Kesehatan

Peran Penting Probiotik bagi Penderita Covid Komorbid Diabetes Melitus

Selasa, 07 September 2021 - 19:17 | 67.99k
Ilustrasi: Diabetes. (FOTO: primayahospital)
Ilustrasi: Diabetes. (FOTO: primayahospital)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Respon imun yang menyimpang atau disfungsi terhadap paparan patogen pada pasien Covid dengan komorbit Diabetes Melitus perlu dijelaskan mengenai meningkatnya kerentanan terhadap penyakit infeksi menular. 

Bukti penelitian terbaru telah mendokumentasikan beberapa jalur imunometabolik pada pasien diabetes yang terpapar langsung dengan infeksi COVID-19. Hal ini juga terjadi pada enderita pradiabetes dengan sindrom proinflamasi resistensi insulin disertai dengan hiperinsulinemia, protrombotik dan keadaan disglikemik.

Pasien dengan hiperglikemia, disglikemia, dan/atau hiperinsulinemia yang jelas mengalami inflamasi sistemik subklinik kronis tingkat rendah, bila tidak segera diatasi melalui mekanisme imunometabolik akan terjadi badai sitokin dengan kadar sitokin sirkulasi yang lebih tinggi.

Hal ini akan memicu terjadinya disfungsi multiorgan dan kegagalan multiorgan yang berakhir dengan kematian.

Skenario yang merusak ini telah dapat menjelaskan sebagai mekanisme yang mendasari meningkatkan keadaan hiperinflamasi seperti badai sitokin pada penderita diabetes yang terinfeksi COVID-19 parah yang memicu disfungsi dan kegagalan multi-organ.

Dibandingkan dengan pasien COVID-19 derajat sedang, diabetes yang merupakan komorbid yang bukan penyakit menular adalah merupakan faktor resiko perjalanan yang parah ketika pasien terpapar dengan Covid19.

Pada era pandemi COVID-19 sangat perlu untuk memperhatikan penderita Diabetes yang tidak teregulasi dengan baik kadar gula darahnya. Mereka sangat perlu menjalankan protokol kesehatan dengan tertip dan baik serta secepatnya meregulasi kadar gulanya sebelum terpapar dengan Covid19.

Hal ini sangat perlu ditekankan bahwa ada hubungan antara mekanisme imunoinflamasi yang mendasari komorbid dan kematian yang tinggi bila terpapar Covid19.

Penjelasan ini penting untuk menekankan perhatian pada 2 manifestasi patologi yang sangat komplek, multifaktorial, perkembangan dan tergantung pada lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Perlu sangat memperhatikan dan kecermatan serta secepatnya mengambil tindakan pada penderita Diabetes Melitus yang diduga menderita Covid19. 

Pentingnya peranan mikrobiota usus yang mengatur fungsi organ tubuh kaitannya dengan sehat dan sakit. Mikrobiome dengan kode genetiknya adalah masa depan dunia kedokteran. Kesehatan tubuh manusia sangat ditentukan oleh kesehatan mikrobiota dalam usus kita dan mikrobiota dalam organ tubuh kita yang lain, semua organ dalam tubuh kita mengandung atau dihuni oleh mikrobiota.

Sehat dan sakitnya manusia ditentukan oleh mikrobiota yang sehat dimana 85% terdiri dari mikrobiota yang baik/probiotik dan hanya 15% mikrobiota yang tidak baik (pathogen) itupun yang 10% opportunistic berubah jadi baik bila lingkungannya mendukung dan berubah tidak baik bila lingkungannya tidak baik. Sisanya 5% memang bersifat tidak baik pada lingkungan apapun. 

Keseimbangan 85% dan 15% mikroekosistem mikrobiota tubuh kita dapat diklasifikasikan sehat, sedangkan bila jumlah mikrobiota yang tidak baik (pathogen) meningkat akan menyebabkan kita tidak sehat atau sakit. Oleh karena semua fungsi tubuh dibawah kendali mikrobiota baik dalam mikroekosistem usus. Jadi begitu pentingnya kita harus merawat mikroekosistem tersebut dalam kondisi yang sehat. 

Mikroekosistem dalam tubuh kita sangat manja dan rentan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan tersebut. Antara lain gaya hidup yang tidak sehat, konsumsi terlalu banyak karbohidrat, terlalu banyak lemak, kurang makanan berserat, stres fisik atau mental, kurang berolah raga, kurang istirahat. Juga, terlalu banyak mengkonsumsi antibiotika sehingga merusak ekosistem tersebut menjadi tidak sehat dengan salah satu konsekuensi yang sangat merugikan adalah menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit.

Mengapa demikian? Sekali lagi menekankan keseimbangan tersebut, oleh karena 85% daya tahan tubuh manusia terletak terutama diusus dan dikendalikan oleh kegiatan mikrobiota dalam usus kita.

Pasien dengan berbagai macam penyakit termasuk penyakit2 komorbid terjadi perubahan keseimbangan mikrobiota (dysbiosis) dalam saluran cerna dengan konsekuensi menurunnya daya tahan tubuh dan fungsi tubuh yang sehingga mudah sekali terjadi infeksi.

Untuk menghadapi situasi apapun kesehatan saluran cerna harus optimal yang harus ditunjang oleh mikroekosistem mikrobiota usus yang sehat untuk menjamin hidup yang sehat. Sangat relevan konsumsi probiotik secara teratur dan berkesinambungan sehingga fungsi organ tubuh dan daya tahan tubuh atau sistem imun berfungsi optimal dalam menghadapi penyakit dan menjalani hidup sehat.

Semoga bermanfaat.

Surabaya, 26 Agustus 2021
Subijanto MS
AMRO Institute.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES