Kopi TIMES

Esensi Peduli Lindungi

Rabu, 15 September 2021 - 12:01 | 42.38k
Hendro Puspito,SE,M.PSDM adalah Pengusaha dan Mahasiswa Program Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga.
Hendro Puspito,SE,M.PSDM adalah Pengusaha dan Mahasiswa Program Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Sejalan dengan merebaknya corona di dunia, banyak ilmuwan yang melakukan penelitian untuk menemukan vaksin. Sebagian besar orang di dunia menunggu kehadiran vaksin Covid-19. Dalam waktu kurang setahun, beberapa vaksin akhirnya di kembangkan untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.

Upaya pencegahan dengan protokol kesehatan (prokes) yang disarankan dan di sosialisasikan pemerintah tak cukup mampu membendung penularan Virus ini. Negara yang berhasil mengembangkan vaksin diantaranya : China, Inggris, Amerika Serikat, Rusia. Berbagai merk vaksin dengan ragam efektivitasnya. Uji klinis merupakan cara penting untuk mengetahui keamanan dan efektivitasnya. Vaksin yang aman mampu menurunkan penyebaran Covid-19 baik ringan, sedang dan parah.

Perdebatan Vaksin

Indonesia pertama kali impor vaksin buatan china. Awal januari 2021 mendatangkan 1,2 juta dosis. Meski sudah masuk, belum bisa diaplikasikan. Menunggu izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Setelah proses panjang, pada tanggal 13 Januari 2021vaksin pertama dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Para Tenaga Kesehatan (nakes) juga menjadi prioritas utama. Berbagai kontroversi terus muncul. Sebagian masyarakat mengatakan vaksin yang di impor Indonesia lebih mahal daripada luar negeri. Sebagian tidak mau di vaksin.

Ada yang bilang haram dan itu politik pemerintah. Berbagai kecaman datang untuk menolak program pemerintah. Hasutan ini yang perlu terus di reduksi dan disosialiasi agar kesadaran (awareness) masyarakat akan vaksin meningkat.

Optimalisasi Vaksin

Pemerintah bersinergi dengan pihak swasta terus berupaya meningkatkan pemerataan vaksinasi. Berbagai program diluncurkan untuk menarik masyarakat agar mau di vaksin. Merujuk data Kementerian Kesehatan (29 Agustus 2021) sasaran vaksinasi 208.265.720 dosis (Tenaga Kesehatan, Lanjut Usia, Petugas Publik, Masyarakat Rentan dan Masyarakat umum, usia 12-17 Tahun). Total vaksinasi dosis (1) 61.655.645 dosis (29.60%). Dosis (2) 34.858.460 dosis (16.74%). Hingga detik ini program terus berlanjut, hingga sekolah, pabrik, tempat ibadah bahkan dari rumah kerumah. Metode jemput bola ini tujuannya melakukan pendekatan secara humanis. Hal ini di lakukan agar kesadaran masyarakat terus meningkat dengan vaksin.

Aplikasi Peduli Lindungi

Semua masyarakat yang sudah divaksin akan mendapat sertifikat vaksin. Kemudahan dalam mendapatkannya, di inisiasi pemerintah dengan menciptakan aplikasi peduli lindungi. Teknologi digital ini mendukung program pemerintah dalam memutus rantai penularan Virus corona. Beragam manfaat aplikasi ini yang akan memudahkan masyarakat. (1) Memberikan peringatan kepada pengguna jika berada di zona merah (2) Pengawasan, dengan melakukan check-in disetiap tempat pelayan publik atau tempat keramaian, akan memudahkan pemerintah dan masyarakat luas untuk mengawasi pergerakan masyarakat yang terpapar Virus corona dalam kurun waktu 14 hari kebelakang (3) Mengunduh sertifikat vaksin digital (4) Adanya fitur yang bisa menunjukkan hasil tes swab/PCR dari laboratorium yang terintegrasi dengan pemerintah (5) Sebagai syarat wajib untuk bisa masuk area mall, kantor pelayanan publik, pusat perdagangan, transportasi dan pusat peribadatan.

Apakah masyarakat luas sudah paham dengan pentingnya aplikasi ini? Bagaimana nasib masyarakat yang tidak memiliki smart phone (perangkat elektronik)? Memikirkan perutnya saja kesulitan. Apalagi harus beli smart phone. Rasanya mustahil akan hal itu. Pemerintah harus memberikan solusi yang memihak masyarakat kecil. Supaya mereka bisa mendapat pelayanan secara adil dan merata. Jangan sampai terjadi diskriminasi.

Amankah aplikasi ini? Bermunculan isu yang merebak terkait aplikasi peduli lindungi. Bahkan data pribadi Presiden Joko Widodo tersebar luas di media sosial. Aplikasi ini ternyata masih bisa di retas hacker. Disetiap masyarakat yang mengakses aplikasi ini, semua data pribadi terintegrasi. Pemerintah harus menjaga dan bertanggung jawab, agar masyarakat nyaman dan tenang dalam menggunakannya.

Aplikasi Peduli lindungi ini merupakan pendekatan secara humanis untuk mendorong masyarakat sadar akan manfaat vaksin. Tidak ada hukuman dan paksaan bagi yang tidak mau di vaksin. Tetapi jika hampir semua sektor diwajibkan menunjukkan bukti vaksin, bagaimana yang menolak untuk divaksin? Jangan sia-siakan kemudahan yang diberikan pemerintah. Upaya ini juga untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat pada umumnya. Agar pandemi segera berlalu dengan masyarakat yang sehat dan negara menjadi kuat.

***

*) Oleh: Hendro Puspito,SE,M.PSDM adalah Pengusaha dan Mahasiswa Program Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES