Ekonomi

Program Makmur Pupuk Indonesia, Alternatif Petani Atasi Ketergantungan Pupuk Subsidi

Kamis, 09 September 2021 - 21:42 | 65.86k
Panen raya di Banyuwangi, Jawa Timur. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Panen raya di Banyuwangi, Jawa Timur. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Terbukti ampuh, Program Makmur yang diluncurkan oleh Kementerian BUMN kolaborasi dengan PT Pupuk Indonesia (Persero) dapat meningkatkan produktivitas pertanian secara signifikan.

Selain bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani, Program Makmur ini diyakini sebagai alternatif terbaik bagi petani yang cenderung ketergantungan pupuk bersubsidi.

Sudah menjadi rahasia umum, jika kebijakan pupuk bersubsidi dalam perjalanannya terus dihadapkan tantangan yang besar. Kebijakan yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah sejak 1970-an itu semakin memberikan beban terhadap APBN

Konon, awal kebijakan pupuk ini diadopsi sebagai bagian penting dari Revolusi Hijau. Di mana sekaligus pengelolaan lahan, pengaturan jarak tanaman, sistem irigasi dan drainase, alat dan mesin pertanian, bibit dan benih unggul.

Semakin bertambahnya umur zaman, justru banyak petani yang semakin ketergantungan akan pupuk. Apalagi pupuk bersubsidi. Ketika terjadi kelangkaan pupuk, gejolak akan terjadi di desa-desa yang menjadi sentra produksi pertanian.

Melalui Program Makmur inilah, selanjutnya pemerintah bersama PT Pupuk Indonesia (Persero) mencoba menghadirkan opsi berbeda dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian.

Dengan program ini, tentunya akan memberikan efek samping positif bagi petani yang selalu bergantung pada pupuk bersubsidi. Meskipun dalam aplikasinya tidak pakai pupuk bersubsidi, para petani dalam Program Makmur ini masih bisa mendapatkan surplus penghasilan yang signifikan.

Hasil riset yang dilakukan kepada para petani, ketika panen tiba para petani dapat menghasilkan produksi panen hingga nyaris dua kali lipatnya.

"Pada dasarnya program ini berbentuk pengawalan dan pendampingan intensif kepada petani dan budidaya pertanian yang didukung teknologi,” kata SEVP Operasi Pemasaran PT Pupuk Indonesia (Persero) Gatoet Gembiro Noegroho saat melakukan panen raya bersama petani di Kabupaten Banyuwangi, Kamis (9/9/2021).

Tentunya, meningkatnya hasil produksi berbanding lurus terhadap kenaikan keuntungan petani. Dengan kesejahteraan yang berkesinambungan ini, maka petani memiliki daya beli yang meningkat sehingga memiliki kemampuan untuk membeli pupuk non subsidi.

Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan program ini yaitu bagaimana memaksimalkan pemanfaatan pupuk non subsidi untuk produktivitas pertanian.

Menurut Gatoet, Program Makmur ini akan menciptakan suatu ekosistem yang dapat membantu petani dari hulu hingga hilir sehingga proses budidaya maupun pemasaran hasil pertanian tidak terhambat. 

"Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini, kita semua memerlukan dukungan ketahanan pangan yang kuat. Maka itu, langkah ini untuk menjamin stok pangan kita bisa dicukupi oleh petani Indonesia," katanya.

Menurutnya, bahkan petani gurem dapat memiliki penghasilan yang sangat baik dengan menggunakan program makmur ini. Di Banyuwangi, telah terbukti jika lahan 1 hektar mampu menghasilkan 9 ton gabah dari semula hanya 5 ton gabah.

"Progam ini bukan memperluas lahan tapi meningkatkan produktivitas. Sehingga kemakmuran petani-petani di Indonesia terjamin. Ini target kami," jelasnya.

Program Makmur ini terdiri dari berbagai aspek yang membantu petani dan budidaya pertanian. Mulai dari pengelolaan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming dan mekanisme pertanian. Selanjutnya ada juga disiapkan akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian serta adanya offtaker atau jaminan pasar bagi petani.

Adapun komoditas yang menjadi fokus program ini yakni padi, jagung, cabai, kelapa sawit, singkong, kopi, lada, kakao, bawang merah, tebu, tembakau, nanas, dan manggis. Realisasi program Makmur hingga Juli 2021 tercatat luas tanam mencapai 29.619 hektar dengan akuisisi petani tercatat 25.775 orang.

PT Pupuk Indonesia (Persero) sendiri, menargetkan pada 2022 total luasan tanam Program Makmur seluas 250.000 hektare yang tersebar di seluruh Indonesia dengan penjualan pupuk non subsidi diharapkan bisa mencapai 125.000 ton.

Bertahap akan naik target luasannya hingga tahun 2024 diharapkan bisa dicapai 4.000.000 hektar. Sementara untuk jumlah petani yang terlibat pada tahun 2024 tersebut ditargetkan mencapai 4.000.000 orang.

Selain itu, masih dalam rangka transformasi bisnis, PT Pupuk Indonesia (Persero) juga sedang melakukan pilot project untuk mengimplementasikan Retail Management System (RMS).

Sistem ini berbentuk aplikasi untuk memudahkan kios mengelola transaksi dan pendataan stok produknya. RMS ini merupakan salah satu inisiatif strategis dalam program transformasi bisnis, dimana perusahaan akan berorientasi pada pasar atau costumer centric.

Untuk diketahui, pada tahun 2021 ini petani di Kabupaten Banyuwangi mendapatkan jatah pupuk bersubsidi jenis urea sebanyak 59.511 ton. Jumlah alokasi ini meningkat 10.176 ton dari tahun 2020 lalu yang hanya dijatah 49.335 ton. Meski demikian, harga pupuk bersubsidi ini justru mengalami kenaikan.

Sedangkan untuk jenis pupuk SP36 pada tahun ini dijatah sebanyak 14.662 ton. Meningkat sekitar 8.621 ton dari tahun sebelumnya yang hanya dijatah 6.041 ton. Untuk pupuk jenis ZA, pada tahun 2021 ini mengalami kenaikan sekitar 5.625 ton. Dari sebelumnya 14.923 ton menjadi 20.548 ton.

Selanjutnya pupuk jenis NPK justru mengalami penurunan alokasi di tahun ini. Dari 29.319 ton di tahun 2020 turun menjadi 27.456 di tahun 2021. Penurunan ini disebabkan adanya sisa stok pupuk NPK di tahun 2020 lalu.

Akan tetapi, kelangkaan pupuk terkadang masing kerap sekali terjadi. Selain itu, banyak petani yang masih mengeluh soal biaya dan murahnya pasar panen mereka. Meskipun menggunakan pupuk bersubsidi namun mereka hanya memiliki keuntungan yang sangat kecil. 

Dengan hadirnya Program Makmur hasil kerjasama Kementerian BUMN dengan PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui anak perusahaannya PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) ini, diharapkan dapat memberikan dampak kemakmuran kepada para petani di Banyuwangi khususnya bagi mereka yang masih bergantung dengan pupuk subsidi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES