Ekonomi

Ketika Santri Jawa Timur Meracik Kopi, Menjawab Tantangan Ibu Gubernur

Selasa, 14 September 2021 - 22:24 | 39.94k
Suasana pelatihan meracik kopi untuk para santri utusan 20 pondok pesantren di Jawa Timur. (FOTO: OPOP Jatim for TIMES Indonesia)
Suasana pelatihan meracik kopi untuk para santri utusan 20 pondok pesantren di Jawa Timur. (FOTO: OPOP Jatim for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Ada pemandangan tidak biasa terlihat di Convention Hall Kahuripan Hotel Aston Sidoarjo dalam beberapa hari terakhir ini. Ruangan yang biasa dipergunakan untuk pertemuan itu disulap menjadi tempat sekolah untuk para santri di Jawa Timur untuk belajar meracik kopi.

Tampak yang memenuhi ruangan itu adalah kader pesantren dan instruktur bersertifikat SCA -The Speciality Coffee Association. Sebuah organisasi perdagangan nirlaba khusus untuk industri kopi yang berdiri sejak 1984. Dengan anggota lebih dari 40 negara.

Pelatihan bagi para santri itu sendiri berlangsung lima hari, sejak Rabu hingga Minggu (8-12/9/2021) dengan peserta tetap. Penyelenggaranya adalah Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren), One Pesantren One Product (OPOP) Provinsi Jawa Timur, dan Kepala Wilayah Bank Indonesia. Sedangkan para peserta adalah utusan dari 20 pondok pesantren di Jawa Timur.

meracik kopi b

Dalam angkatan pertama ini berfokus pada ekosistem hulu hilir komoditi kopi dalam penguatan pengembangan ekonomi syariah. 

Bertindak sebagai instruktur adalah Lia Zen, Sang Duta Kopi Indonesia dari Kementerian Koperasi dan UMKM. Ketua Hebitren Jawa Timur, Faiz AHZ mengatakan sekolah meracik kopi yang diselenggarakannya bertujuan untuk membekali para santri dan alumni pondok pesantren dengan keterampilan kerja agar lebih mandiri.

Sengaja dipilih komoditi kopi karena selain terkait dengan kegemaran para ulama dunia sejak dulu, kopi juga sangat digandrungi seluruh masyarakat Indonesia, mulai dari remaja hingga usia tua.

“Kami berikhtiar membekali para santri dan alumni pesantren merintis usaha sendiri agar lebih mandiri,” kata Gus Faiz, sapaan akrabnya.

Lebih lanjut, menurut Gus Faiz, sengaja pelatihan difokuskan pada kopi kelas premium agar penjual kopi di negeri ini naik kelas. Tidak hanya di kelas bawah, sementara pangsa pasar kelas atas diambil oleh produsen merek luar negeri.

meracik kopi c

Bagaimanapun, kualitas kopi di Indonesia tidak kalah dengan kopi-kopi produk negara lain. Lalu mengapa pangsa pasar atas itu harus diserahkan pada orang lain, tanyanya. “Kami ingin menjadi tuan rumah di kampung sendiri, meskipun ini baru rintisan,” harapnya.

Maka dari itu materi yang diberikan selama lima hari yang seluruhnya tentang kopi itu terbilang lengkap. Mulai dari sejarah kopi, jenis-jenis kopi, cara mengolah kopi yang benar, mengenal berbagai jenis rasa, mengatur rasa yang nikmat, cara penyajian, dan lain sebagainya.

Termasuk praktik langsung dengan membandingkan rasa kopi produk luar negeri dengan produk buatan mereka yang tidak kalah enak.

Koordinator Bidang Pengembangan Pondok Pesantren OPOP Jawa Timur, Alaikal Fajri menyebut bahwa kegiatan ini diadakan dalam rangka menjawab tantangan Gubernur Jawa Timur Ibu Khofifah Indar Parawansa.

"Untuk pesantren siapa yang berani membuat coffee shop setara Starbuck dengan konsep comunal branding!. Maka kami berikhtiar mewujudkan cita-cita Ibu Gubernur selaras dengan Nawa Bhakti Satya ke 7 Yaitu Jatim Berdaya dalam Program One Pesantren One Product (OPOP).

Nantinya para peserta diharapkan dapat mendirikan kedai kopi kelas premium di wilayah masing-masing. Dengan merek dagang bersama dengan nama Nahla Kofie.

“InsyaAllah semua brand awareness tersusun dalam SOP yang telah terstandarisasi secara manajemen, kualitas dan rasa Nahla Kofie sehingga di seluruh outlet memiliki rasa dan kualitas yang sama,” kata pria yang akrab disapa Gus Alaik itu.

“Yang jelas, pasti worth it dan berkelas,” imbuhnya berpromosi.

Berdasarkan pantauan di tempat pelatihan, para peserta tampak antusias mengikuti seluruh materi. Meski setiap sesi dimulai pukul 08:00 hingga pukul 20:00 mereka tampak menikmati.

Tidak terlihat sorot kejenuhan di wajah mereka. Bahkan waktu makan malam yang mestinya pukul 18:30 WIB pun kadang harus ditunda, meski makanan sudah disiapkan.

Para santri asal Jawa Timur tampak khusyuk dengan dunia barunya meracik kopi menjawab tantangan Gubernur Khofifah. Bahkan Habib Hasbullah, pendamping dari pondok pesantren Amanatul Ummah, Pacet mengaku turut kerasan mendampingi santrinya. “Melihat mereka terus bersemangat, saya juga jadi ikutan,” ujarnya sambil berseloroh.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES