Kopi TIMES

Deteksi Dini Kanker Usus Besar Kurangi Angka Kesakitan dan Kematian

Rabu, 15 September 2021 - 13:33 | 86.00k
Dr. dr. Winarko Luminturahardjo, SpPD, FINASIM, doktor di bidang onkologi Ilmu Penyakit Dalam. (FOTO: TIMES Indonesia)
Dr. dr. Winarko Luminturahardjo, SpPD, FINASIM, doktor di bidang onkologi Ilmu Penyakit Dalam. (FOTO: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang hingga saat ini masih sangat ditakuti oleh manusia oleh karena angka kematiannya yang tinggi akibat penanganannya yang sering terlambat. Data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang dirilis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus kanker dengan kematian sebanyak 9,6juta kasus.

Sebagian besar kasus kanker terdapat di benua Asia yang merupakan populasi terbesar dari seluruh populasi dunia. Di Indonesia sendiri prevalensi penyakit kanker menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 adalah sebesar 1,49 kasus/1000 penduduk.

Kanker kolorektal (selanjutnya disebut kanker usus besar) merupakan salah satu jenis kanker yang memiliki angka kejadian yang cukup tinggi. Menurut data yang sama dari WHO, kanker usus besar menduduki urutan terbanyak ke-3 dengan kematian menempati urutan ke-2 dari semua jenis kanker.  Prevalensi kanker usus besar adalah sebesar 10,2% dengan ditemukannya sekitar 1,8juta kasus baru tiap tahun dengan angka kematian sebesar 9,2% dari semua jenis kanker. 

Di Indonesia menurut data Litbangkes tahun 2019 kanker usus besar menempati urutan ke-4 (setelah kanker payudara, jalan lahir dan paru) dengan prevalensi sebesar 9,88% dari semua jenis kanker.

Keterlambatan dalam mendeteksi kanker ini juga akan menyebabkan tingginya angka kematian yang ditimbulkan. Satu penelitian menyebutkan apabila kanker usus besar ditemukan pada stadium dini angka ketahanan hidup selama 5 tahun mencapai 90%, tetapi bila ditemukan pada stadium lanjut angka ketahanan hidup akan turun hingga hanya sebesar 10%.

Tingginya angka kejadian kanker usus besar berhubungan dengan beberapa faktor risiko baik yang tidak dapat diubah maupun yang dapat diubah.

Faktor risiko yang tak dapat diubah adalah: usia tua (diatas 60 tahun), faktor genetik, ras dan etnis, riwayat menderita polip usus besar, atau adanya riwayat keluarga dengan kanker usus besar. Sedangkan faktor

risiko yang dapat diubah tetapi sering sulit untuk dilakukan adalah: konsumsi berlebih daging merah atau daging olahan, diet tidak seimbang, konsumsi alkohol dan rokok, obesitas dan penyakit diabetes mellitus.

Penyakit ini sebenarnya dapat diatasi apabila seseorang dapat mengetahui secara lebih dini gejala-gejala yang muncul, seperti: perubahan pola BAB dan bentuk tinja, adanya darah dalam tinja, gejala pucat, lemas, demam serta penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.

Untuk memastikan seseorang menderita penyakit kanker usus besar, harus dilakukan pemeriksaan yang merupakan baku emas (gold standard) sebagai diagnosis pasti.

Pemeriksaan tersebut adalah pengambilan jaringan dari hasil tindakan kolonoskopi. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan dari pemeriksaan ini, seperti: sangat invasif, tidak nyaman untuk penderita, membutuhkan keterampilan dari operator (karena kadangkala jaringan sehat dapat ikut terambil), dan biaya yang cukup mahal.

Salah satu metode untuk mendeteksi kanker usus besar secara dini adalah dengan pemeriksaan menggunakan penanda biologis. Penanda biologis adalah indikator spesifik biologis yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh manusia dan ikut serta dalam perjalanan penyakit.

Penanda biologis dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit seperti: infeksi, keradangan, metabolik dan tentunya penyakit kanker.  Penanda biologis pada penyakit kanker (termasuk kanker usus besar) meliputi penanda untuk diagnosis, prediksi dan prognosis dari penyakit.

Khusus untuk kanker usus besar metode ini dapat diambil dari sampel darah atau tinja sehingga memiliki keuntungan: tidak terlalu invasif, lebih nyaman untuk penderita, dapat dilakukan beberapa kali, dan biaya yang lebih ekonomis.

Secara umum ada beberapa penanda biologis yang sudah ditemukan untuk mendeteksi kanker ini, meskipun demikian sebagian besar masih dalam tahap penelitian dan belum dipasarkan. Penanda biologis yang telah dikenal luas seperti CEA dan CA19-9 memiliki keterbatasan yaitu spesifisitas dan sensitivitas yang rendah karena juga dapat dideteksi pada kanker lain, seperti: pankreas, hati dan prostat.

Salah satu kandidat penanda biologis untuk kanker usus besar yang diteliti oleh penulis adalah menggunakan protein beta-catenin, E-cadherin dan N-cadherin. Protein ini dihasilkan oleh sel-sel kanker usus besar dan diketahui terlibat dalam proses perjalanan kanker tersebut mulai dari tahap awal sampai dengan metastasis (penyebaran jauh).

Protein beta-catenin dihasilkan mulai dari dinding sel, cairan sel dan inti sel kanker, dan semakin masuk kedalam inti sel, protein ini akan mengaktifkan gen-gen yang menyebabkan kanker semakin menyebar. Sedangkan protein cadherin bekerja untuk memperkuat ikatan antar sel, dimana pada kanker usus besar tahap awal, sel akan menghasilkan lebih banyak E-cadherin untuk memperkuat ikatan antar sel sehingga sel kanker tidak mudah lepas dan mudah mengalami metastasis. Sebaliknya pada tahap akhir, sel kanker akan lebih banyak menghasilkan N-cadherin yang berfungsi untuk mengurangi ikatan antarsel sehingga sel-sel akan mudah terlepas yang menyebar ke semua organ. Penulis menggunakan sampel penelitian menggunakan kultur sel yang berasal dari ‘celline’  (semacam kloning dari kultur kanker primer penderita), sehingga hasil yang didapatkan sangat akurat oleh karena tidak terkontaminasi dengan sel-sel lain seperti sel infeksi, bakteri dalam usus, dsb yang bisa menghasilkan protein yang sama.

Hasil penelitian yang dipresentasikan oleh penulis saat mempertahankan disertasinya didepan tim promotor dan penguji dalam sidang terbuka Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada tanggal 16 September 2021 menunjukkan bahwa protein beta-catenin dalam inti sel dan N-cadherin sudah terekspresi tinggi pada saat stadium dini dari kanker usus besar. Hal ini merupakan suatu fenomena baru bahwa pada saat awal suatu kanker kemungkinan sudah terjadi proses metastasis ke organ-organ lain.

Disamping itu penulis juga mendapatkan hasil bahwa pada stadium akhir kanker usus besar terdapat peningkatan ekspresi protein beta-catenin dan N-cadherin yang sangat nyata sehingga tidak memerlukan pemeriksaan dengan pengambilan biopsi jaringan secara langsung.

Penelitian ini merupakan satu penelitian pendahuluan yang akan menguak tabir permasalahan keterlambatan diagnosis kanker usus besar yang sering dialami sebagian besar populasi di Indonesia.

Keterlambatan diagnosis ini seperti disebutkan diatas akan menyebabkan sulitnya penanganan kanker ini dan sering menyebabkan terjadinya resistensi obat antikanker. Dengan adanya penanda biologis yang dapat mendeteksi secara dini maka permasalahan keterlambatan diagnosis akan dapat diminimalisir.

Meskipun demikian masih diperlukan penelitian-penelitian lebih lanjut terutama dengan menggunakan sampel yang diambil dari cairan tubuh manusia (seperti darah, air liur, dahak, air susu, tinja, dan sebagainya) yang merupakan terobosan baru tetapi belum banyak dipergunakan dan dipasarkan. Sampel yang diambil dari cairan tubuh manusia memiliki keuntungan lebih nyaman karena sedikit invasif, memiliki angka sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, dan relatif mudah dan murah dari sudut biaya.

Semoga di masa yang akan datang muncul penelitian-penelitian lanjutan di bidang penyakit kanker (khususnya kanker usus besar) yang tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk dapat mendeteksi secara dini penyakit ini. Diharapkan dengan deteksi dini ini penanganan penyakit kanker usus besar dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkan. (*)

*) Oleh: Dr. dr. Winarko Luminturahardjo, SpPD, FINASIM, Penulis adalah doktor di bidang onkologi Ilmu Penyakit Dalam yang bekerja di RS Panti Nirmala Malang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES