Peristiwa Nasional

Pakar Psikologi Sebut Saipul Jamil Tidak Pantas Jika Dituduh Pelaku Pedofilia

Selasa, 07 September 2021 - 11:57 | 45.16k
Pedangdut Saipul Jamil saat keluar dari penjara. (foto: Dokumen/Tempo)
Pedangdut Saipul Jamil saat keluar dari penjara. (foto: Dokumen/Tempo)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pakar Psikologi Forensik Indonesia, Reza Indragiri Amriel menolak pedangdut Saipul Jamil disanksi secara berlebihan di media sosial. Padahal mantan suami Dewi persik tersebut sudah berkali-kali meminta maaf dan bimbingan atas kesalahannya.

Menurut Reza, Saipul Jamil layak dimaafkan karena pada saat kejadian secara psikologis korban memang berumur 18 tahun. Sedangkan saat Saipul Jamil keluar dari penjara, umur korban semakin bertambah dan semakin menua. Jadi kondisi psikologis korban sangat berbeda.

Oleh karena itu, dia menegaskan kejahatan yang dilakukan Saipul Jamil saat ini bukan lagi pedofilia, namun insiden biasa yang bisa dimaklumi dilakukan oleh seseorang. Dia merasa aneh kenapa petisi menolak Saipul Jamil kembali tampil di media sosial ramai, sedangkan dia juga punya hak dalam mendapat rezekinya.

"Aneh bahwa SJ dibenci karena dia disebut sebagai pedofilia. Korban SJ, saat kejadian, berumur di bawah delapan belas tahun. Artinya, mengacu UU Perlindungan Anak, si korban memang masih berusia anak-anak. Tapi karena si korban sudah melewati usia pubertas, maka SJ tidak bisa dikategori sebagai pedofilia," kata Reza Indragiri Amriel di Jakarta, Selasa (7/9/2021).

"Pedofilia merupakan sebutan khusus bagi orang yang punya ketertarikan seksual utamanya atau semata-mata pada anak-anak berusia prapubertas. Sebutan yang lebih tepat bagi SJ adalah ephebophilia. Tapi itu pun perlu dicek apakah SJ memang punya berahi yang eksklusif tertuju pada anak-anak pascapubertas," imbuhnya.

Dia menambahkan selama ini sebelum dipenjara Saipul Jamil telah diketahui sering berkomunikasi bahkan menikah dengan perempuan dewasa. Artinya jika dikatakan Saipul Jamil mengalami kelainan tidak benar, sehingga perlu ada kajian secara mendalam tuduhan demi tuduhan yang dilakukan kepada Saiful Jamil harus dicroscek ulang.

"Ephebophilia sendiri bukan kelainan, sebagaimana pedofilia. Ketertarikan seksual orang dewasa pada orang-orang berumur pascapubertas dan pradewasa sesungguhnya biasa saja. Toh mereka yang berada antara usia pascapubertas dan pradewasa pada umumnya juga sudah punya minat seksual. Walau begitu, jangan diartikan bahwa saya mendukung seks dengan mereka yang berada pada rentang usia tersebut. Seks terbenarkan hanya dalam relasi perkawinan, titik," lanjut Reza.

Dia menegaskan, statement yang disampaikan ini bukan berarti mendudukkan dirinya mendukung pelaku kekerasan seksual, tapi memberikan komentar sesuai pengetahuannya tentang pelabelan kepada Saipul Jamil. Dia memasrahkan kepada masyarakat apakah mau mendengarkan atau tidak, yang pasti apa yang dia sampaikan melalui kajian yang sangat mendalam.

"Kembali ke SJ. Berulang kali dia dikabarkan dekat dengan wanita dewasa. Berarti kontak seksual SJ dengan korbannya sepertinya juga tak bisa disebut sebagai ephebophilia. Karena SJ dan korbannya berjenis kelamin sama, maka SJ bisa jadi seorang homoseksual. Lebih spesifik lagi, homoseksual fakultatif. Yaitu, mungkin karena tak ada partner yang sah, maka 'tak ada rotan akar pun jadi," tegas Reza.

"Dengan koreksi sedemikian rupa, maka mereka yang 'memusuhi SJ karena SJ adalah pelaku kejahatan pedofilia' tampaknya keliru paham. Semestinya mereka 'membenci SJ karena SJ adalah pelaku kejahatan seksual terhadap anak (tanpa embel-embel pedofilia) dan perbuatan jahatnya itu berupa homoseksual fakultatif," pungkas Reza Indragiri Amriel.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES