Ekonomi

Harga Sayuran di Kota Pagaralam Masih Fluktuatif

Selasa, 14 September 2021 - 14:59 | 90.35k
Tampak salah seorang petani sayuran tengah memanen sawi di lahan pertanian, yang tengah dikembangkan. (FOTO: Asnadi/TIMES Indonesia)
Tampak salah seorang petani sayuran tengah memanen sawi di lahan pertanian, yang tengah dikembangkan. (FOTO: Asnadi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PAGARALAM – Selain dikenal sebagai penghasil Kopi, yang menjadi komoditi unggulan dari sektor pertanian, Kota Pagaralam juga dikenal sebagai sentra sayur-mayur dataran tinggi  di Sumatera Selatan, karena kesuburan tanah dan masyarakatnya yang mayoritas berprofesi sebagai petani.

Tercatat, setiap harinya tak kurang dari 50 ton komoditi sayuran asal Kota Pagar Alam yang dikirim ke luar daerah seperti pasar induk Jakabaring Palembang, Provinsi Bandar Lampung hingga ke Sumatera Barat (Padang).

Meski dengan hasil yang melimpah, tidak jarang juga petani sayuran dibuat menjerit lantaran merugi karena faktor harga yang tidak sesuai, terlebih dengan besarnya modal yang sudah mereka keluarkan. 

Bahkan, karena harganya yang anjlok atau murah, bagian dari frustasi, petani enggan untuk memanen tanaman mereka hingga dibiarkan membusuk dan mati di lahan, namun sebaliknya dengan kenaikan harga yang cukup signifikan, maka petani pun dapat bernafas dengan lega.

Etty salah seorang agen atau pengumpul sayuran di kawasan pasar Terminal Nendagung Selasa (14/9/2021) mengatakan, anjloknya harga sayuran di Kota Pagaralam apabila bertepatan panen dengan daerah lain, seperti Kota Curup Provinsi Bengkulu.

Akibatnya, sayuran asal Pagaralam kalah bersaing, baik secara kualitas maupun soal harga, Dan dikatakannya, bahwa ini sudah menjadi tradisi setiap tahunnya.

"Kalau sekarang rata-rata harga sayuran di Pagaralam lagi turun, kecuali tomat merah besar serta cung yang mencapai Rp10-15 ribu perkilogramnya, padahal harga sebelumnya pecah dari Rp5 ribu bahkan pernah seharga Rp400 rupiah (tomat)," sebut Etty.

Etty menyebutkan, sementara untuk komoditi lain seperti Sawi Takis yang sebelumnya harga dari petani sebesar Rp3.000 – Rp4.000, kini Rp1.200 – Rp1.800 perkilogram.

Sawi Pahit beberapa bulan belakangan seharga Rp4.000 – Rp6.000 sekarang tinggal Rp1.600 perkilogramnya, sedangkan kubis atau kol saat ini tinggal Rp.2000 dari harga sebelumnya mencapal Rp.2.500-Rp.2.700 perkilogram.

"Dan harga yang kita ambil dari petani ini, kita jual lagi ke agen besar untuk dikirim keluar, dan rata-rata harga setiap barang kita naikan sebesar Rp2.000, dan itu bisa jadi akan lebih mahal lagi, kalau sudah dikirim ke luar Kota," kata  Etty.

Sementara Bambang, Agen sayur lainnya tak menampik jika terjadi perbedaan harga jual maupun beli dari sesama agen, terhadap barang-barang dari petani Pagaralam, itu biasanya di karenakan susahnya mencari barang tersebut karena langka.

Naik turunnya harga komoditi sayuran ini, tak ditampik oleh Kasi Bina Pasar dan UKM Disperindagkop Kota Pagaralam Endang Diyah, yang menurutnya itu sudah lumrah dan sudah adapun faktor-faktor penyebabnya pun mayoritas sudah diketahui oleh petani.

"Dan petani (di Kota Pagaralam) pun kadang sudah berupaya mensiasati, agar panennya tidak bertepatan dengan panen daerah lain, dan proses tanamnya juga melihat kondisi cuaca, akan tetapi peputaran harga memang susah diprediksi, karena ini juga bergantung dengan kebutuhan serta permintaan," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES