Peristiwa Daerah

IETD 2021, Serukan Target Dekarbonisasi Indonesia pada 2050

Rabu, 15 September 2021 - 11:33 | 39.61k
Foto Jumpa Pers pelaksanaan IETD 2021 yang digelar secara virtual (Foto: Humas IETD)
Foto Jumpa Pers pelaksanaan IETD 2021 yang digelar secara virtual (Foto: Humas IETD)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Tahun keempat, Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) kembali hadir. Untuk memfasilitasi diskusi-diskusi mengenai transisi energi di Indonesia. Mengusung tema  Raih Dekarbonisasi Mendalam pada 2050: Tetapkan Target, Mobilisasi Aksi, dan Capai Bebas Emisi, IETD 2021 dilaksanakan secara daring melalui website ietd.info, Senin hingga Jumat , 20 hingga 24 September 2021.

Acara yang berlangsung selama lima hari ini akan dibuka secara resmi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif.

“Dialog tahun 2021 akan membahas secara terperinci, jalur yang Indonesia dapat tempuh. Untuk mencapai bebas emisi 2050. Dengan mengundang lebih dari 60 pembicara dari Indonesia maupun internasional,” ujar Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa dalam launching Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2021 secara virtual, Rabu (15/09/2021).

Pembicara yang akan hadir diantaranya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, Chairman Rocky Mountain Institute (RMI) Amory Lovins, dan Executive Secretary United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Patricia Espinosa.

IETD 2021 fokus membahas pentingnya upaya dekarbonisasi sistem energi di Indonesia. Dengan segera bertransisi, dari energi fosil menuju pemanfaatan 100 persen energi terbarukan pada 2050. Sebab, upaya dekarbonisasi memerlukan kerangka kebijakan yang kuat. Untuk memobilisasi teknologi, dan investasi di sektor energi terbarukan. Sehingga energi terbarukan bisa bersaing dengan energi fosil yang padat subsidi. 

Namun secara komitmen politik dan kebijakan, Indonesia masih tidak selaras dengan Persetujuan Paris. Hal ini tercermin pada dokumen pemutakhiran komitmen nasional Indonesia, atau Nationally Determined Contributions (NDC) 2021. Selain terlambat 10 tahun dari target Persetujuan Paris. Skenario mitigasi di sektor energi dalam dokumen tersebut masih sarat dengan energi fosil.

Untuk itu, kegiatan yang diselenggarakan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF). Akan fokus membahas pentingnya upaya dekarbonisasi sistem energi di Indonesia. Dengan segera bertransisi dari energi fosil menuju pemanfaatan 100 persen energi terbarukan pada 2050. 

Ada tiga isu utama yang akan diangkat dalam IETD 2021. Pertama, meningkatkan pemahaman tentang target dekarbonisasi Indonesia pada 2050. Kedua, mendorong para pemangku kebijakan untuk menetapkan target dekarbonisasi pada sektor energi kelistrikan pada 2050. Ketiga, memfasilitasi diskusi terkait tindakan yang dibutuhkan pemerintah dan tantangan untuk mewujudkan target dekarbonisasi pada 2050.

“Skenario low carbon scenario compatible with Paris Agreement target (LCCP), dalam Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR). Tidak mencerminkan Indonesia mengatasi krisis iklim. Pemerintah terjebak dalam solusi palsu untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Dengan berharap pada teknologi seperti CCS/CCUS yang mahal dan sejauh ini menunjukan tidak efektif. Dalam menurunkan emisi di PLTU. Skenario ini justru menjauhkan kita dari transformasi sistem energi, berbasis pada teknologi terbaik yang lebih handal, bersih dan kompetitif,” tambah Fabby Tumiwa.

Pernyataan Fabby didukung oleh Kajian IESR berjudul Deep decarbonization of Indonesia’s energy system. Kajian itu menunjukkan bahwa dengan terus menurunnya harga energi terbarukan, Harga teknologi penyimpanan energi dan semakin besarnya penggunaan energi surya. Indonesia akan mampu mencapai nir emisi di sektor ketenagalistrikan pada tahun 2045. Tentunya dengan biaya pembangkitan listrik dan kebutuhan investasi yang bahkan lebih rendah, dibanding tetap menggunakan batubara.

IESR memandang bahwa mengandalkan sepenuhnya sistem energi Indonesia pada energi terbarukan merupakan solusi yang tepat. Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Mengingat sektor energi fosil akan menjadi penyumbang emisi terbesar pada tahun 2030, mencapai hingga 58%. Mengacu pada skenario business as usual di dokumen Nationally Determined Contributions (NDC). Langkah transformasional untuk bertransisi energi perlu dilakukan tahun ini. Seiring dengan semakin kritisnya kenaikan suhu bumi. 

Wakil Ketua Kelompok Kerja (Pokja) I Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Edvin Aldrian mengatakan, mayoritas emisi gas rumah kaca ada di sektor energi kelistrikan, sebesar 35 persen. Jika pemerintah melakukan langkah penurunan karbon secara ambisius. Maka karbon Indonesia bisa turun 1,5 derajat celcius pada awal 2040.

Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) terbaru. Telah memberikan pemahaman mendalam yang berbasis saintifik, mengenai fenomena perubahan iklim. Laporan tersebut memprediksi, bila negara di dunia tidak menerapkan langkah ambisius. Dalam memitigasi perubahan iklim. Maka kenaikan suhu bumi melebihi 1.5 derajat Celcius, akan berlangsung dalam dua dekade mendatang. 

Artinya pada 2080-2100, kenaikan temperatur rata-rata bumi bahkan dapat mencapai 3.3-5.7 derajat Celcius. Cuaca ekstrim akan lebih sering terjadi. Ketika temperatur rata-rata bumi naik melebihi 1.5 derajat Celcius. Seperti hujan lebat, kekeringan, dan heatwave. Beberapa perubahan tersebut tidak bisa diperbaiki (irreversible).

“Perubahan iklim berdampak bagi Indonesia, terutama dengan meningkatnya intensitas hujan. Pemerintah perlu melakukan adaptasi dan mitigasi. Tidak ada waktu untuk berleha. Tindakan mitigasi harus dilakukan dengan mereduksi jumlah emisi karbon di atmosfer,” kata Edvin Aldrian.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES