Pendidikan

Kembangkan Kebahagiaan, FPP UM Prakarsai Konferensi Internasional Ahli Psikologi

Senin, 13 September 2021 - 17:59 | 48.83k
Ketua Panitia Konferensi Dr. Ika Andrini Farida, M.Psi. (FOTO: Ika Andrini for TIMES Indonesia)
Ketua Panitia Konferensi Dr. Ika Andrini Farida, M.Psi. (FOTO: Ika Andrini for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Sejumlah ahli Psikologi Positif dari beberapa negara, Sabtu (11/9/2021) ambil bagian sebagai pembicara dalam Konferensi Internasional Psikologi 2021 untuk membantu manusia dalam mengembangkan kebahagiaan, kasih sayang, dan kebaikan. Acara itu diprakarsai Fakultas Pendidikan Psikologi (FPP) Universitas Negeri Malang (UM).

Kepanitiaan Konferensi Internasional Psikologi 2021 ini sendiri terdiri dari Steering Committee Prof. Dr. Fattah Hanurawan, M.Si., M.Ed, dan Dr. Tutut Chusniyah, S.Psi., M.Psi dengan sekitar 20-an orang anggota.

"Tujuannya kali ini untuk menjawab pertanyaan bagaimana Psikologi Positif itu bisa membantu masyarakat di berbagai negara dalam membangun kebahagiaan dan kesejahteraan serta bagaimana membangun optimisme dan harapan di tengah sulitnya situasi pandemi Covid-19," kata Ketua Panitia Konferensi Dr. Ika Andrini Farida, M.Psi.

FPP-UM-Prakarsai-Konferensi-Internasional-Ahli-Psikologi.jpg

Para ahli Psikologi Positif sejumlah negara itu memaparkan sejumlah hasil penelitiannya tentang "hidup bahagia" lewat acara yang digelar secara online. Pesertanya sekitar 200 orang peserta.

Para pembicara itu di antaranya Prof Dr. Kanvee Viwatpanich, Dosen di Social Gerontology Department, Chulabhorn International College Of Medicine, Thammasat University, Thailand, Dr. Ryan M. Niemiec dari VIA Institute on Character, Amerika Serikat serta Hasan Said Tortop, Ph.D dari Association for Young Scientists and Talent Education, Turki.

Sedangkan dari Indonesia ada Kurniati Rahayuni, Ph.D, Dosen Psikologi Olahraga di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Malang.

Dr.Kanvee menyampaikan hasil penelitiannya dengan  mendeskripsikan permasalahan yang dialami orang lanjut usia di Thailand. Dimana banyak terjadi kekerasan terhadap lansia yang dilakukan oleh anggota keluarga atau pengasuh, sehingga dia  mempertanyakan apakah panjang umur merupakan keberuntungan atau kemalangan.    

Dr. Ryan M. Niemiec berbicara soal kekuatan karakter adalah sifat-sifat kepribadian yang positif, seperti wisdom (bijaksana), courage (berani), humanity (rasa kemanusiaan), justice (rasa keadilan), dan transenden, serta bagaimana perbedaan character strength antar negara.

Sedangkan Hasan Said Tortop, Ph.D memaparkan adanya peningkatan penelitian bidang Psikologi Sosial sebagai efek dari terjadinya pandemi Covid-19.

Sementara itu Kurniati Rahayuni, Ph.D, Dosen Psikologi Olahraga di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Malang, menyampaikan materi soal "Psychosocial Demands of Indonesian Elite Sport Performers: Invisible Mental Health Issues?".

Salah satu alumni Prodi Psikologi Universitas Negeri Malang yang  lulus tahun 2006 ini mengamati bahwa atlet elit dimasa kini  harus mobile dan transnational, dan menghadapi kompetisi yang sangat keras serta penuh tekanan baik untuk memperoleh medali, mencapai ranking, maupun target performance tertentu.

Kurniati Rahayuni yang kemudian melanjutkan studi S-2 di Universitas Airlangga, dan meraih gelar Ph.D dari University of Birmingham, United Kingdom ini mempelajari kesehatan mental dan bagaimana para atlet meraih well-being (kesejahteraan).

Kurniati juga tertarik dengan isu itu yang kemudian membuat disertasi berjudul “Psychosocial Demands of Indonesian Elite Athletes".

Ia kemudian menemukan tiga kategori tuntutan sosial terhadap atlet elit, yaitu tuntutan karakteristik personal (seperti body image atau citra tubuh), tuntutan berkaitan dengan prestasi (medali, ranking), dan tuntutan sistem dinamika sosial (sponsor, keluarga).

Atas hasil penelitiannya itu iapun merekomendasikan perlunya untuk para atlet Indonesia :

1. Memperoleh bimbingan transisi karir: persiapan dalam menghadapi tahapan karir dan tantangan-tantangan dalam karir atlet, termasuk menyiapkan pensiun.

2. Mencapai kesadaran akan literasi kesehatan mental: kepada para atlet diberikan pengetahuan untuk mengenali dan mencegah isu kesehatan mental dengan menyediakan sesi pendidikan dan pelayanan psikologi.

Dalam konferensi yang diprakarsai FPP UM ini, ia juga mengusulkan ini karena sudah saatnya menciptakan organisasi keolahragaan yang dikelola dengan baik yang concern terhadap well-being para atletnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES