Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Belajar dari Sayed Sadaat

Minggu, 12 September 2021 - 08:58 | 53.58k
Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Pascasarjana Universitas Islam Malang.
Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Pascasarjana Universitas Islam Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Sayed Sadaat, salah seorang politisi atau eks Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Afganistan Periode 2016-2018, yang kini pindah ke Jerman dan bekerja sebagai kurir pengantar makanan salah satu perusahaan disana patut diapresiasi. Kehidupan yang serba difasilitasi yang pernah didapat sebelumnya berubah menjadi kehidupan yang harus dijalaninya sendiri, tetapi Sadaat bahagia dengan itu semua dan menjalananinya dengan riang gembira. Mungkin tidak banyak kita temukan orang seperti ini, yang banyak kita temukan ketika menjabat berani melakukan korupsi dan akhirnya jatuh dalam jurang korupsi dan ditangkap. Sementara Sadaat menolak korupsi dan memberanikan diri keluar dari lingkaran pemerintahan dan hidup bahagia dengan keluarganya dengan ritme kehidupan barunya.

Lantas apa yang bisa kita ambil hikmah dari kejadian ini?

Pertama, menghilangkan keakuan (ananiah). Sadaat menurut hemat saya lulus dari persoalan ini. Persoalan besar yang dihadapi manusia saat ini adalah AKU. Keakuan atau menganggap dirinya lebih baik dan harus dihormati serta mendapatkan prioritas tertentu menjadi penyakit hati yang harus dibersihkan sebersih-bersihnya. Jika tidak aku mana mungkin bisa terlaksana. Jika bukan karena aku mana mungkin dia bisa seperti saat ini. Inilah keakuan yang sering kita temukan di tengah-tengah masyarakat. Padahal keakuan sangat dibenci oleh Allah SWT karena keakuan sejatinya menafikan kehadiran Allah dan menganggap peran Allah hilang disitu tergantikan dengan peran akunya itu. 

Ananiah (keakuan) merupakan kesombongan pada diri ini. Al Quran secara tegas melarang seseorang untuk sombong dan merasa dirinya telah berjasa atas sesuatu yang dilakukannya.

Firman Allah SWT Q.S. Luqman [31]: 18: Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Luqman [31]: 18).

Untuk menghilangkan ananiah maka harus kita yakini dan hadirkan peran Allah dalam setiap kehidupan kita. Dan kita cukup bersyukur telah ditunjuk oleh Allah untuk membantu dan mengantarkan seseorang misalnya melalui peran diri kita masing-masing. Sayed Sadaat mampu melakukan itu karena bagi dia menjadi menteri dan menjadi kurir adalah sama-sama pekerjaan melayani masyarakat. Terpenting dari pekerjaan yang dijalani adalah kebahagiaan. Jika kita bahagia melakukan itu maka jalani kehidupan itu dan tidak memandang diri ini hina.

Sayed Sadaat juga berani menyampaikan apa yang benar adalah benar, apa yang salah adalah salah. Tidak peduli dia berhadapan dengan siapa, mau atasannya atau penguasa nomor satu di negara ini. Bagi Sadaat ketakutan itu hanya untuk Allah SWT. Inilah kehebatan Sadaat dan pilihan hidup yang dia jalani. Kemuakan melihat praktik korupsi di negaranya memilih dia untuk mengambil jalan hidup yang saat ini dijalani. Jika dia sabar menjalani ini maka Allah akan membalas Sadaat dengan kehidupan yang berkah. 

Tidak banyak kita temukan dalam praktik hidup seperti Sadaat ini. Orang yang sudah menduduki jabatan tertentu dalam sistem birokrasi yang ada lebih memilih diam dan menutup mata dan tidak berani menyuarakan karena semata-mata mementingkan dan mengamankan dirinya sendiri. Jataban adalah pilihan tetapi sikap tegas menyampaikan yang haq adalah haq adalah putusan yang diambil. Inilah keberanian Sadaat yang patut kita jadikan contoh dan uswah. Sehingga dalam ucapannya keluar kata bahagia menjalani hidup saat ini. Bahagia adalah bentuk keridhaan Sadaat kepada Sang Khaliq dan keridhaan Sang Khaliq kepada Sadaat. Jika Allah Ridha maka surgapun pasti Sadaat telah dapatnya. Sadaat telah menampakan hati yang tenang. 

Semoga kita bisa belajar meniru Sayed Sadaat ini. Aamiin.  (*)


*)Oleh: Muhammad Yunus. 
- Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Pascasarjana Universitas Islam Malang.
- Kepala BAKAK Unisma 
- Anggota Pengurus Wilayah LP Ma’arif Nahdlatul Ulama Jawa Timur.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES