Kopi TIMES

Jangan Dibully Dulu, Ini Loh Bukti KPI Masih Punya Prestasi

Kamis, 09 September 2021 - 16:05 | 936.38k
Nur Hidayah, Mahasiswi Fisip Universitas Padjadjaran program studi Hubungan Internasional.
Nur Hidayah, Mahasiswi Fisip Universitas Padjadjaran program studi Hubungan Internasional.

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Beberapa waktu terakhir ini, KPI (Komisi Pelec—eh, Penyiaran Indonesia) sedang menjadi buah bibir di kalangan netizen. Katanya sih, kata netizen loh ya, ada beberapa 'oknum' yang diduga melakukan perundungan dan pelecehan seksual selama bertahun-tahun pada terduga korban MS. Meskipun agak nggak masuk akal sih, kok bisa ya (kalau memang benar), ada 'oknum' melakukan hal bejat seperti itu selama bertahun-tahun dan nggak ada satu pun orang di lingkungan kantor yang nyadar dan membantu? Yakin beneran cuma 'oknum'?

Eh tapi sebentar dulu, sebelum kalian marah-marah melampiaskan kekesalan dan ngebully di akun sosial media KPI, ada baiknya kita sedikit mengingat-ingat prestasi KPI dalam menjaga moralitas bangsa kita tercinta ini. Hitung-hitung untuk sedikit menghibur diri, bahwa ternyata KPI masih bisa dipercaya kok, InsyaAllah hehe.

1. Penghentian iklan Shopee yang dibintangi Blackpink

Tentunya masih pada ingat dong kejadian akhir 2018 lalu? Saat itu salah satu iklan platform belanja online yang dibintangi idol beken Blackpink mendapat pertentangan melalui petisi yang ditandatangani puluhan ribu orang. Meskipun nggak sedikit juga remaja yang menentang balik petisi tersebut, pada akhirnya KPI memutuskan untuk menghentikan penayangannya.

Coba, kurang peduli apa KPI dengan moral remaja Indonesia? Mereka takut, kalau-kalau anak muda yang melihat tubuh body goals para member nantinya akan tergoda melakukan hal-hal asusila, misalnya dengan beramai-ramai memegangi tubuh orang lain dan mengambil gambar organ intimnya *eh, kok kayak tau?

2. Penyensoran berbagai adegan kartun Spongebob Squarepants

Sebagai penikmat film kartun, Spongebob adalah salah satu tayangan favorit saya, meskipun sekarang saya lebih suka Squidward daripada tokoh utamanya sendiri. Namun, saya yang awam ini rupanya tidak peka dengan banyaknya adegan serial tersebut yang tidak sesuai moral bangsa. Beruntungnya, kita punya KPI yang selalu siap sedia melindungi generasi ini dengan segenap tenaga. 

Sejak beberapa tahun lalu, KPI aktif memberikan kritik hingga sanksi pada stasiun TV yang menayangkan adegan Spongebob yang kurang sesuai. Misalnya, adegan di mana Sandy si tupai menggunakan bikini yang pada akhirnya disensor karena dikhawatirkan mengarah pada pornografi. Lalu ada juga adegan kekerasan seperti ketika dua ekor kelinci saling memukul dan ketika sebuah kue tart dilempar mengenai wajah Spongebob. 

Sebetulnya, adegannya ga penting-penting amat sih. Memangnya anak kecil mana yang akan tergugah nafsunya ngeliat tupai pakai bikini? Anak kecil mana pula yang rela ngelempar kue tartnya ke wajah orang cuma untuk meniru adegan kartun yang mungkin saja sudah dia lupa? Ah tapi lebih baik berhusnudzon, semua itu pasti dilakukan KPI karena begitu ingin melindungi anak-anak Indonesia.

Jangan sampai mereka terpengaruh budaya kekerasan –yang padahal banyak ditampilkan sinetron Indonesia- dan mengimplementasikannya kepada sesama teman. Apalagi jika sampai melakukan perundungan berjamaah disertai hinaan, makian, dan intimidasi, bertahun-tahun pula. Aduh, jangan sampai ya adik-adik. Untung saja ada KPI, Terima kasih KPI!

3. Pelarangan pemutaran puluhan lagu di radio

Prestasi KPI yang lebih baru adalah ketika pertengahan tahun ini mereka mengeluarkan surat edaran berisi 42 lagu yang dilarang diputar di radio sebelum pukul 22:00. Alasannya, puluhan lagu itu mengandung unsur asusila. Sebagai penggemar berat KPI (UwU), saya setuju sekali sih dengan langkah ini. Lagu-lagu yang dilarang itu memang tidak sesuai dengan norma-norma kita.

Misalnya lagu Girls Like You dan Lazy Song. Masak iya seorang pria menghabiskan waktu 24 jam bersama wanita yang (sepertinya) belum muhrim, apalagi sampai melakukan hubungan intim? Sungguh tidak sesuai moral bangsa. Ya, walaupun sebenarnya anak-anak yang mendengarkan lagu tersebut juga kayaknya nggak akan paham apalagi mendapat pengaruh buruk dari liriknya. Lebih baik kita dengarkan lagu-lagu lokal saja seperti Goyang Mama Muda, ya kan? Walaupun ga mendidik-mendidik amat, yah minimal masih bisa diterima oleh kita lah ya.. #CintaiProdukIndonesia

Sebenarnya, prestasi KPI masih banyak sekali. Kalau diceritakan semua, bisa-bisa netizen keburu demo karena nggak percaya terlalu luar biasa. Semoga dengan fun facts yang saya jabarkan di atas, netizen jadi mikir-mikir lagi untuk nge-bully KPI dan 'oknum'nya. Lagi pula, kalau dibully, bisa-bisa hukumannya nanti dikurangi *eh.

***

*) Oleh: Nur Hidayah, Mahasiswi Fisip Universitas Padjadjaran program studi Hubungan Internasional.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES