Ekonomi

Akademisi Unej: Reaktivasi BRK adalah Langkah yang Tepat 

Senin, 20 September 2021 - 14:16 | 30.30k
Ilustrasi produksi Kopi BRK (Bondowoso Republik Kopi) (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Ilustrasi produksi Kopi BRK (Bondowoso Republik Kopi) (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Pemerintah Kabupaten Bondowoso mulai melakukan upaya untuk mereaktivasi BRK (Bondowoso Republik Kopi). Mengenai hal itu akademisi dari Universitas Jember (Unej) Doktor. M Fathorrazi menilai langkah Pemkab sudah sangat tepat.

Kordinator Program-program Studi Unej Kampus Bondowoso tersebut memaparkan, BRK sudah ditopang dengan factor endowment (jumlah faktor) yang melimpah yaitu kopi.

Seperti diketahui Bondowoso merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Secara geografis, 48 persen areanya adalah perbukitan yang ketinggiannya 500 hingga di atas 1000 mdpl (Meter di Atas Permukaan Laut). 

Saat ini lahan kebun kopi di Bondowoso mencapai 13.649 hektar. Tersebar di dua kawasan. Yakni kawasan lereng Ijen Raung yang berbatasan dengan Banyuwangi dan Situbondo. Serta area barat di Lereng Argopuro yang berbatasan dengan Jember dan Probolinggo.

Menurutnya, dengan jumlah faktor yang melimpah itu. Maka saat Pemkab membuat kebijakan tentang kopi secara otomatis nanti langsung menyentuh masyarakat.

"Ada sekitar 12 kawalan kebijakan yang dibuat oleh bupati sebelumnya, Pak Amin Said Husni," jelasnya.

Selain itu lanjut dia, prospek pemasaran kopi ke depan sangat besar. Dimana kopi Indonesia sudah dipasarkan di beberapa negara.

"Ada di China, Prancis dan lain sebagainya. Itu kopi Indonesia termasuk Bondowoso," jelasnya, Senin (20/9/2021).

Memang di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini peluang penjualan berkurang. Tetapi kata dia, peluang pasarnya tidak akan berubah. "Itu yang menjanjikan, daripada membuat sesuatu yang belum pasti," imbuhnya.

Selain kebijakan kata dia, pemerintah sebelumnya juga meninggalkan beberapa warisan pengembangan kopi di hilir. Yakni Kampung Kopi di Jalan Pelita Kelurahan Taman Sari. Dimana di sana banyak cafe-cafe yang menawarkan kopi khas Bondowoso.

Kondisi itu juga didukung dengan jumlah pendatang di Bondowoso yang semakin bertambah. Misalnya mahasiswa Unej Kampus Bondowoso saja sudah mencapai 1743.

"Dan itu hanya 28 persen yang berasal Bondowoso. Misalnya mereka senang ke cafe maka cafe akan hidup. Biasanya mahasiswa senang kongko-kongko," jelasnya.

Menurutnya, lebih dari 1000 mahasiswa itu membutuhkan makan, kopi, pakaian dan tempat tidur di Bondowoso. "Itu membuat prospek ke depan. Alun-Alun di Bondowoso juga bisa hidup," jelasnya. 

Sebenarnya kata dia, sudah banyak masyarakat mempertahankan BRK. Terutama pengusaha di hilir. "Kalau ada kebijakan berubah maka eman. BRK bagus untuk dilanjutkan," jelasnya.

Menurutnya, Kopi Ijen Raung Bondowoso sudah punya hak paten. Yakni sudah mengantongi IG (Indikasi Geografis). "Makanya saya secara pribadi sangat mendukung jika dilanjutkan," paparnya.

Informasi dihimpun, pada Tahun 2013 Kopi Ijen Raung mengantongi Sertifikat IG dari Kementerian Hukum dan HAM dengan nama 'Klaster Kopi Arabica Java Ijen Raung'. Tahun 2020 kawasan lereng Argopuro juga mengantongi IG dengan 'Klaster Arabica Hyang Argopuro'.

Dia juga menyarankan agar Pemkab menggunakan brand BRK yang sudah ada. Sebab jika membuat brand baru biayanya lebih mahal. "Kecuali brand itu gagal. BRK kan tidak gagal," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Bondowoso berencana menghidupkan kembali BRK (Bondowoso Republik Kopi). Bahkan Oktober depan akan digelar event Kopi Rakyat yang melibatkan sejumlah cafe.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES