Kopi TIMES

Respon IHSG Terhadap Penurunan Indonesia Menjadi Negara Menengah Bawah

Sabtu, 31 Juli 2021 - 16:38 | 80.03k
Lydia Putri, Statistisi Badan Pusat Statistik/ Pengamat Pergerakan Harga Saham.
Lydia Putri, Statistisi Badan Pusat Statistik/ Pengamat Pergerakan Harga Saham.

TIMESINDONESIA, JAKARTAINDONESIA baru saja diumumkan mengalami penurunan kelas oleh Bank Dunia. Di tahun 2020, Bank Dunia mengumumkan bahwa Indonesia masuk ke negara menengah atas. Hal ini didasari Pendapatan Nasional Bruto/ Gross National Income (PNB/GNI) per kapita Indonesia yang mencapai level U$ 4.050 di tahun 2019. Namun, GNI per kapita Indonesia tahun 2020 turun menjadi U$ 3.870. Kondisi inilah yang menyebabkan penurunan kelas Indonesia menjadi negara menengah bawah pada tahun 2021.

Indikator Bank Dunia Dalam Menentukan Kelas Negara 

Bank Dunia merupakan lembaga multilateral yang dapat memberikan dukungan finansial ke berbagai negara khususnya negara berkembang. Dalam perannya sebagai lembaga multilateral, bank dunia menggunakan GNI per kapita sebagai indikator untuk menentukan kualitas hidup masyarakat suatu negara. Indikator ini digunakan karena dianggap sangat mudah dan efektif dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. 

Berdasarkan GNI per kapita, Bank Dunia mengklasifikasikan pendapatan suatu negara menjadi 4 kategori yaitu: Negara Berpendapatan Rendah atau Low Income dengan pendapatan kurang dari U$ 1.046; Negara Menegah Bawah atau Lower Middle Income dengan pendapatan antara U$ 1.046 – U$ 4.095; Negara Menengah Atas atau Upper Middle Income dengan pendapatan antara U$ 4.095 – U$ 12.695 dan Negara Berpendapatan Tinggi atau High Income dengan pendapatan lebih dari U$ 12.695. Kondisi Indonesia dengan GNI per kapita U$ 3.870 di tahun 2020, menyebabkan Bank Dunia menurunkan kelas Indonesia menjadi  negara menengah bawah.

Pandemi Covid-19

Penurunan pendapatan per kapita Indonesia di tahun 2020 tentu saja terjadi karena dampak besar pandemi Covid-19.  Badan Pusat Statistik  mencatat bahwa di tahun 2020, pendapatan Indonesia mengalami koreksi cukup besar, mencapai -2,07% (y-on-y). Di tengah penambahan jumlah penduduk, penurunan pendapatan akibat gejolak ekonomi tentu saja akan menurunkan GNI per kapita Indonesia. 

Seperti kita tahu, pandemi membawa ekonomi kita terpukul sangat dalam. Pada Triwulan-I 2020 saja ekonomi kita turun mencapai angka -5,32 (y-on-y). Lalu mulai mengalami perbaikan -3,49% (y-on-y) di Triwulan-III 2020. Pada penutupan akhir tahun 2020 menjadi -2,19% (y-on-y) dan saat ini kondisi ekonomi Indonesia menyentuh angka -0,74% (y-on-y) yakni pada Triwulan-I 2021. 

Gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berangsur-angsur mengalami pemulihan membuktikan bahwa tidak ada hal yang perlu untuk ditakutkan secara berlebihan mengenai kondisi ekonomi Indonesia di masa depan. Indonesia memang mengalami dampak ekonomi cukup besar di awal kemunculan pandemi. Namun berangsur-angsur membaik seiring dengan berbagai kebijakan yang telah di terapkan pemerintah. Sehingga peluang Indonesia untuk kembali masuk ke negara menengah atas pada tahun 2022 masih sangat besar. 

Respon IHSG 

Di tengah berbagai ketakutan akan kondisi ekonomi Indonesia di masa depan, kita perlu untuk melihat reaksi investor terhadap kondisi Indonesia. Sebagai leading indicator dari kondisi ekonomi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan tidak banyak merespon kondisi penurunan kelas Indonesia yang diumumkan pada Kamis, 8 Juli 2021 lalu. Pergerakan IHSG tetap stabil berada pada range 5947.618 hingga 6166.305. Tidak ada respon berlebih yang ditunjukkan para investor dari penurunan kelas ini. Hal ini menunjukkan bahwa para investor masih tetap yakin dengan kondisi ekonomi Indonesia di masa depan. Apabila ketahanan ekonomi Indonesia goyang akibat penurunan kelas ini, tentu IHSG akan dengan cepat mengalami koreksi seperti kejadian tahun lalu, di awal kemunculan pandemi. 

Perlu dicatat bahwa penurunan kelas Indonesia menjadi negara menengah bawah merupakan hasil historical 2020 di awal kemunculan pandemi. Kita tahu Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Kondisi pandemi seperti ini tentu akan membawa efek pada kondisi ekonomi Indonesia. Namun seperti kita lihat saat ini, ada banyak kebijakan yang telah dilakukan pemerintah guna menghadapi pandemi Covid-19, termasuk kebijakan dalam percepatan pemulihan kondisi ekonomi nasional. Terbukti, IHSG kita pun dengan cepat mengalami pemulihan pada Triwulan-IV 2020 dan terlihat masih dalam kondisi market yang stabil hingga saat ini. 

Investment Grade dan Outlook Indonesia 

Penurunan kelas Indonesia sebenarnya malah membawa dampak positif apabila dilihat dari bunga hutang. Dengan penurunan kelas ini, bunga hutang Indonesia kepada lembaga multilateral akan jauh lebih kecil. Yang perlu diwaspadai adalah apabila kondisi Investment Grade dan Outlook Indonesia mengalami penurunan. Sebab itu berarti kondisi ekonomi Indonesia akan semakin buruk dan para investor akan berlomba-lomba menarik dana investasinya keluar dari Indonesia. 

Hingga saat ini prospek Investment Grade dan Outlook Indonesia masih cenderung stabil. Berdasarkan laporan resmi Standar and Poor’s (S&P) pada April 2021 lalu, peringkat Indonesia masih dipertahankan pada level BBB (Investment Grade). S&P adalah lembaga pemeringkat global yang berbasis di New York, Amerika Serikat. Dipertahankannya rating Indonesia oleh S&P ini terjadi karena prospek pertumbuhan ekonomi yang dianggap cukup kuat dan rekam jejak kebijakan berhati-hati yang tetap ditempuh oleh pemerintah Indonesia. Lembaga pemeringkat ini juga memperkirakan bahwa perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terakselerasi pada tahun 2022 nanti.  Hal ini tentu karena upaya percepatan distribusi vaksin, serta normalisasi aktivitas ekonomi yang terus di upayakan oleh pemerintah Indonesia.

Outlook yang dikeluarkan Fitch Rating dan Moody’s juga mengafirmasi bahwa kondisi Indonesia masih dalam kategori stabil. Hal ini membuktikan bahwa kinerja ekonomi Indonesia masih terus berjalan meskipun di tengah badai Covid-19.  Ada banyak negara yang mengalami penurunan rating outlook ini akibat pandemi. Sehingga dipertahankannya rating outlook Indonesia di tengah pandemi merupakan pencapaian yang sangat baik.

Pulihnya ekonomi, minimnya respon IHSG, serta kestabilan Investment Grade dan Outlook di tengah penurunan kelas Indonesia menjadi negara menengah bawah menjadi bukti bahwa kondisi ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Kita tahu bahwa Indonesia masih menghadapi pandemi Covid-19. Namun di tengah masa pemulihan ekonomi Indonesia, banyak sekali perusahaan-perusahaan di Indonesia yang melakukan Initial Publlic Offering atau IPO. Seperti IPO salah satu perusahaan e-commerce yaitu Bukalapak dengan kode emiten BUKA yang saat ini sedang ramai di perbincangkan. 

Banyaknya perusahaan-perusahaan di Indonesia yang melakukan IPO di masa pandemi menjadi bukti keyakinan investor pada kondisi ekonomi Indonesia di masa depan. Penurunan Indonesia menjadi negara menengah bawah hanya respon dari kondisi masa lalu Indonesia di awal kemunculan pandemi. Jangan sampai ketakutan ini menghancurkan semangat dan optimisme kita terhadap pemulihan ekonomi Indonesia di masa depan. 

*) Oleh: Lydia Putri, Statistisi Badan Pusat Statistik/ Pengamat Pergerakan Harga Saham.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES