Wisata

PHE WMO Sulap Pesisir Bangkalan Jadi Destinasi Wisata

Sabtu, 28 Agustus 2021 - 16:49 | 62.02k
Wisatawan tengah menyusuri dan menikmati suasana hutan mangrove di Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan. (FOTO: Doni Heriyanto/TIMES Indonesia)
Wisatawan tengah menyusuri dan menikmati suasana hutan mangrove di Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan. (FOTO: Doni Heriyanto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANGKALAN – Kelestarian alam di pesisir Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur disulap Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) menjadi destinasi wisata.

Bersama nelayan setempat, PHE WMO memperbaiki terumbu karang yang sudah rusak bertahun-tahun dan melakukan penghijauan dengan menanam pohon mangrove.

Ketua Pokdarwis Payung Kuning Labuhan Mohammad Sahril mengatakan PHE WMO mulai menggarap daerah pesisir Desa Labuhan pada 2014.

"Semula penghijauan mangrove dan pelatihan, kemudian terbentuk lah Taman Pendidikan Mangrove untuk mengatasi abrasi di lahan mangrove," kata Sahril, Sabtu (28/8/2021).

Sebelum program penghijauan berjalan, lanjut dia, lahan mangrove seluas 17,5 hektar rusak parah, dan hanya 0,6 hektar dalam kondisi baik.

"Saat ini, Taman Pendidikan Mangrove telah menjadi area ekowisata yang dapat mendatangkan pengunjung maupun peneliti lokal hingga internasional," imbuh Sahril.

Sahril mengatakan, Taman Pendidikan Mangrove dikelola kelompok tani Cemara Sejahtera dari Desa Labuhan. Kemudian, dilanjutkan dengan pengembanga program Taman Wisata Laut Labuhan.

"Taman Wisata Laut Labuhan fokus terhadap konservasi dan transplantasi terumbu karang pada 2017. Dulu terumbu karang rusak karena alat tangkap ikan tidak ramah lingkungan," jelasnya.

Sejak awal pengembangan Wisata Laut Labuhan hingga sekarang, sambung Sahril, telah ditanam 877 fragmen karang yang dikelola Kelompok Sadar Wisata Payung Kuning.

"Ada dua titik transplantasi terumbu karang, yakni di Pulau Ajaib dengan kedalaman lima meter dan Taman Wisata Laut Terumbu Karang," terangnya.

Sahril menjelaskan, terumbu karang berfungsi sebagai rumah ikan dan  dimanfaatkan nelayan untuk mencari cumi-cumi.

"Dengan kembalinya terumbu karang, Desa Labuhan menjadi desa wisata edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat sekitar pun bekerja di sana dan ikut mengawasi keamanan terumbu karang," paparnya.

Sementara itu, Manager Relations Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina Iwan Ridwan Faizal berharap, pengembangan yang dilakukan dapat memicu tumbuhnya wisata-wisata baru maupun jasa pendukung lainnya.

hutan-mangrove-2.jpg

"Pengembangan itu yang berangkat dari ide, keresahan, masalah maupun potensi kelompok masyarakat sesuai kebutuhan, dan bukan keinginan semata," ucapnya.

Menurut Iwan, PHE WMO akan memetakan secara matang. Titik fokusnya adalah masalah dan potensi desa. Termasuk menganalisa kebutuhan masyarakat.

"Kami harus berkoordinasi dengan pemerintah desa maupun masyarakat setempat. Mereka akan disiapkan pelatihan untuk dapat melaksanakan program," tuturnya.

Sebagai informasi program pelestarian terumbu karang adalah bagian dari konsep One Belt One Road (OBOR) Pariwisata di Kabupaten Bangkalan yang disodorkan PHE WMO sebagai peta menuju kesejahteraan masyarakat.

OBOR Pariwisata adalah bagian dari pelaksanaan tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya mengembangkan jalur pesisir pantai utara Bangkalan dengan memaksimalkan berbagai potensi desa.

Ada empat dimensi utama yang ditekankan dalam OBOR Eco Edu Tourism Bangkalan, yakni lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan sosial. Dengan adanya program di Labuhan, muncul beberapa wisata baru sebagai sarana rekreasi.

Tahun 2019, PHE WMO melakukan pemetaan di Desa Tlangoh, Kecamatan Tanjung Bumi yang saat itu menjadi area pantai dengan tumpukan sampah yang begitu banyak. Kerja sama dilakukan dengan kelompok masyarakat sadar wisata sekitar dan digelar pelatihan untuk penanaman cemara laut. Pemerintah Kabupaten Bangkalan bersama Forum komunikasi CSR juga dilibatkan.

Selain di Desa Tlangoh, program wisata Sungai Bancaran berhasil dikembangkan pada akhir 2019. Program ini adalah salah satu replikasi program Taman Pendidikan Mangrove yang berhasil merevitalisasi lokasi yang sebelumnya menjadi tempat pembuangan sampah.

Pengembangan eco edufarming juga dilakukan Desa Bandangdaja, Kecamatan Tanjung Bumi yang dikelola kelompok tani Sangga Buana.

Rencana PHE WMO ke depan akan mengembangkan eco eduwisata di pesisir utara Kabupaten Bangkalan dengan menonjolkan masing-masing potensi desa. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES