Peristiwa Internasional

Kemenangan Taliban Berdampak Pada Gerakan Radikal, Ini Pandangan MUI

Jumat, 27 Agustus 2021 - 13:03 | 71.33k
Taliban yang kini menguasai Afganistan. (FOTO: AP)
Taliban yang kini menguasai Afganistan. (FOTO: AP)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kemenangan Taliban menguasai Afganistan berdampak pada geopolitik internasional. Termasuk pada Indonesia. Benarkah keberhasilan Taliban itu juga akan memberikan efek terhadap pergerakan gerakan radikal atau jihadis di Indonesia?

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, kemenangan Taliban atas rezim Afganistan di tangan Amerika Serikat (AS) memang cukup mencengangkan. Banyak yang khawatir ini akan membuka pintu lebar radikalisme atau ekstrimisme Islam.

Namun begitu, tidak sedikit juga yang berharap peristiwa penaklukan tanpa perlawanan dan pertumpahan darah ini menjadi awal masuknya era baru Afganistan. Khususnya sebagai negara dan bangsa yang berdaulat tidak di bawah kendali kekuasaan asing.

Menurut Sudarmoto dalam pernyataan tertulisnya, Afghanistan, dalam sejarahnya yang panjang memang antara lain diwarnai oleh invasi dan penaklukan Inggris, Uni Soviet, dan terakhir AS. Tentu banyak alasan mengapa tiga negara itu menginvasi Afghanistan. Alasan utamanya ialah politik dan ekonomi.

"Sepanjang itu juga rakyat dan bangsa Afghanistan melakukan perlawanan untuk membebaskan diri agar menjadi negara dan bangsa yang berdaulat mengatur dirinya," katanya, Jumat (27/8/2021).

Menurutnya, perlawanan-perlawanan itu, seperti yang terjadi di Indonesia misalnya. Digencarkan oleh kekuatan-kekuatan rakyat antara lain ialah Taliban yang berjuang selama 20 tahun terakhir untuk mengakhiri dominasi Amerika dan NATO.

Perjuangan Taliban ini berhasil yang ditandai dengan penarikan pasukan AS dan NATO dari Afganistan, meskipun belum semua, dan pendudukan kota-kota termasuk terakhir Kabul.

Jadi, fenomena Taliban kali ini adalah adalah fenomena nasionalisme Afganistan yang paling utama diarahkan untuk membebaskan diri dari kekuasaan asing menjadi negara dan bangsa yang berdaulat. Meskipun patut diwaspadai boncengan gerakan terorisme dan radikalisme atas nama agama.

Menurutnya, Taliban saat ini telah menunjukkan gesture politik yang sangat positif. Ini terlihat dengan nyata antara lain dari pemberian amnesti secara umum, pernyataan tidak akan ada lagi peperangan karena AS dan sekutunya sebagai musuh utama telah keluar dari Afghanistan.

Beberapa janji lain misalnya menegakkan HAM dan memberikan ruang lebar bagi peran publik perempuan juga merupakan gestur politik positif yang penting dari Taliban.

"Gesture dan janji politik Taliban yang dinyatakan secara terbuka segera setelah penaklukan ini, memberikan gambaran terang kecenderungan sikap “moderat” dan “terbuka” dalam kepemimpinan Taliban saat ini," jelasnya.

Ia menyampaikan, transformasi penting telah terjadi dalam kepemimpinan Taliban yang sudah barang tentu harus tetap dibuktikan secara nyata. Agenda terdekat Taliban saat ini ialah rekonsiliasi nasional untuk membentuk sebuah pemerintahan bersama yang terbuka atau tidak didominasi oleh Taliban.

"Negosiasi dengan berbagai pihak sudah dilakukan meskipun tidak terlalu mudah, dan bahkan dengan pihak CIA meskipun untuk agenda lain," katanya.

Bertentangan dengan ISIS

"Sudah barang tentu pandangan dan sikap moderat Taliban ini akan bertentangan dengan kelompok-kelompok radikal atau ekstrim seperti kelompok ISIS misalnya yang ternyata memang sudah melakukan aksi bom bunuh diri di airport yang menelan korban warga sipil yang akan melakukan evakuasi dan tentara Amerika," jelasnya.

Sudarnoto mengungkapkan, Taliban memang sudah lama tidak sejalan dengan ISIS dan tak akan pernah berkompromi dengan ISIS. Ini memang harus diwaspadai oleh Taliban di tengah Taliban sedang sibuk melakukan konsolidasi dan rekonsiliasi secara inklusif.

Di Indonesia, menurutnya, kelompok-kelompok ekstrim manapun dan dari manapun, tak akan pernah mendapatkan tempat. Ada percaturan dan kemenangan Taliban di Afghanistan maupun tidak ada, bangsa Indonesia tegas menolak kelompok ekstrim. Apalagi mengatasnamakan agama.

Ekstrimisme agama dan juga ekstrimisme ekonomi, politik, dan ideologi tidak sejalan dengan Pancasila dan karena itu harus dilawan siapapun pelakunya dan dari manapun asalnya.

"Sesuai juga dengan Amanah Pembukaan UUD 1945, MUI menegaskan pembelaan terhadap cita-cita kemerdekaan dan penghapusan segala bentuk penjajahan di manapun juga," katanya.

Terkakit dengan konstelasi di Afganistan, Sudarnoto pribadi berharap agar konsolidasi dan rekonsiliasi nasional yang diinisasi oleh Taliban berjalan lancar. Sehingga bisa membangun sebuah pemerintahan yang berdaulat, clean dan mewujudkan kedamaian tidak ada konflik-konflik lagi dan menciptakan keadilan di Afganistan.

Karena itu, kata Sudarnoto Abdul Hakim, proses-proses politik yang saat ini dijalankan di Afganistan harus dihormati oleh semua pihak. Baik di dalam maupun luar Afghanistan. Meskipun juga harus sangat diwaspadai bersama-sama munculnya gerakan radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama dengan ghirah kemenangan Taliban di Afganistan.

"Di Indonesia sendiri, MUI dan tentu bersama-sama dengan pemerintah dan semua elemen masyarakat muslim khususnya, haruslah secara sungguh-sungguh dan terus menerus memperkuat pandangan Washatiyatul Islam. Kita berharap itu juga terjadi di Afganistan ke depan," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES