Kopi TIMES

Mengkaji Model Pendidikan Karakter Kemandirian pada Santriwati di Pondok Pesantren

Jumat, 30 Juli 2021 - 10:38 | 88.15k
Nur Mashani Mustafidah, Mahasiswa Progam Studi Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.
Nur Mashani Mustafidah, Mahasiswa Progam Studi Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

Pondok pesantren merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional yang memiliki karakteristik khusus. Model pendidikan yang dilaksanakan oleh pesantren secara legal telah diakui Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kemandirian merupakan salah satu capaian yang ingin di wujudkan melalui sistem pendidikan Nasional. Namun, realisasi dan implementasinya masih belom maximal. Pembentukan pribadi mandiri masih kurang mendapat prioritas.

Kegiatan belajar mandiri dan aktif berpikir mandiri sebagai kegiatan esensial masih jauh dari tercapai dan mayoritas siswa masih belajar di bawah potensinya.

Lulusan sekolah kurang memiliki keberanian dan minim ketrampilan. Banyak dari mereka lebih bermental pencari kerja ketimbang bermental pencipta lapangan kerja.

Lain halnya dengan pendidikan dengan pendidikan model pesantren (tradisional dan modern) yang menjadikan kemandirian (menolong diri sendiri, self-help, al-i’timad ‘ala al-nafs) sebagai ruh yang menggerakkan kehidupan pondok pesantren dan menjadi learning outcome dari proses pendidikan alumni pesantren di harapkan memiliki mental attitude mandiri.

Keunikan pendidikan pesantren terletak pada sistem pendidikan berasrama yang terpadu, komprehensif, holistik, dan penuh totalitas. Integrated karena dalam pendidikan pesantren seluruh komponen pendidikan yang meliputi sekolah, keluarga, dan masyarakat terpadu menjadi satu.

Dikatakan komprehensif karena pesantren mendidik seluruh kualitas diri, baik kognitif- intelektual, mental- emosional,moral- spritual, maupun fisik. Demikian pula, pendidikan pesantren bersifat total karena seluruh program dan kegiatannya di rancang untuk pendidikan.

Keunikan lain dari sistem pendidikan pesantren ialah pendidikan mental attitude dan character building yang mendapat prioritas tinggi sehingga mampu mengungguli sistem pendidikan lainnya. Sebagai lembaga pendidikan, ia juga mempunyai jiwa dan falsafah hidup yang menjamin pengembangannya kedepan. 

Setiap santriwati dididik hidup mandiri. Kemandirian merupakan keunikan lain yang melekat pada pesantren, sejak awal sejarahnya, pesantren dikelola secara mandiri, baik dalam kelembagaan, system, kurikulum,maupun pendanaannya.

Ia lahir dari masyarakat, untuk mendidik masyarakat, dan melahirkan alumni yang mengabdi kepada masyarakat. Hingga bisa mengantarkan para lulusannya kepada nilai- niai luhur kemandirian dan lainnya yang belum tentu bisa di dapat di luar pesantren. 

Fokus utama dari penelitian dilakukan oleh Nur Mashani Mustafidah, mahasiswa progam studi Doktor Pendidikan Agama Islam ini adalah tentang model pendidikan karakter kemandirian santriwati Pondok Modern Gontor Putri di Sambirejo Mantingan Ngawi Jawa Timur.

Menurut KH. Muhammad Suharto, M.Pd.I  sebagai Wali Pengasuh PM Gontor Putri ke-2. Konsep kemandirian karakter pada intinya sama dengan Gontor Putra Ponorogo, sesuai fitrah di jiwai dengan Nisaiyah, pada kondisi tertentu perempuan harus survive.

Dengan fungsinya sebagai Ulama (kaderisasi), sebagai pejuang, pendidik, ibu dan istri yang sholihah, dan tugas sosial tidak menafyikan.

Kemandirian dalam segala aspek, kyai atau guru mandiri dan tidak memakai sistem gaji. Prinsip- prinsip berlaku untuk PM Gontor Putra dan Putri.

Sebagai perekat umat. Mandiri itu tidak mudah terinvensi dari pihak lain, dilaksanakan semua oleh santri, semua aktifitas mulai kebersihan, kesenian, akomodasi dan lain- lain. Mandiri itu menolong diri sendiri dalam aktifitas apapun.

Gontor berfokus pada pendidikan kemandirian, mengajar dan mendidik siswa untuk secara konsisten "al-i'timadu alan nafsi" hebat dalam membantu diri mereka sendiri, tidak bergantung pada orang lain, namun terus mencari cara untuk mengatasi masalah mereka sendiri.

Anak-anak muda yang diajari dan dididik untuk membantu diri mereka sendiri, dapat menghadapi masa depan dengan kepercayaan, gaya hidup terbuka lebar di hadapan mereka. Kemudian lagi, seorang pemuda yang tidak memiliki kepercayaan diri, dia selalu gelisah dan ragu, dan tidak akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, sementara dia, pada akhirnya, tidak memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri.

Pondok merupakan tempat berlatih agar menjadi orang yang suka dan pandai menolong. Karena itu santri dipondok dibiasakan mengurus dirinya sendiri; mengatur waktunya, kegiatannya, keperluannya, mencuci, belajar, mengurus kebersihan, ketertiban dan keamanan pondok juga secara mandiri.

Jumlah santri yang banyak diatur untuk partisipasi dalam menjaga keamanan, kebersihan, ketertiban dan keindahan pondok.

Secara bergantian mereka bertugas melayani teman- temannya dalam penyiapan akomodasi dan konsumsi, tidak ada yang menganggur atau kosong dari pekerjaan, semua sibuk dengan tugas dan kewajibannya dengan penuh keterpanggilan.

Setiap kali ada santri baru yang dating, maka semakin bertambah jumlah santri yang akan menjaga dan mengatur pondoknya. Untuk menopang kemandirian, santri juga senantiasa diberi bekal berupa berbagai macam ilmu, wawasan, pengalaman, ketrampilan dan kecakapan, namun penekanannya tetap pada mental skill dan bukan job skill semata.

Pendidikan kemandirian ini memiliki tujuan untuk membentuk kepribadian mandiri, percaya pada kemampuan dan potensi diri sendiri, hingga senantiasa mandiri dalam belajar, dalam berfikir dan pengembangan diri sendiri.

Para santri menyaksikan keteladanan langsung terhadap kemandirian para guru dan Kyai pengasuhnya, bahkan sebagai lembaga Gontor juga sangat menjaga prinsip kemandirian ini, mandiri dalam dalam kelembagaan, mandiri dalam system, kurikulum, hingga pendanaan. Dengan kekuatan kemandiriannya Gontor menolak keras intervensi dari luar.

Model pendidikan karakter kemandirian bagi santriwati dapat berhasil apabila dilakukan secara seimbang antara pembinaan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, sikap mental spiritual, sosial, moral dan life skill.

Pendidikan kemandirian harus dilakukan melalui keteladanan, penciptaan lingkungan yang kondusif (conditioning), pengarahan, pengajaran, kegiatan- kegiatan dan pengawasan.

Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan pendidikan kemandirian di Gontor Putri, yaitu system pendidikan yang sudah mapan, integrasi sekolah dan pondok, kebersamaan seluruh komponen dan kedisplinan yang di laksanakan secara konsisten.

“Sedangkan faktor yang paling utama yakni karena Gontor Putri adalah lembaga pendidikan berstatus wakaf ummat”. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES