Kopi TIMES

Menjaga Hutan, Menyelamatkan Kehidupan

Jumat, 27 Agustus 2021 - 00:11 | 56.52k
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Pandemi Covid-19 yang telah terjadi di Indonesia sejak kurang lebih 1,5 tahun lalu telah berefek pada semua sektor. Masyarakat mau tidak mau harus menyesuaikan dengan kondisi pandemi. Di tengah situasi pandemi seperti saat ini, yang tidak boleh dilupakan ialah bencana kebakaran hutan yang setiap tahunnya selalu terjadi di Indonesia. Indonesia memang dikenal sebagai negara yang memiliki kawasan hutan tropis terbesar di dunia. Keberadaan hutan Indonesia turut menopang paru-paru dunia. 

Dalam kurun lima tahun terakhir selama rentang 2016-2020 bencana kebakaran hutan selalu terjadi di negeri ini. Berdasarkan data dari sipongi.menlhk.go.id yang dikelola oleh Direktorat Pengendalian Hutan dan Lahan pada 2016 terdapat 438.363,19 ha hutan yang terbakar, 2017 sebanyak 165.483,92 ha, 2018 sebanyak 529.266,64 ha, 2019 sebanyak 1.649.258 ha, dan 2020 sebanyak 296.942 ha. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tahun 2019 menjadi bencana kebakaran hutan terparah dalam 5 tahun terakhir. Bahkan, pada tahun 2019 Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 336.798 ha hutan yang terbakar. Sebagai perbandingan, jika Provinsi DKI Jakarta memiliki luas 66.150 ha, maka pada 2019 luas hutan yang terbakar sebanyak kurang lebih 29 kali luas Ibu Kota Indonesia itu.

Kebakaran hutan dapat memicu bencana alam lainnya, seperti tanah longsor dan banjir. Namun, ada akibat lain dari kebakaran hutan, salah satunya, yaitu kerugian ekologi. Dengan adanya kebakaran hutan, habitat flora dan fauna pun terancam. Bahkan, ada banyak hewan yang ikut hangus terbakar karena tidak sempat menyelamatkan diri saat terjadi kebakaran. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan akan flora dan fauna. Kehilangan flora dan fauna merupakan kerugian besar tidak hanya bagi Indonesia juga bagi dunia.

Selain itu, kebakaran hutan juga menimbulkan dampak bagi kesehatan. Dampak kesehatan menjadi masalah serius dari kebakaran hutan ini. Asap dari kebakaran hutan dapat menyebabkan berbagai penyakit, terutama Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Bahkan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WAHLI) mencatat sampai September 2019, ada 149.433 jiwa yang terjangkit ISPA. 

Melihat dampaknya yang luar biasa, penanganan kebakaran hutan yang berkelanjutan perlu dilakukan secara konsisten sehingga tidak terulangi lagi setiap tahunnya. Penanganan kebakaran hutan seharusnya tidak hanya dilakukan ketika terjadi kebakaran hutan saja, tapi pencegahan kebakaran hutan juga harus mendapat perhatian yang sama. Menyikapi hal ini, pemerintah pusat dan daerah perlu mencanangkan mitigasi bencana kebakaran hutan yang terstruktur. Perlu adanya pemetaraan wilayah rawan bencana kebakaran hutan. Selain itu, perlu pula mengidentifikasi penyebab kebakaran hutan setiap tahunnya. 

Mitigasi kebakaran hutan dapat dilakukan dengan menggandeng masyarakat sekitar. Karena tidak dapat dipungkiri, masyarakat sekitarlah yang mengetahui seluk beluk daerahnya. Pemerintah terkait perlu melakukan sosialisasi secara rutin kepada masyarakat sekitar kawasan hutan tentang mitigasi kebakaran hutan. Hal lain yang perlu dicanangkan ialah memperbanyak peralatan dan alat atau kendaraan pemadam kebakaran khusus hutan dilokasi-lokasi strategis. Harapannya, jika terjadi kebakaran hutan dapat ditangani secara cepat dan terukur.

Dalam rencana jangka panjang, perlu penanaman mindset pada generasi muda terkait pentingnya menjaga hutan. Penanaman mindset ini dapat dilakukan melalui program sekolah. Pemerintah terkait perlu mewajibkan minimal setahun dua kali seminar tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan Indonesia. Dengan penanaman mindset sejak dini, pemahaman generasi tentang pentingnya menjaga lingkungan akan tertanam dalam-dalam.  

Menjaga hutan berarti juga menjaga keberlangsungan kehidupan. Ada berapa banyak flora dan fauna yang menggantungkan hutan sebagai habitatnya. Ada berapa banyak orang yang menggantungkan hutan sebagai tempat untuk menyabung roda perekonomian. Kewajiban menjaga hutan seharusnya tidak hanya milik pemerintah atau kelompok tertentu saja tapi juga merupakan kewajiban kita bersama. Karena hutan tidak hanya dimanfaatkan untuk generasi sekarang saja. Namun, anak cucu kita kelak juga layak menfaatkan hutan Indonesia. Jika hutan terjaga dengan baik, maka kita telah menyelamatkan jutaan kehidupan di luar sana.

***

*) Oleh: Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES