Kopi TIMES

Catatan Ketua MPR RI: Bergeser ke Endemi Menuju Pemulihan

Selasa, 14 September 2021 - 10:02 | 34.75k
Bambang Soesatyo Ketua MPR RI/Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Universitas Terbuka
Bambang Soesatyo Ketua MPR RI/Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Universitas Terbuka

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hidup berdampingan dengan Virus Corona sambil mengupayakan pergeseran dari pandemi ke endemi layak ditanggapi sebagai ajakan memulai pemulihan semua aspek kehidupan secara bertahap. Agar pergeseran ke endemi bisa segera diwujudkan, kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan (Prokes) masih dan tetap menjadi faktor kunci. 

Pandemi COVID-19  memang belum berakhir. Tetapi masyarakat Indonesia patut bersyukur karena berbagai upaya dan kerja keras yang dilakukan semua komunitas di bulan-bulan terdahulu telah menunjukan hasil yang menjanjikan. Kendati penularan COVID-19 masih menjadi ancaman nyata, hasil dari kesungguhan kerja keras itu berbuah progres. Penambahan kasus baru per hari sudah memasuki level di bawah 5.000 kasus. Per Senin (13/9), Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melaporkan tambahan sebanyak 2.577 kasus baru COVID-19. Juga melegakan karena jumlah pasien rawat inap pada hampir semua rumah sakit rujukan COVID-19 turun signifikan.

Pencapaian progres yang signifikan dalam menangani pasien dan mengendalikan kecepatan penularan COVID-19 itu mencerminkan kehendak dan semangat semua elemen masyarakat yang sungguh-sungguh bekerja ekstra keras untuk mengakhiri krisis kesehatan yang sudah memasuki tahun kedua ini. Semua orang tahu dan mencatat bahwa pencapaian progres yang signifikan itu bukan pekerjaan mudah. Bahkan bagi petugas di lapangan, pekerjaan mereka amatlah sulit dan sarat risiko.

Karena itu, apresiasi dan penghormatan setinggi-tingginya layak diberikan kepada komunitas dokter, semua tenaga  kesehatan (Nakes), para relawan serta unsur TNI-Polri yang tak kenal lelah, dan dengan gagah berani berada di garda terdepan dalam ‘perang’ melawan penularan COVID-19. Penghargaan dan hormat layak pula diberikan kepada pemerintah karena juga telah bekerja ekstra keras sehingga berhasil mendatangkan lebih dari 200 juta dosis vaksin corona.

Dari hasil kerja keras itulah cukup alasan bagi masyarakat Indonesia segera bersiap dan berancang-ancang untuk bergeser dari pandemi ke endemi.  Namun, dengan bergeser ke endemi, siapa pun tidak pernah boleh berasumsi bahwa penularan wabah virus corona telah berakhir. Sebaliknya, dengan bergeser ke endemi, masyarakat juga diingatkan untuk selalu menyadari bahwa dengan pergeseran itu berarti semua orang sedang hidup berdampingan dengan virus corona yang gampang menular itu. Fakta inilah yang patut digarisbawahi oleh semua orang dan semua keluarga. Konsekuensinya, kepatuhan pada Prokes tetap tidak bisa ditawar, utamanya saat berkegiatan di luar rumah atau di ruang publik.

Ketika indikator-indikator utama tentang pandemi COVID-19 menunjukan kecenderungan yang semakin positif dan progresif, pergeseran ke endemi harus berani dilakukan. Dan, itulah titik awal dimulainya pemulihan pada hampir semua aspek kehidupan yang tentunya harus bertahap. Semua orang tentu senang dan sangat berharap pemulihan bisa segera diwujudkan. Memang, harus ada keberanian memulihkan semua aspek kehidupan setelah hampir dua tahun segala sesuatunya dibatasi.  Siapa pun pasti menginginkan adanya keleluasaan dalam berkegiatan. Komunitas pekerja ingin merasakan lagi suasana kantor tempat mereka bekerja. Anak dan remaja rindu bisa kembali ke sekolah atau kampus. 

Tidak mudah menetapkan kondisi dan waktu yang tepat untuk bergeser ke endemi. Karena itu, pemerintah pun diminta untuk berhati-hati. Para ahli mengingatkan bahwa pergeseran dari pandemi ke endemi bergantung pada beberapa faktor. Faktor utamanya adalah efektivitas atau kekuatan vaksin yang membentuk kekebalan pada tubuh setiap orang. Faktor kedua adalah durasi dari kekuatan vaksin itu dalam menangkal penularan, termasuk kekuatan vaksin menangkal penularan dari varian baru virus Corona yang muncul akibat mutasi. Artinya, pancapaian standar kekebalan komunal (herd immunity) saja belum cukup, karena masih ada persoalan tentang besar-kecilnya kekuatan vaksin membentuk kekebalan dan rentang waktu kekebalan itu pada tubuh setiap orang.

Para ahli juga mengingatkan, untuk area atau wilayah yang populasinya padat, disarankan untuk lebih berhati-hati dalam menentukan waktu pergeseran. Warga pada wilayah padat penduduk sering kurang berhati-hati dalam menerapkan pola kontak antar-orang. Artinya, pada area padat penduduk, Prokes memang tidak boleh dilanggar sepanjang periode endemi guna meminimalisir penularan virus.

Rekomendasi para ahli tentang parameter pergeseran ke endemi itu hendaknya tidak membuat pemerintah maupun masyarakat ragu. Rekomendasi itu justru layak dijadikan pegangan yang semakin memberanikan masyarakat untuk bergeser ke periode endemi. Ingat bahwa berkat akal budi bersama yang membangun kesadaran  dan kesungguhan mematuhi Prokes, Indonesia berhasil melalui puncak penularan Covid-19 pada Juni-Juli 2021. Maka, belajar dari pengalaman itu, dan dengan kepatuhan mutlak pada Prokes, masyarakat Indonesia pun akan mampu untuk hidup berdampingan dengan virus Corona, dan mampu pula menjalani periode endemi dengan selamat.

Indonesia sudah memiliki modal dasar untuk bergeser ke endemi. Hingga Senin (13/9) siang, jumlah warga yang sudah disuntik vaksin COVID-19 dosis kedua mencapai 42.104.839 orang atau 20,22 persen dari total target. Dan, jumlah warga yang sudah disuntik vaksin pertama mencapai 73.310.563 orang atau 35,20 persen. Untuk mencapai standar kekebalan komunal, Pemerintah menetapkan target sasaran vaksinasi sebanyak 208.265.720 warga. Sasaran vaksinasi mencakup tenaga kesehatan, warga lanjut usia petugas publik, kelompok masyarakat yang rentan, serta kelompok warga lainnya, termasuk anak-anak usia 12-17 tahun.

Pekan lalu, stok vaksin corona di dalam negeri bertambah lagi setelah pemerintah menerima kedatangan 358.700 dosis vaksin AstraZeneca dari Prancis melalui jalur Covax Facility. Jumlah ini merupakan pengiriman tahap pertama dari komitmen Prancis sebanyak tiga juta dosis vaksin. Dengan tambahan stok vaksin sebanyak itu, jumlah vaksin yang telah tiba di Indonesia tercatat 225.536.190 dosis, baik dalam bentuk curah maupun dalam bentuk vaksin.

Berpijak pada perkembangan terkini seperti itu, masyarakat Indonesia layak untuk optimis. Dalam beberapa kesempatan baru-baru ini, Presiden Joko Widodo meminta aparatur pemerintah dan semua elemen masyarakat mulai menyiapkan transisi dari periode pandemi ke endemi. Presiden juga mengingatkan bahwa dengan pergerseran  itu, siapa pun harus tetap waspada dengan mematuhi Prokes karena semua orang hidup berdampingan dengan virus Corona. Dengan bergeser ke periode endemi, masyarakat Indonesia akan memulai pemulihan bertahap pada beberapa aspek kehidupan.

Mari kita rawat optimisme itu dengan patuh menjalankan Prokes. (*)

 

* Oleh: Bambang Soesatyo Ketua MPR RI/Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Universitas Terbuka

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES