Kopi TIMES

Menggapai Merdeka dalam Masa Covid-19

Sabtu, 21 Agustus 2021 - 15:24 | 43.47k
Nadhiroh,S.Sos.I, M.I.Kom, Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam [KPI] Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti [STAIMAS] Wonogiri.
Nadhiroh,S.Sos.I, M.I.Kom, Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam [KPI] Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti [STAIMAS] Wonogiri.

TIMESINDONESIA, WONOGIRI – Covid-19 belum berakhir. Masa pandemi masih terjadi sampai sekarang. Kebijakan pemerintah tentang pembatasan pada kegiatan masyarakat (PPKM) terus berlangsung. Perpanjangan PPKM kembali bersambung hingga saat ini. 

Sebagian masyarakat semakin resah. Mereka gelisah menghadapi situasi yang tidak menentu. Putus hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana. Banyak orang di rumahkan. Omset sebagian pelaku usaha menurun drastis.

Sebaliknya, ada pula orang-orang yang tetap optimis. Mereka mencoba mengambil hikmah dari musibah ini. Para pelaku usaha berupaya mengambil berkah dibalik musibah. Omset pengusaha dan pedagang masker, handsinitizer, obat dan suplemen naik signifikan.

Kehadiran Covid-19 tentu tidak terlepas dari takdir Yang Maha Kuasa. Tidak pantas dan tidak baik jika kita terus menerus mengkambinghitamkan Covid-19. Secara tidak langsung jika kita menyalahkan Covid-19 berarti kita telah menyalahkan Sang Maha Pencipta. Idealnya memang kita berbaik sangka atas ketetapan Sang Maha Pengatur.

Mau tak mau, suka atau tidak suka kita harus tetap menerima keadaan ini. Menghadapi masa pandemi siapapun tak bisa memandang sebelah mata. Jika tidak sakit dan masih diberi sehat, tak perlu jumawa atau sombong. Kita harus tetap mengikuti protokoler kesehatan. 

Pertimbangkan baik-baik jika akan berkata-kata. Ada sekelompok masyarakat yang menyebut Covid-19 tidak ada, Covid-19 buatan manusia dan pernyataan-pernyataan lain yang bernada sumbir atau nyinyir. Berempatilah kepada orang lain yang anggota keluarganya terkena Covid. Ada yang sakit dan harus isolasi mandiri lama. Bahkan ada yang sampai terenggut nyawanya. Berupayalah menghargai tenaga kesehatan dan seluruh pihak yang peduli untuk menangani Covid.

Menghadapi keadaan ini, akhirnya kita mencoba berdampingan dengan Covid. Siapapun, berusahalah tidak menyerah dan pasrah begitu saja. Tetap patuhi prokes 5 M (memakai masker,  menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas) plus 1 D (doa).

Kekuatan doa mampu menjadi imun kuat bagi siapapun. Kedekatan dengan Sang Khalik dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat untuk berbuat lebih baik. Berupayalah tetap bersyukur dengan segala yang ada saat ini. 

Merdeka 

Masyarakat Indonesia dan penduduk di berbagai belahan bumi ini masih berada dalam kungkungan Covid-19. Pada Selasa (17/8/2021), warga negara Indonesia memeringati kemerdekaan RI-76 dalam kondisi pandemi. Lantas bagaimana kita bisa merdeka dalam penjara Covid-19?

\Merdeka dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berarti bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya); berdiri sendiri: tidak terkena lepas dari tuntutan, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa.

Seperti disebutkan dalam situs  indonesabaik.id, tema utama untuk Kemerdekaan ke-76 tahun RI sesuai yang sudah ditetapkan yaitu Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh yang mendeskripsikan nilai-nilai ketangguhan, semangat pantang menyerah untuk terus maju bersama dalam menempuh jalan penuh tantangan, agar dapat mencapai masa depan yang lebih baik.

Tak dipungkiri Covid membawa dampak sebagian masyarakat menjadi pailit. Tapi tentu jangan sampai membuat orang pelit. Harapannya, kita tetap mau berbagi baik tenaga, waktu, pikiran bahkan jika punya harta, berkorban dengan harta yang dimiliki. Apalagi memberi bagi orang-orang yang benar-benar membutuhkan.

Mari bergandengan tangan, saling membantu, saling mendukung untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang semakin sejahtera. Kehadiran Covid-19 juga telah menumbuhkan rasa peduli pada orang-orang yang memiliki hati mulia. 

Mereka mengorbankan apa yang dimiliki untuk kepentingan orang lain. Ada yang membantu dalam bentuk harta, tenaga, waktu, pikiran dan sebagainya. Para dermawan dan relawan menunjukkan kepedulian mereka terhadap sesama.

Munculnya pandemi diakui atau tidak membuat sebagian masyarakat merasa salah, pasrah dan kalah. Namun, akhirnya mereka instropeksi diri dan bangkit serta menata pola kehidupan mereka menjadi lebih baik dan lebih sehat.

Menengok sejarah, para pejuang di negeri ini hidup dalam keterbatasan pola hidup seperti makan seadanya. Namun, mereka justru memiliki spirit yang luar biasa untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Saat ini, kita sudah mendapat banyak kemudahan, akses untuk hidup lebih baik dan lebih sehat.  Idealnya, kita harus mempunyai spirit juang yang lebih tinggi untuk menghadapi masa pandemi.

Tetap semangat untuk sehat, kuat menghadapi masa-masa pandemi. Berharap bisa menggapai merdeka dalam penjara Covid. Semoga Covid-19 segera sirna.

Wallahu'alam bish showwab.

***

*) Oleh: Nadhiroh,S.Sos.I, M.I.Kom, Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam [KPI] Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti [STAIMAS] Wonogiri.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES