Peristiwa Daerah

Bayi Prematur Asal Kota Tasikmalaya Penderita Sindrom Treacher Collins Akhirnya Terima KIS

Selasa, 03 Agustus 2021 - 19:26 | 63.37k
Sebuah Kartu Indonesia Sehat akhirnya dimiliki oleh Risha Zaina Shafana  bayi yang terlahir prematur menderita penyakit Sindrom Treacher Collins, Selasa (3/8/21) (FOTO : Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Sebuah Kartu Indonesia Sehat akhirnya dimiliki oleh Risha Zaina Shafana bayi yang terlahir prematur menderita penyakit Sindrom Treacher Collins, Selasa (3/8/21) (FOTO : Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Menyusuri sebuah gang di Kampung Babakanpala, Karsamenak, Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tepat di sebuah rumah terlihat dua orang pria sedang duduk di teras.

Pria berkaus dominan bernama Asep Entis, sedangkan pria berkaus hitam bernama Aris Nurisman. Roman muka Aris terlihat berbinar ketika memegang sebuah kartu yang disebut KIS (Kartu Indonesia Sehat).

Rasa antusia Aris begitu terlihat karena harapan untuk dapat melanjutkan pengobatan Risha Zaina Shabana anaknya yang terlahir prematur yang diagnosa menderita penyakit Sindrom Treacher Collins, mulai menemukan jalan terang.

administrasi-kesehatan-diperlihatkan-Aris-kepada-TIMES-Indonesia.jpgBeberapa kertas berkas administrasi kesehatan diperlihatkan Aris kepada TIMES Indonesia saat dikunjungi di rumahnya Kampung Babakan Pala, Karsamenak, Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia Selasa (3/8/21) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

"Alhamdulilah ya Alloh tos masihan jalan, pamugi pun anak tiasa lalandong bertahap," ungkapnya kepada TIMES Indonesia Selasa, (3/8/2021).

Suami dari Iin Hartini yang memiliki dua putra dan satu putri ini berharap dengan modal KIS yang telah diterima, dirinya bisa melanjutkan pengobatan sang anak, sebab setelah diperbolehkan pulang dari ruang NICU RSUD dr Soekardjo April 2021 lalu, ia tak bisa berbuat banyak untuk melanjutkan proses pemeriksaan kesehatan Risha.

Ia hanya memiliki Jamkesda, sementara untuk membawa anaknya operasi ke RS Cicendo guna memeriksa kelainan matanya, karena materi yang dimilikinya terbatas hanya mengandalkan penghasilan sebagai tukang bangunan.

Aris menuturkan terhitung sejak April hingga Juli, kontrol kesehatan masih menggunakan Jamkesda. "Namun sejumlah obat, vitamin hingga susu yang tidak ditanggung Jamkesda, relawan KBN membantu memfasilitasinya. Sehingga alhamdulillah ada Baznas yang terketuk untuk membantu pembelian obat dan susu," tuturnya.

Langkah awal berdasarkan petunjuk dokter Satmah Dianto, Sp.M dari RSUD yang menangani Risha menyarankan agar segera dilakukan operasi pada matanya. "Anak saya juga saat ini kadang terlihat kesakitan dan penglihatannya sedikit ada masalah, " keluh Aris.

Berdasarkan literatur, Sindrom Treacher Collins merupakan kondisi yang jarang terjadi. Kondisi ini hanya terjadi pada 1:50.000 kelahiran. Sekitar 40 persen dari kondisi ini bersifat diturunkan dari orang tua.

Gejala sindrom Treacher Collins bisa bervariasi dan berbeda pada tiap penderitanya. Gejalanya bisa sangat ringan sehingga tidak disadari, hingga sangat berat sampai menyebabkan kelainan bentuk wajah yang signifikan.

Risha-Zaina-Shafana-2.jpgKartu Indonesia Sehat diserahkan Asep kepada Aris selaku orang tua Risha Zaina Shafana  bayi yang terlahir prematur menderita penyakit Sindrom Treacher Collins, Selasa (3/8/21) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Beberapa gejala yang bisa timbul saat seseorang mengalami sindrom Treacher Collins adalah : Kelainan pada mata, seperti posisi mata yang terlihat miring ke bawah, ukuran mata kecil, mata juling, adanya lekukan di kelopak mata (coloboma), bulu mata yang jumlahnya sedikit, hingga kebutaan.

Pada kondisi yang berat, kelainan pada tulang wajah dan otot ini bisa menyebabkan penderita sindrom Treacher Collins mengalami sindrom mata kering, gangguan tidur, menelan, bahkan gangguan pernapasan yang bisa membahayakan.

Kerabat keluarga Aris bernama Ara mengungkapkan setelah memiliki KIS, Aris beserta keluarga sedang berusaha mengumpulkan ongkos untuk segera pemberangkatan ke RS Cicendo. Sebab, setelah operasi mata, pemeriksaan lainnya masih memungkinkan harus dilalui.

"Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar serta setiap kebutuhan yang diperlukan ada serta tak ada kendala, mohon doa nya semoga penyakit yang dialami Risha bisa ditanganai Aamin, " ujar Ara.

Relawan kesehatan dari Yayasan Kusuma Bakti Nusantara Tasikmalaya yang mendampingi Aris, Asep Entis mengungkapkan Pemerintah Kota Tasikmalaya tidak memiliki kerja sama dengan RS Cicendo. Artinya, kepemilikan Jamkesda tidak bisa dimanfaatkan. Sementara estimasi biaya operasi diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah.

"Makanya dengan bantuan mulai pihak kelurahan, kecamatan anggota Komisi IV DPRD hingga Baznas, kita membantu proses pembuatan KIS. Alhamdulillah, Senin kemarin sudah bisa dibawa, " pungkas Asep, warga Kampung Babakanpala, Karsamenak, Kawalu, Kota Tasikmalaya ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES