Ekonomi

Wanita di Indramayu Ini Berdayakan Masyarakat Lewat Ecobrick, Untungnya Jutaan Rupiah

Senin, 06 September 2021 - 16:32 | 102.55k
Lastri saat mengajarkan seorang siswa untuk membuat ecobrick. (Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)
Lastri saat mengajarkan seorang siswa untuk membuat ecobrick. (Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, INDRAMAYU – Berawal dari mengumpulkan sampah plastik dari masyarakat, ternyata bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah, setelah dijadikan sebuah kerajinan tangan ecobrick. Seperti yang dilakukan oleh Relawan Inspirasi Rumah Zakat di Kabupaten Indramayu.

Adalah Lastri Mulyani, seorang Relawan Inspirasi Rumah Zakat di Indramayu, membina masyarakat di Desa Tegalurung Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu, membuat ecobrick, untuk kemudian dijadikan sebuah kursi yang mempunyai nilai jual.

Ecobrick sendiri merupakan botol plastik bekas air mineral yang diisi padat dengan limbah non biological, untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali. Dalam hal ini, digunakan untuk membuat sebuah kursi bulat.

Lastri menceritakan, kegiatan ecobrick tersebut sebenarnya sudah berjalan sejak 3 tahun lalu. Sebagai seorang relawan, awalnya dia memberdayakan masyarakat di sekitar dengan sedekah sampah. Setelah dievaluasi, ternyata pemasukannya sedikit.

Akhirnya, tercetuslah ide pembuatan ecobrick, kemudian dijadikan sebuah kerajinan yang mempunyai nilai jual, yakni kursi. Dalam pembuatannya, Lastri mengajak masyarakat sekitar, untuk membuat ecobrick. Kemudian, masyarakat menjual ecobrick tersebut ke Lastri selaku relawan, seharga Rp 3000 per botol ukuran 1,5 liter.

Kemudian, dari hasil ecobrick yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut, dirangkai menjadi kursi bundar yang kecil. Untuk satu kursi, membutuhkan sebanyak 19 botol ecobrick.

"Setelah jadi kursi, pemasukannya luar biasa dibandingkan hanya sedekah sampah biasa," jelasnya kepada TIMES Indonesia, Senin (6/9/2021).

Kursi berbahan ecobrick tersebut, diberi harga bervariasi, tergantung dari ukurannya. Untuk kursi yang terbuat dari botol ecobrick ukuran kecil, adalah Rp 150 ribu. Sementara untuk botol plastik ukuran besar, dijual dengan harga Rp 250 ribu hingga Rp 360 ribu.

Selain itu, lanjutnya, ada juga yang dijual satu set kursi, dengan harga Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. Dari hasil penjualan tersebut, Lastri bisa meraup keuntungan hingga Rp 2 juta lebih.

"Sampai sekarang kita sudah produksi sekitar 100 kursi," ujarnya.

Sebelum Pandemi Covid-19, lanjut Lastri, proses pembuatan ecobrick dilakukan di Rumah Gizi di Desa Tegalurung Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. Namun, saat Pandemi Covid-19 datang, masyarakat yang membuat ecobrick cukup dilakukan di rumah masing-masing. Nantinya ketika sudah jadi, akan disetor ke Lastri untuk diolah lagi menjadi sebuah kursi.

Lastri mengakui, dirinya akan memproduksi kursi apabila ada pesanan saja. Sementara untuk pembuatan ecobrick tetap dilakukan, karena itu dilakukan oleh masyarakat.

"Kalau membuat kursi paling butuh waktu 3 hari saja. Yang lama itu ketika bikin ecobrick-nya, terutama mengumpulkan sampahnya," ujarnya.

Saat ini, lanjutnya, dirinya masih fokus terlebih dahulu untuk membuat kursi bundar kecil berbahan ecobrick. Namun, tidak menutup kemungkinan akan dibuat juga ecobrick untuk benda lain, seperti kursi sofa, dan lain sebagainya. "Kita juga sudah ada yang dijadikan hiasan untuk di taman dan dinding," tuturnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES