Kopi TIMES

Merdeka, Apakah Dibulan Agustus Saja?

Jumat, 27 Agustus 2021 - 15:04 | 40.93k
Darnela Putri, Alumni Magister Ekonomi Islam UII Yogyakarta.
Darnela Putri, Alumni Magister Ekonomi Islam UII Yogyakarta.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Setelah dilanda COVID-19, peringatan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2021 adalah tahun ke-dua yang mengharuskan upacara peringatan dilakukan penuh keterbatasan.  Menjadikan perjumpaan tetap terlaksana walau hanya lewat tatapan dari kamera saja. 

Tujuh belas agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita Hari merdeka Nusa dan Bangsa, Hari lahirnya Bangsa Indonesia, Merdeka... Sekali merdeka tetap MERDEKA...,

Hayooo, siapa yang membaca kalimat di atas sambil bernyayi. Hmm spontan saja ingatan kita melayang pada semangat yang disuguhkan oleh bait-bait lagu kemerdekaan tersebut bukan? Tentunya tidak lupa, gerakan fisik juga turut berpadu mengiramakan eufourianya.

Bicara Agustus memang momentnya  untuk napak tilas  manis pahitnya perjuangan  kemerdekaan Indonesia. Sejak diproklamirkan oleh para founder father bangsa ini untuk merdeka tahun 1945 sampai kini tahun 2021 menandakan sudah 76 tahun kemerdekaan bangsa kita ini.  Undang-undang Dasar 1945 dan teks proklamasi wajib dibacakan, begitu ritual upacaranya sejak awal. Bendera merah putih dikibarkan oleh segala lapisan masyarakat, baik di darat, laut,gunung bahkan udarapun dengan tidak membedakan kaya dan miskin, bahagia dan menderita, rakyat sejahtera dan rakyat yang tidak tau besok harus makan apa. Iaaa, mereka semua dilibatkan untuk mengibarkan bendera merah putih. Kita ini sudah merdekaaaa, merdekaaaaaaa.

Di balik kemerdekaan yang sering kita  gaungkan disetiap Agustus ini apakah ia berlaku untuk bulan agustus saja? Lalu pada sebelas bulan lainnya dalam setahun melarat alias hilang merdeka? Yaa, Agustus memang identik dengan perayaan kemerdekaan Bangsa Indonesia, namun hakikatnya kita haruslah merdeka sepanjang masa. Bukan pada perayaan saja, lagi dan lagi hakikatnya mustilah sampai pada realita sebenarnya.

Agustus, membawa kita pada sejarah awal bangsa ini untuk tercipta. Indonesia yang terbebas dari segala bentuk penjajahan di atas dunia, Indonesia yang adil dan  makmur, Indonesia yang berdaulat penuh untuk seluruh rakyatnya itulah tujuan mulia para pejuang dulunya. Kini, setelah 76 tahun usia kemerdekaannya, tercapai atau tidaknya hal ini kita punya versi sisi pikir masing-masing dan dapat melihat keadaan diri sendiri.

Mari kita resapi lebih dalam hakikat merdeka yang sebenar-benarnya itu apa? Merdeka tidak cukup ditandai dengan pengibaran bendera merah putih saja, meriahnya acara pertandingan ini dan itu oleh panitia lomba. Merdeka yang sejatinya adalah terbebas dari segala bentuk kekangan yang tidak berperi kemanusiaan dan keadilan. Merdeka dalam memutuskan pilihan hidup bangsa Indonesia tanpa intimidasi dari pihak asing. 

Menelisik realita demi realita selama 76 tahun ini, tidak dipungkiri masih banyak belenggu- belenggu untuk mencapai hakikat merdeka tersebut. Data demi data miris disuguhkan. Namun itu faktanya. Kejahilan untuk mengkorup hak-hak rakyat masih bersileweran, malah semakin menjadi tanpa pernah tau sekarang ini lagi masanya dilanda pandemi. Di balik itu kita optimis, hakikat merdeka di Agustus melestarilah disepanjang masa seluruh lapisan bangsa Indonesia.

Yaaa, kita masih punya banyak PR untuk mewujudkan hakikat merdeka ini. Berjuanglah untuk kemerdekaanmu, lalu wujudkan juga untuk menjadikan sama orang lain terbebas dari belenggu ketidakmerdakaannya. Kini, Agustus 2021 tinggal hitungan hari untuk dapat membersamai kita sebelum disambut oleh September yang semoga tetap merdeka, tetap penuh ceria diwajah-wajah anak bangsa Indonesia. Salam Indonesia maju, Indonesia yang lebih bermartabat untuk lebih berpihak pada kemerdekaan rakyat.

***

*) Oleh: Darnela Putri, Alumni Magister Ekonomi Islam UII Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES