Ekonomi

Ada Laboratorium Anggrek Berdiri di Dusun Gerdu Kota Batu

Jumat, 10 September 2021 - 22:07 | 95.11k
Pasangan suami istri Fariska dan Indrawati mengembangkan perbanyakan anggrek bulan di Dusun Gerdu. (Foto: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Pasangan suami istri Fariska dan Indrawati mengembangkan perbanyakan anggrek bulan di Dusun Gerdu. (Foto: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BATU – Dahulu sebuah dusun dipenuhi dengan peralatan pertanian manual, tapi kini bukan hanya itu. Di Dusun Gerdu, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu di salah satu rumah penduduk terdapat sebuah laboratorium kultur jaringan untuk membudidayakan bunga anggrek secara hybrid.

Di dalam ruangan berukuran kurang lebih 3 x 4 meter, laboratorium kultur jaringan skala rumah ini berada di Kampung Anggrek Mandiri, Dusun Gerdu RW 17, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.

Laboratorium ini dikelola oleh pasangan suami istri Fariska Bisri Purwantoko, 39 tahun dan Indrawati, 37 tahun. Kedua pasutri ini mengoperasionalkan laboratorium ini dengan cara belajar secara otodidak dari berbagai literasi.

“Orang tua kita memang sudah membudidayakan anggrek dalam botol kecil. Kita didorong untuk mengembangkannya,” ujar Faris.

Meskipun sebenarnya background pendidikan Faris dan istrinya sebenarnya tidak berhubungan sama sekali dengan pertanian.

Laboratorium-Anggrek-2.jpg

Pegawai Jawa Timur Park (JTP) 2 ini jebolan sekolahan kedokteran hewan sementara istrinya jebolan Fakultas Ekonomi sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Malang. “Kita belajar otodidak, kita cari literatur dari buku dan youtube,” ujar Faris.

Lewat cara ini, kedua pasutri ini menggunakan teknik perbanyakan tanaman dengan menggunakan media agar-agar dengan menggunakan media buatan yang dilakukan pada tempat steril. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan yang dilakukan pasutri ini memiliki sifat yang identic dengan induknya, serta dapat diperbanyak dalam jumlah besar dalam tempat yang tidak terlalu luas.

Selain itu, teknik ini juga bisa dipergunakan untuk menyilangkan beragam jenis tanaman anggrek. Namun saat ini, kedua pasutri ini selama ini konsen melakukan pengembangan bunga Anggrek Bulan.

“Sudah tahun ini kita lakukan pengembangan secara hybrid, menggunakan NKAS alat untuk melakukan infitro kultur jaringan untuk penanaman kultur jaringan anggrek di media agar-agar,” ujarnya. Alat ini digunakan untuk melakukan teknik perbanyakan secara steril.

Laboratorium-Anggrek-3.jpg

Namun Faris menilai dengan menggunakan alat (NKAS) buatannya sendiri ini belum bisa menghasilkan perbanyakan yang maksimal. Karena beberapa diantara tanaman masih terkontaminasi jamur. Karena itu, ia pun memesan alat yang disebut laminar air flow yang dinilainya bisa lebih steril dari jamur.

Meski sudah menggunakan peralatan yang baru, Faris tetap menggunakan NKAS untuk proses finalisasi. Dua peralatan yang dipergunakan untuk membudidayakan ini, kedua pasutri ini menghabiskan anggaran yang dimilikinya Rp 60 hingga Rp 70 juta.

Keberadaan laboratorium skala rumahan ini semakin melengkapi keberadaan Kampung Anggrek Mandiri, sebuah destinasi wisata anggrek yang dibangun oleh warga Dusun Gerdu, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Ditempat ini, wisatawan yang hadir di Kampung Anggrek Mandiri bisa mendapatkan edukasi pembibitan anggrek serta budidaya langsung dari ahlinya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES