Kopi TIMES

Peluang Berbisnis Melalui Pemasaran Afiliasi di Masa Pandemi

Rabu, 01 September 2021 - 01:32 | 103.74k
Antonius Satria Hadi, S.E., M.Sc, Mahasiswa Ph.D. University of Kuala Lumpur; Dosen Program Studi Kewirausahaan, Universitas Widya Mataram.
Antonius Satria Hadi, S.E., M.Sc, Mahasiswa Ph.D. University of Kuala Lumpur; Dosen Program Studi Kewirausahaan, Universitas Widya Mataram.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Apakah akhir-akhir ini Anda sering mendengar mengenai istilah affiliate marketing?

Ya, affiliate marketing atau dalam terjemahan Bahasa Indonesia disebut pemasaran afiliasi, merupakan salah satu sistem bisnis online yang sistem kerjanya memanfaatkan keahlian seseorang dalam memperkenalkan produk, baik barang maupun jasa milik suatu perusahaan. Cara memperkenalkannnya pun cukup mudah yaitu bisa dengan paid promote (mengunggah di media sosial) ataupun dengan endorsement (membuat konten). 

Affiliate marketing merupakan bagian dari pemasaran kemitraan yang digunakan perusahaan untuk menjangkau calon konsumen. Perusahaan bermitra dengan afiliasi, yang kemudian memasarkan produk perusahaan. Kemudian mereka akan menggunakan alat pemasaran, baik digital maupun konvensional seperti iklan spanduk, buletin, media sosial, website, dan email untuk meyakinkan calon konsumen untuk melakukan pembelian.

Sebetulnya, affiliate marketing adalah salah satu bentuk pemasaran tertua yang menjadi saksi kemunculan internet pada pertengahan 1990-an. Berbeda dengan dropshipper dan reseller yang mencari keuntungan dari selisih harga barang yang dijual, affiliate marketing mendapatkan keuntungan berupa komisi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan komisinya bisa mecapai 75 persen dari harga jual produk. Jenis produk yang dijual pun beragam, di antaranya pakaian, peralatan rumah tangga hingga produk digital seperti produk virtual private network (VPN), hosting hingga e-book.

Konsep bisnis affiliate marketing pertama kali muncul di Amerika Serikat pada tahun 1994 kemudian mulai merambah ke Asia dan kini banyak diminati oleh pelaku usaha dan para penguna media sosial di Indonesia. Sistem bisnis ini dapat dikatakan menguntungkan semua pihak, Perusahaan tentu dapat memasarkan produknya sesuai dengan segmen yang dikehendaki, biaya marketing jauh lebih murah daripada pemasaran secara konvensional serta mengurangi resiko kerugian.

Sedangkan untuk masyarakat, para pelaku affiliate marketing mampu memberikan informasi secara lebih lengkap mengenai produk yang mereka tawarkan. Cara memberikan informasinya pun cukup unik, yaitu mengulas (review) kemasan, cara pengunaan, bahkan keunggulan serta kelemahan produk tersebut. Sedangkan bagi affiliate marketer, dengan hanya bermodalkan akun media sosial seperti Tik Tok, Instagram, Facebook ataupun website maka komisi dapat diterima dengan cara pay per klik atau pay per sold.

Fenomena sistem bisnis digital ini dapat dikatakan tumbuh subur di kalangan milenial. Dilansir dari berbagai sumber, seorang freelancer pun yang hanya mengulas produk rumah tangga di akun media sosial miliknya, dalam satu bulan dapat memperoleh komisi puluhan juta rupiah. Tentu saja dengan catatan bahwa akun media sosial miliknya sudah mempunyai jutaan pengikut (follower)

Salah satu faktor yang membuat sistem bisnis digital ini makin berkembang adalah karena beberapa marketplace besar di Indonesia ikut serta mengubah strategi pemasarannya. Shoppe, Lazada dan Bukalapak kini membuat program affliliate marketing yang ditujukan untuk para pemula. Hanya dengan syarat aktif di media sosial, seseorang dengan latar pendidikan apapun dapat ikut serta memasarkan produk.

Terdapat beberapa alasan mengapa profesi ini dapat dikatakan sebagai profesi yang cukup menjanjikan. Pertama, affliliate marketing dikategorikan sebagai penghasilan pasif yaitu pekerjaan ini tidak banyak menyita waktu karena pendapatan yang diperoleh berdasarkan berapa banyak jumlah pembelian barang yang tertera pada link media sosial. Kedua, affiliate marketer tidak perlu repot memikirkan pengiriman barang, garansi, ataupun komplain konsumen karena hal tersebut merupakan ranah dari penjual. Ketiga, semakin berkembangnya dunia digital semakin besar pula peluang untuk mempromosikan suatu produk.

Di tengah maraknya pemutusan hubungan kerja, lesunya bisnis kuliner, bisnis hiburan dan wisata yang dikarenakan pandemi Covid-19, menjadi affilliate marketer dipandang sebagai cara tepat untuk memperoleh penghasilan dengan cara cepat dan mudah. Bahkan, para pelaku affiliate marketing ini terbukti mampu mempengaruhi masyarakat untuk kembali menggerakkan roda perekonomian dengan cara membeli produk-produk dalam negeri.

***
 
*) Oleh: Antonius Satria Hadi, S.E., M.Sc.; Mahasiswa Ph.D. University of Kuala Lumpur; Dosen Program Studi Kewirausahaan, Universitas Widya Mataram.
 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES