Kopi TIMES

Pendidikan Seks Sejak Dini, Langkah Preventif Kekerasan Seksual pada Anak

Kamis, 09 September 2021 - 18:03 | 59.93k
Apria Ningsih: Alumni FMIPA Unisma, Guru SDIT SALSABILA Kepanjen.
Apria Ningsih: Alumni FMIPA Unisma, Guru SDIT SALSABILA Kepanjen.

TIMESINDONESIA, MALANG – Pandemi yang dialami dari tahun 2020 di Indonesia, secara tidak langsung berdampak pada penggunaan internet yang semakin meningkat. Peningkatan penggunaan internet sebagai pusat informasi tentu memberikan berbagai dampak positif dan negatif. Anak merupakan salah satu penguna internet yang mudah terdampak negatif.

Kemudahan akses internet, dengan minim pengawasan dari orang tua membuat anak dapat mengakses informasi yang tidak sesuai dengan rentang usianya. Salah satu yang paling berbahaya bagi tahap kembang anak adalah tingginya akses pornografi. Konten pornografi sangat mudah terkases karena berbagai media yang berkembang saat ini memuat konten ini baik secara langsung maupun tak langsung.

Berdasarkan data penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan paparan pornografi pada anak. 95,1 % anak remaja SMP dan SMA di kota besar di Indonesia, di DKI Jakarta, Yongyakarta dan Aceh telah mengakses pornografi melaui internet. 0,48% anak terpapar ringan dan 0,1% terpapar berat. Kondisi ini sangat mengkawatirkan, karena paparan pornografi akan berpengaruh pada kerusakan lima bagian otak manusia, salah satunya adalah Pre Frontal Cortex (PVC) yang berperan penting dalam fungsi moral. Anak dengan paparan pornografi akan cenderung melakukan kekerasan seksual .

Berdasarkan paparan diatas dapat kita ketahui bahwa pendidikan seks pada anak sangatlah penting, untuk melindungi anak dari paparan pornografi dan kekerasan seksual. Di Indonesia pendidikan seksual pada anak meruapakan hal yang masih diangap tabu.  

Orang tua cenderung kesulitan dalam menjelaskan pendidikan sek sualitas pada anak, akibatnya anak-anak tidak mendapatkan informasi secara tepat. Anak-anak yang penasaran akan mencoba memenuhui kebutuhan informasi dengan mencari di Internet, atau sumber lain tanpa pendampingan orang tua. Hal inilah yang justru sangat berbahaya bagi anak.

Yang perlu kita fahami bagi kita yang saat ini akan dan sedang menjadi orang tua adalah pendidikan seks bukanlah ilmu yang tabu untuk diperbicangkan. Pendidikan seks yang sesuai perkembangan anak justru adalah barrier untuk mencengah anak dari penyimpangan seksualitas. Pendidikan seks pada anak usia dini tidak bertujuan untuk megajarkan anak untuk melalkukan seks bebas ketika mereka dewasa, melainkan untuk memberikan pemahaman kepada anak mengenai kondisi tubuh, kondisi tubuh lawan jenis, serta menjaga dan menghindari anak dari kekerasan seksual.

Menurut Halsetead (Roqib. 2008) menyatakan bahwa pendidikan seks yang diberikan kepada anak sejak dini memiliki tujuan yang secara garis besar dituliskan sebagai berikut: 1) Membatu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa puber dan kehamilan 2) Mencegah anak-anak dari kekerasan seksual 3) Mengurangi rasa bersalah, rasa malu dan kecemasan akibat tindakan seksual 4) Mencegah remaja perempuan dibawah umur dari kehamilan 5) Mendoring hubungan yang baik 6) Mencegah anak dibawah umur terlibat dalam hubungan seksual (sexual intercourse) 7) Mengurangi kasus infeksi melalui seks 8) Membantu anak muda mengetahui peran laki-laki dan perempuan di masyarakat.

Untuk mencapai tujuan diatas, pendidikan seksualitas pada anak tidak bisa dilakukan secara instan, melaikan bertahap sesuai dengan usia dan gendernya. Pengenalan pendidikan seksualitas dapat dimulai dengan menanamkan pemahaman dan tujuan pendidikan, seperti halnya kita menanaman pendidikan agama. Menurut psikolog dan pemerhati permasalahan anak dan remaja ilmawati mengkuaplkan bahwa terdapat beberapa pokok pendidikan seks yang bersikap praktis yang perlu diterapkan dan diajarkan kepada anak:

Pertama adalah penanaman rasa malu pada anak. Anak-anak sejak dini daiajrakan untuk mengenakan pakaian yang baik dan terutup, dan malu ketika tidak mengenakan busana merupakan pokok praktis yang harus dilakukan orang tua. Kedua, menanamkan jiwa feminisme pada perempuan dan maskulinitas pada laki-laki. Gender perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan baik secara psikis dan juga ciri fisik tubuh. Allah telah menciptakan kita sedemikian rupa, sehingga orang tua berperan dalam mengajarkan anak untuk menjalankan kehidupkan berdaskan fitrah masing-masing. 

Ketiga, memisahkan anak dengan tempat tidur orang tua. Anak yang memasuki usia 7-10 telah mengalami perkembangan pesat. Anak mulai mengeksplorasi dunia luar. Memisahkan tempat tidur anak dengan orang tua maupun saudara yang berbeda jenis merupakan langkah untuk mengajarkan eksistensi perbedaan jenis kelamin. Ke empat, mengenalkan anak waktu berkunjung ke dalam ruangan orang dewasa. Dengan melatih anak meminta izin dan membatasi waktu berkujung akan menamamkan etika yang baik berupa sopan satu kepada anak.

Kelima adalah menuntaskan toilet learning pada anak. Ketuntasan anak dalam mengunakan toilet adalah hal yang penting, anak yang mampu membersihakan alat genitalnya secara mandiri setelah buang air kecil dan air besar akan meminimalisir orang lain untuk menyentuh organ genitalnya. Manfaat lain yang diperoleh dengan menuntaskan toilet learning adalah anak akan bersikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan etika sopan santun dalam melakukan hajat.  

Dari paparan di atas menjelaskan bahwa orang tua merupakan tumpuan yang penting bagi anak untuk mengenal pendidikan seks. Pendidikan seks tak lagi menjadi ilmu yang tabu melainkan ilmu yang penting sebagai upaya preventif atau pencegahan agar anak terhidar dari penyalah gunaan seks. Pendidikan seks yang baik adalah pendidikan yang disesuaikan dengan tahapan umur dan perkembangan anak baik secara psikologis, biologis dan sosialnya.Dengan adanya pendidikan seks yang baik anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang berkualitas.

***

*) Oleh: Apria Ningsih: Alumni FMIPA Unisma, Guru SDIT SALSABILA Kepanjen.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES