Kopi TIMES

Medali Olimpiade dan Nasionalisme kita di Ruang Virtual

Kamis, 05 Agustus 2021 - 16:16 | 52.38k
Yoka Pradana, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UNIDA Gontor.
Yoka Pradana, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UNIDA Gontor.

TIMESINDONESIA, PONOROGO – “Siapa kita? Indonesia, Indonesia” kalimat ini selalu mengiringi telinga kita saat nonton siaran pertandingan tim bulu tangkis Indonesia pada ajang Olimpiade Tokyo, Jepang di televisi kita. Diselingi dengan kata – kata “pait, pait, pait” saat tim lawan gagal menghalau smash pemain Indonesia dalam pertandingan. Kalimat – kalimat di atas secara sadar atau tidak adalah pesan nasionalisme untuk anak bangsa. 

Pesan nasionalisme tersebut tidak hanya disampaikan komentator saat mengiringi pertandingan berlangsung. Pesan itu ternyata juga bergema di ruang virtual. Beberapa menit setelah Greysia Polii dan Apriyani Rahayu memenangkan pertandingan bulu tangkis dan meraih emas untuk Indonesia pada Oliampiade Tokyo Jepang, time line media sosial kita dibanjiri pesan nasionalisme. Rasa syukur, ucapan selamat dan sekaligus bangga atas pencapaian tim ganda putri Indonesia itu bergema di media sosial netizen Indonesia. 

Di Twitter kemenangan tersebut disambut meriah oleh netizen dengan trending topic nomor satu. Di Tagar #GreyApFinalTokyo2020 dipenuhi 490 ribu lebih tweet, Grace memiliki sebanyak 83.6 ribu tweet, ALHAMDULILLAH YA ALLAH 18.7 ribu tweet, Thanks God 12 ribu lebih tweet dan #KibarkanMerahPutih diselimuti 2 ribu lebih tweet bahkan lebih.  Tidak hanya trending saat memenangkan pertandingan, dukungan netizen Indonesia bergema saat – saat keduanya sedang berjuang menuju final. Terlihat trending tentang keduanya selalu muncul di twitter. 

Kajian tentang supporter Olahraga membentuk nasionalisme telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah Indrayani & Sunarto (2019) yang berpandangan bahwa supporter yang menyaksikan pertandingan bulu tangkis secara langsung maupun melalui media akan membawa nilai nasionalisme yang kemudian direfleksikan dengan pemaknaan diri sebagai fandom yang memiliki rasa nasionalisme. Pendapat ini mungkin benar, ketika kita menyaksikan moment suka cita dukungan netizen Indonesia di ruang virtual. Refleksi nasionalisme itu dituangkan di media sosial.  

Ungkapan netizen Indonesia di ruang virtual merupakan “Cyber-Nationalism”. Netizen menujukkan kecintaan pada negaranya melalui identitas diri dan interaksi di ruang digital dengan ungkapan dukungan dan suka cita atas keberhasilan Indonesia meraih medali emas. Identitas digital dan nasionalisme saling berinteraksi dalam dialog bahasa yang muncul di ruang virtual (Pasopati, 2015). Hasil kajian Widaningsih, Santoso, Fahmi (2021) menunjukkan bahwa reprentasi diri diruang virtual dengan mengunggah foto atribut merah putih dalam mendukung atlit bulu tangkis telah membentuk personal branding jiwa nasionalisme.   

Nasionalisme virtual netizien Indonesia ditunjukkan dengan ungkapan bangga atas prestasi atlit bulu tangkis Indonesia. Nasionalisme virtual itu dilakukan tanpa mengenal suku, ras, agama, kelompok atau golongan semua satu “Kita Indonesia”. Maka, jika ada cuitan yang  mengaitkan prestasi bulu tangkis Indonesia dan agama itu kekeliruan komunikasi. Mungkin hanya mencari sensasi, bahkan dapat membuat kegaduhan dalam berkomunikasi. Semoga lahir medali – medali emas lain untuk Indonesia dari berbagai cabang olahraga. Emas itu bukan hanya prestasi bagi bangsa. Lebih jauh ternyata ampuh menciptakan nasionalisme kita di ruang virtual ditengah kegaduhan – kegaduhan komunikasi di ruang virtual kita.  

***

*) Oleh : Yoka Pradana, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UNIDA Gontor. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES