Peristiwa Daerah

19 September Peristiwa Perobekan Bendera Belanda, Saksikan di Film Arek Suroboyo

Minggu, 19 September 2021 - 05:03 | 164.12k
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tampil dalam film Arek Suroboyo memperingati peristiwa perobekan bendera Belanda di atas hotel Yamato. (FOTO: Eri Cahyadi for Times Indonesia)
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tampil dalam film Arek Suroboyo memperingati peristiwa perobekan bendera Belanda di atas hotel Yamato. (FOTO: Eri Cahyadi for Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – 19 September 1945 merupakan hari yang bersejarah dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia. Terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda di atas hotel Yamato, Jalan Tunjungan 65 Surabaya.

Kejadian tersebut dipicu dari kedatangan Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) bersama Palang Merah Jakarta pada 18 September 1945. Mereka bermaksud melakukan rehabilitasi untuk tawanan perang dan interniran.

Rombongan sekutu ini kemudian ditempatkan di hotel Yamato. Keesokan harinya sekitar pukul 21.00 WIB, sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh WVC Ploegman memasang bendera Belanda (merah, putih, dan biru) di atas gedung hotel.

Padahal Indonesia sudah dalam kondisi merdeka, Presiden Soekarno juga telah mengeluarkan maklumat pada 31 Agustus 1945 agar mulai tanggal 1 September 1945, Sang Saka Merah Putih harus dikibarkan di seluruh penjuru wilayah Indonesia secara terus menerus.

Praktis, kelakuan WVC Ploegman dan anak buahnya memantik amarah para pemuda Surabaya. Belanda dianggap melecehkan kedaulatan bangsa Indonesia. Pagi hari tanggal 19 September 1945 warga sudah berkumpul di depan hotel.

Soedirman seorang Wakil Residen Surabaya menjadi perwakilan untuk masuk ke dalam hotel Yamato, berunding dengan Ploegman agar menurunkan bendera Belanda itu. Namun perundingan justru berlangsung sengit, permintaan Soedirman ditolak.

Ploegman dengan congkaknya malah mengeluarkan pistol. Perkelahian pun tak terelakkan di antara mereka. Sidik yang merupakan pengawal Soedirman mencekik Ploegman hingga tewas. Sidik kemudian juga tewas oleh pasukan Belanda.

Situasi semakin tak terkendali, pengawal kedua Soedirman, Hariyono mengamankan sang residen ke luar dari hotel Yamato. Massa di luar yang mengetahui situasi perundingan tidak berjalan sebagaimana mestinya, segera mendobrak masuk.

Beberapa pemuda mencoba naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Melihat hal tersebut, Hariyono kembali ke dalam hotel untuk ikut memanjat. Seorang pemuda bernama Kusno Wibowo sudah berhasil mencapai tiang dan menurunkan bendera Belanda.

Dari atas, ia meminta agar diberikan bendera Merah Putih. Namun tidak ada yang bisa memenuhi permintaan itu. Kusno dan Hariyono tak kehabisan akal, keduanya merobek bagian warna biru dari bendera tersebut, lalu mengereknya kembali ke puncak tiang.

Melihat Merah Putih sudah berkibar, massa yang berada di bawah secara bersamaan dan lantang meneriakkan kata "Merdeka, Merdeka, Merdeka!".

Belum Usai

Ternyata, insiden hotel Yamato berbuntut panjang. Bermula dari serangan-serangan kecil di beberapa wilayah yang dikemudian berubah menjadi serangan massal, menelan banyak korban.

Meletuslah pertempuran besar antara Arek-arek Suroboyo dengan AFNEI pada 27 Oktober 1945. Jenderal DC Hawthorn yang merasa kewalahan meminta Presiden Soekarno untuk melakukan gencatan senjata. Namun upaya tersebut gagal.

Pada tanggal 30 Oktober 1945 pukul 20.30 WIB, seorang Brigadir Jenderal Britania Raya AWS Mallaby hendak melintasi Jembatan Merah. Mobil Buick yang dikendarainya dicegat oleh para pejuang.

Baku tembak tak terhindarkan, hingga akhirnya tembakan seorang pemuda yang sampai hari ini tidak diketahui identitasnya menewaskan Mallaby. Mobil Buick miliknya diledakkan dengan sebuah granat hingga menyebabkan jenazah Mallaby sukar dikenali.

Tewasnya Mallaby membuat sekutu semakin geram, diikuti dengan keluarnya ultimatum yang mengancam melakukan penyerangan besar-besaran ke kota Surabaya. Ancaman itu justru membuat Arek-arek Suroboyo semakin beringas.

Peperangan yang mengerikan terjadi selama delapan hari, dimulai pada tanggal 10 November 1945. Sekutu kehilangan banyak pasukan, pun sebaliknya di sisi rakyat Surabaya. Terhitung sekitar 6.000 pahlawan bangsa gugur. Semboyan 'Merdeka atau Mati' muncul dalam peperangan ini.

Film Arek Suroboyo

Untuk mengenang jasa para pahlawan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) kota Surabaya membuat film berjudul Arek Suroboyo yang akan tayang pada tanggal 19 September pukul 19.00 WIB melalui kanal youtube Disbudpar Kota Surabaya, Bangga Surabaya, dan Sapawarga Kota Surabaya.

Menariknya dalam film Arek Suroboyo, Wali Kota Eri Cahyadi akan tampil sebagai aktor yang melakukan perobekan bendera Belanda di atas hotel Yamato yang kini bernama hotel Majapahit. Sekaligus juga akan digelar rangkaian pagelaran seni dan budaya secara virtual dalam Surabaya Art And Culture Festival 2021 bertemakan Suroboyo Wani. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES