Wisata

Uniknya Embung Grigak, Spot Wisata Baru Menghadap Pantai Selatan Gunungkidul

Rabu, 01 September 2021 - 05:27 | 96.76k
Suasana Embung Grigak, spot wisata baru yang menghadap ke Pantai Selatan Gunungkidul. (FOTO: Yayasan Obor Tani for TIMES Indonesia)
Suasana Embung Grigak, spot wisata baru yang menghadap ke Pantai Selatan Gunungkidul. (FOTO: Yayasan Obor Tani for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Warga Dusun Karang Kalurahan Girikarto Kapanewon Panggang Gunungkidul bernafas lega menyusul rampungnya pembangunan Embung Grigak. Waduk mini seluas satu hektar itu bentuknya unik. Mirip mangkok raksasa. Lokasinya di lereng bukit karst tepi Laut Selatan DIY.

Mulai dibangun Maret 2020 kemudian diresmikan Mei 2021, embung tersebut mampu menampung air 10 ribu meter kubik atau 10 juta liter. Air tersebut berguna mengairi lahan pertanian warga setempat seluas puluhan hektar. Karena lokasinya yang indah Embung Grigak menarik untuk destinasi wisata.

Suparwito, petani setempat mengakui selama ini warga mengandalkan air hujan untuk bercocok tanam. Karena faktor ini, anak-anak muda kurang tertarik menjadi petani.

Menyampaikan testimoninya pada acara inagurasi Embung Grigak secara online, Selasa (31/8/2021), dia menyampaikan setelah ada embung dirinya tergerak memotivasi rekan-rekannya menekuni pertanian dengan menanam padi, jagung, ketela, cabai dengan sistem tumpangsari. Ada juga buah-buahan seperti kelengkeng, srikaya, alpukat, kelapa kopyor maupun kelapa Thailand.

“Kehadiran embung sangat diperlukan masyarakat. Setelah ada embung ini kemungkinan menarik minat petani muda, mengikuti jejak kami para petani agar bisa menghidupi keluarga dengan baik,” sambung Suratno selaku Dukuh setempat.

Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani Pratomo menjelaskan, Embung Grigak 80 persen berada di atas karang. Pihaknya sampai mendatangkan dua mesin pemecah batu. Begitu mencapai kedalaman 4,5 meter, permukaan tanah dilapisi geomembran. Bahan tersebut dipilih karena karangnya masih tajam.

Lokasi embung merupakan daerah tandus dengan kondisi tanah berupa perbukitan kapur. Untuk mendapatkan akses air, petani biasanya menunggu musim hujan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk bercocok tanam sepanjang tahun. ”Embung Grigak ini bisa menampung air hujan tanpa meresap ke tanah karena terlapisi,” ungkapnya.

Dia menambahkan, meskipun lapisan tanah bagian atasnya terlihat sangat kering secara geografis Pantai Grigak sebenarnya mempunyai tanah yang subur dan kaya mineral esensial yang diperlukan oleh tanaman. Dengan tanah karst atau tanah kapur yang memiliki tingkat keasaman (pH) di atas 6), lahan di wilayah ini sangat bagus dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

Yang pasti, bagi warga setempat embung tersebut sangat  bermanfaat. Romo Dr Ir Paulus Wiryono Priyotamtama SJ sebagai perwakilan masyarakat dan penggagas berdirinya Eco-Camp Mangun Karsa mengungkapkan, dulu di dekat lokasi embung dibangun fasilitas untuk menaikkan air dari sumber air dekat pantai. Saat gempa besar melanda DIY,  fasilitas yang dibangun Romo Mangun itu, termasuk jembatan, mengalami kerusakan.

Embung-Grigak-2.jpg

Bersamaan dengan dibangunnya embung, Eco-Camp Mangun Karsa kemudian membuka empat hektar lahan untuk kebun buah. “Itulah yang akan kita jadikan lahan yang dikelola Eco-Camp Mangun Karsa. Selain pengairan, embung ini bisa untuk pengembangan perikanan. Karena indah, bisa jadi destinasi wisata,” ucapnya.

Embung Grigak terletak 30-40 meter dari bibir laut dan menghadap arah pantai. Embung yang sangat memukau itu merupakan peluang dan potensi lokasi wisata, serta berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi desa.

Director of Public Affairs, Communications and Sustainability PT Coca-Cola Indonesia, Triyono Prijosoesilo, menjelaskan pembangunan embung tersebut merupakan bagian dari upaya Coca-Cola memuliakan dan melestarikan air. Embung menangkap air hujan, lalu dikembalikan ke alam.

Ini sekaligus bentuk komitmen Coca-Cola melestarikan dan menjaga sumber daya alam sebagai kekuatan Indonesia. “Kami tidak ingin hanya menjadi badan usaha tetapi bagian dari masyarakat, bisa berkontribusi menyediakan lapangan kerja. Pengelolaan air sangat penting karena air materi utama usaha kami,” ujarnya.

Menurut dia, pemberdayaan masyarakat dan alam adalah komitmen Coca-Cola. Selama ini pihaknya sudah mampu mengembalikan air ke alam jumlahnya lebih banyak dari yang terpakai.

Selain itu, Coca-Cola juga membangun sumur resapan pada beberapa titik di Indonesia. Setiap titik ada 800-900 sumur resapan yang mampu menangkap air hujan secara masif agar ketersediaan air tanah terjaga.

“Kami sudah membangun tujuh embung di Jawa dan NTT untuk mengairi 140 hektar lahan pada musim kemarau. Alhamdulillah bisa dimanfaatkan masyarakat,” kata Triyono. Dengan dukungan teknologi, Embung Grigak bisa berfungsi selama 30 tahun. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES