Gaya Hidup

Yayasan Care Peduli: Perempuan Paling Terdampak Akibat Pandemi 

Jumat, 27 Agustus 2021 - 15:25 | 75.78k
Ilustrasi sekarang perempuan yang mengajak untuk menghentikan kekerasan terhadap kaum hawa (foto: Dokumen/Shuuterstok)
Ilustrasi sekarang perempuan yang mengajak untuk menghentikan kekerasan terhadap kaum hawa (foto: Dokumen/Shuuterstok)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – CEO Yayasan Care Peduli, Bonaria Siahaan mengumumkan hasil survei lembaganya. Dia mengatakan pandemi berdampak terhadap penurunan kualitas hidup, khususnya kaum perempuan. Mereka harus berani bertahan di tengah tugas menumpuk.

Menurut Bonaria, para kaum perempuan dibikin stress hingga kewalahan mengelola mental saat berada di rumah. Mereka harus mengemban beban keluarga lebih besar ketika suaminya bekerja dari rumah. Waktu istirahat mereka juga banyak tersita untuk melayani anak-anak hingga suami.

Oleh karena itu, dia menyarankan kepada para suami agar memahami posisi istri dalam keluarga saat pandemi. Para lelaki diingatkan agar tidak bertindak semaunya sendiri merepotkan para kaum perempuan. Mereka harus mengelola emosi untuk melayani anak-anak dan suaminya.

"Gelombang demi gelombang Covid-19 menghadang, sementara bencana alam dan risiko perubahan iklim terhadap kemiskinan dan ketahanan hidup tetap berdatangan. Secara umum, perempuan bernasib lebih buruk daripada laki-laki karena beban tanggung jawab yang meningkat dan berlipat ketika ada pembatasan mobilitas dan kebijakan tinggal di rumah (stay at home) diberlakukan," kata Bonaria di Jakarta, Jumat (27/8/2021).

Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas beban school from home atau sekolah daring jatuh pada perempuan. Temuan Yayasan Care Peduli, tanggung jawab tambahan dalam mengawasi studi anak-anak di rumah sangat berat bagi perempuan pedesaan atau daerah perkotaan yang miskin, dikarenakan tingkat pendidikan rendah. 

Kondisi ini pun menimbulkan berbagai masalah baru di dalam keluarga, termasuk tindak kekerasan pada perempuan. Dia meminta kepada aparat kepolisian agar tidak ragu menerima keluhan seorang perempuan, mereka dikhawatirkan menerima KDRT namun tidak berani melaporkan kepada siapapun.

"Beban berlipat juga dialami perempuan hamil karena keterbatasan akses pada layanan kesehatan serta berkurangnya kapasitas rawat inap rumah sakit. Secara mental dan emosional, perempuan hamil dari kelompok rentan dan marjinal seringkali dipenuhi kekhawatiran akan keselamatan janin dan dirinya," imbuhnya.

Dia menegaskan, akan memperhatikan secara khusus kondisi kaum perempuan selama pandemi. Kepada awak media dia menjelaskan, lembaganya sudah membantu ratusan perempuan di berbagai wilayah. Sedangkan timnya, tersebar di berbagai cabang sesuai kebutuhan perlindungan yang mereka butuhkan." Apalagi dengan keterbatasan akses informasi yang benar tentang Covid-19 dan keuangan yang semakin menipis. Untuk itulah, setiap program kemanusiaan yang kami jalankan, kami memulainya dengan Rapid Gender Assessment (RGA), " kata Bonaria.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES