism Universitas Ciputra Surabaya yang mempunyai 3 program andalan yaitu Hotel and Tourism Business, Culinary Business dan Food Technology selalu berkomitmen untuk menghadirkan proses belajar yang menyenangkan dan fasilitas yang berkualitas untuk mencetak lulusan professional yang mampu bersaing di dunia kerja maupun entrepreneur baru yang handal  di bidang pariwisata. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-3 Editor Team
Publisher : M. Rofiul Achsan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES