Wisata

Menparekraf RI Optimistis Desa Wisata Sungai Batang Bangkitkan Parekraf di Agam

Sabtu, 28 Agustus 2021 - 12:00 | 52.96k
Desa Wisata Sungai Batang di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, masuk dalam 50 besar desa wisata Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.  (foto: Kemenparekraf RI)
Desa Wisata Sungai Batang di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, masuk dalam 50 besar desa wisata Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. (foto: Kemenparekraf RI)

TIMESINDONESIA, AGAM – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf RI) Sandiaga Uno optimistis Desa Wisata Sungai Batang di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, bisa meningkatkan ekonomi pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayah itu. Ini seiring dengan ditetapkannya desa wisata tersebut masuk dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. 

Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 merupakan ajang pemberian penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan kriteria-kriteria penilaian dari Kemenparekraf/Baparekraf. Event ini bertujuan menjadikan desa wisata Indonesia sebagai destinasi pariwisata berkelas dunia dan berdaya saing tinggi. Dengan masuknya Wisata Sungai Batang di Kabupaten Agam ke dalam daftar 50 besar ADWI 2021 diharapkan akan memberikan dampak pada pengembangan ekonomi masyarakat yang berkeadilan. 

"Ini adalah penghargaan bagi Kabupaten Agam dan juga Desa Wisata Sungai Batang karena tembus dari total 75.000 desa lebih desa di Indonesia, menjadi 50 desa wisata terbaik. Sungai Batang menjadi bagian dari desa wisata Indonesia Bangkit," kata Sandiaga, saat melakukan visitasi Desa Wisata Sungai Tanjung, Jumat (27/8/2021). 

Desa wisata Sungai Batang adalah desa wisata yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Terletak di sekitar Danau Maninjau, desa ini memiliki konsep wisata alam dan budaya. Sebagai tempat kelahiran dari tokoh agama, Buya Hamka, Desa Wisata Sungai Batang terasa kental dengan wisata sejarah dan religi. 

Desa-Wisata-Sungai-Batang-2.jpgDesa Wisata Sungai Batang di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, masuk dalam 50 besar desa wisata Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.  (foto: Kemenparekraf RI)

Situs makam Syekh Muhammad Amrullah, ulama besar sekaligus kakek dari Buya Hamka, menjadi tempat wisata religi yang ditawarkan. Selain itu museum Buya Hamka juga menjadi daya tarik wisata yang sering dikunjungi oleh turis asing. 

Desa Sungai Batang juga memiliki potensi alam dengan panorama Danau Maninjau yang begitu memanjakan mata. Berada di dekat persawahan, dengan air yang tenang dan di sana wisatawan juga dapat melihat burung bangau beterbangan. Selain tempat wisata, terdapat homestay dengan desain bangunan khas Minang. 

Tidak ketinggalan dari segi kuliner, Desa Sungai Batang berlimpah dengan hasil komoditas ikan kecil berwarna putih kekuningan, yang biasa disebut Rinuak. Ikan ini merupakan hewan endemik Danau Maninjau, ikan ini bisa diolah menjadi berbagai macam makanan dan menjadi salah satu suvenir kuliner khas dari desa Sungai Batang.

"Kami ingin memberikan apresiasi kepada semua yang ada di sini yang sudah menjadikan tempat ini tempat yang berkah dan mudah-mudahan pascapandemi menjadi tujuan wisata tujuan nusantara maupun mancanegara," kata Sandiaga yang menyempatkan diri singgah di Museum Buya Hamka. 

"Saya titip pesan agar protokol kesehatan yang ketat dan disiplin benar-benar diterapkan sehingga kita bisa berharap pada pariwisata dan ekonomi kreatif, juga UMKM di sini segera bangkit," kata Sandiaga. 

Revitalisasi Danau Maninjau

Desa-Wisata-Sungai-Batang-3.jpgMenparekraf RI Sandiaga Uno memasak dendeng khas Desa Wisata Sungai Batang. (foto: Kemenparekraf RI)

Dalam kesempatan itu, Sandiaga mengatakan Kemenparekraf RI bersama pihak terkait juga akan melakukan revitalisasi Danau Maninjau agar bisa menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan dan berkualitas. Kawasan Danau Maninjau dinilai sangat penting karena sudah masuk dalam kawasan strategis pariwisata nasional sehingga dapat menunjang potensi pariwisata wilayah sekitar. 

Salah satu persoalan yang sedang dihadapi Danau Maninjau adalah sedimentasi yang tinggi akibat banyaknya Keramba Jaring Apung (KJA) yang belum tertata sesuai dengan daya dukung dan daya tampung danau. 

"Kami dapat tugas dari Kemenkomarves untuk menata Danau Maninjau seperti kita menata Danau Toba. Berangkat dari pengalaman itu, kita tentunya harus mengutamakan kearifan lokal, kita ajak tokoh-tokoh daerah, tokoh agama, Ketua DPRD, bupati dan wakil bupati, tokoh ulama besar, juga UMKM," kata Sandiaga. 

Ia mengatakan pihaknya akan melakukan pendekatan yang sesuai dengan kearifan lokal, dengan menghadirkan program yang berpihak berkeadilan kepada masyarakat. 

"Ini yang akan kami lakukan dengan melakukan diskusi dan melibatkan masyarakat dengan memperhatikan kearifan lokal. Mudah-mudahan bisa segera menemukan solusi," kata Sandiaga. 

Wakil Bupati Agam, Irwan Fikri, menyambut baik kehadiran Menparekraf dan rencana yang akan dilakukan ke depan dalam upaya pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Sumatra Barat, dan Kabupaten Agam pada khususnya. 

"Kami berbahagia dengan kunjungan menteri bersama seluruh rombongan, ini jadi penyemangat bagi kami dan mudah-mudahan pariwisata kita akan bangkit ke depan," kata Irwan Fikri. 

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Kadispar Sumatra Barat, Novrial; Kadisparpora Agam, Syatria; serta Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf RI, Indra Ni Tua. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES