Wisata

Kebangkitan Pariwisata Butuh Kerja Sama Pentahelix, Ini Penjelasan Pakar

Sabtu, 21 Agustus 2021 - 12:06 | 41.73k
Ilustrasi Pariwisata. (foto: Dok.TIMES Indonesia)
Ilustrasi Pariwisata. (foto: Dok.TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Membangkitkan kembali dunia pariwisata di masa pandemi Covid-19 membutuhkan kerja sama berbagai pemangku kepentingan (stakeholder). Mereka adalah, Academician (Akademisi), Business (Bisnis), Community (Komunitas), Government (Pemerintah), dan Media (Publikasi Media).

Kelima pemangku kepentingan yang disebut pentahelix pariwisata tersebut harus menemukan solusi bersama untuk memecahkan persoalan yang dihadapi pelaku pariwisata agar dapat kembali bangkit.

Hal tersebut menjadi salah satu poin yang disampaikan Pakar Pariwisata yang juga Koordinator Tenaga Ahli Pusat Kajian dan Pengembangan Pariwisata Universitas Pancasila Riza Firmansyah  dalam webinar Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional di Masa Pandemi  oleh GenBI Jember, Sabtu (21/8/2021).

Riza menyatakan bahwa hal tersebut tidak mudah.

"Karena sampai dengan saat ini diskusi tentang hal tersebut di kalangan akademisi masih belum selesai," kata Riza.

Dia membenarkan bahwa persoalan yang dihadapi pelaku pariwisata cukup rumit.

Pelaku pariwisata, lanjutnya, tidak hanya dihadapkan pada ancaman pandemi Covid-19 namun juga dihadapkan dengan regulasi pemerintah yang dinilai ikut mengancam keberlangsungan hidup bisnis pariwisata. Bahkan di antaranya menyatakan tidak mampu lagi untuk melanjutkan roda bisnisnya.

Sebagaimana diketahui, sejumlah pelaku pariwisata di Indonesia menyatakan menyerah atau tidak sanggup menanggung beban operasionalnya setelah pemerintah memberlakukan PPKM dengan mengibarkan bendera putih.

"Saat ini adalah zaman dengan penuh ketidakpastian. Dan semua harus siap dengan ketidakpastian tersebut," tuturnya.

Kendati demikian, Riza mengatakan bahwa selalu ada harapan di balik kesulitan.

Dia menerangkan bahwa pelaku pariwisata mulai harus kreatif untuk mempromosikan objek wisatanya kepada masyarakat.

Menurutnya, yang diinginkan masyarakat atau wisatawan adalah rasa aman.

"Misal dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) di lokasi wisata dan wisatawan juga harus disiplin prokes. Di sejumlah objek wisata, prokes ini justru dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan," tuturnya.

Selain itu, pengelola juga harus dapat memberikan pengalaman berkunjung yang berkualitas kepada wisatawan.

Di antaranya dengan manajemen pengunjung dan interpretasi.

"Saat ini wisatawan nggak mau kalau cuma datang lalu pulang tanpa membawa kesan apa-apa. Wisatawan ingin datang, menikmati dan pulang dengan membawa cerita pengalamannya selama berkunjung. Ini yang harus dibentuk," tuturnya.

Selain itu, Riza juga menambahkan bahwa pengelola objek pariwisata juga dapat menerapkan taktik experience creation. Di antaranya dengan memanfaatkan daya tarik cerita atau mitologi pada aset, menyusun cerita tentang aset, menunjukan hubungan masa lalu dengan masa kini, dan membuat aset berbeda dengan lainnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES